6

603 134 11
                                    

"Aniyo, Samchun juga tidak tahu, tapi akan Samchun cari tahu untuk Shin Woo, eoh?"
"Kamsahamnidha, Samchun! Saranghae!"
Saking senangnya Shin Woo membuat bentuk hati oleh tangannya yang diletakan diatas kepala.
"Eoh, nae do saranghae, urri Shin Woonie." senyum Yong Hwa seraya mengusap kepala anak itu. Dan baru meninggalkannya.

Permintaan Shin Woo itu sangat mengganggunya. Rasa penasaran Shin Woo tentang ayahnya sama dengan rasa penasaran dirinya terhadap lelaki tidak bertanggung jawab itu. Seperti apa rupanya? Apakah rupa umum seorang pengecut? Ia tidak tahu kata yang tepat untuk menyebut pria itu, pengecut atau bajingan? Hanya bila selama 4 tahun tidak pernah ingin bertemu darah dagingnya sendiri sekali saja, jelas dia bukan pria bertanggung jawab. Memang apa kesalahan Shin Hye sampai dia tega meninggalkannya dengan cara menyakitkan seperti itu.

Yong Hwa kembali menekan nomor kontak Shin Hye memintanya supaya datang ke tempat parkir.
"Kita makan diluar saja, sambil ada yang ingin kubicarakan." ajaknya.
"Kenapa tidak disini saja?" Shin Hye agak protes.
"Aku baru saja menolak ajakan makan pamanmu. Kalau ada yang melihat aku malah makan denganmu di sekitar sini, apa kata beliau?"
Shin Hye tidak banyak tanya lagi, ia segera mengikutinya. Bagaimana pun hati kecilnya tidak bisa menolak ajakannya itu. Ia terlalu menyukainya. Bertemu kembali dengan Yong Hwa setelah sekian lama, entah kenapa hati kecilnya merasa seperti menemukan oase di tengah gurun pasir. Di tengah keletihan dan dahaga yang luar biasa. Meski kehadirannya itu untuk sepupunya bukan untuknya.

Biar bagaimana pun mereka memiliki waktu yang pernah mereka habiskan bersama. Sebagai sahabat yang sangat dekat. Kedekatannya itu tak beda dengan kedekatan Yong Hwa dengan Yoo Na saat ini, termasuk dekat dengan kedua orang tua Yoo Na. Bila mendiang ibunya Shin Hye kerap membuat makanan untuk Yong Hwa, bisa dibayangkan bukan sedekat apa mereka dulu. Atau, ayahnya Shin Hye yang pernah beberapa kali turun tangan mengatasi kenakalan Yong Hwa hingga berhadapan dengan guru di sekolah. Tn Park yang datang ke sekolah saat wali kelas memanggil orang tua Yong Hwa lantaran anak lelaki di kelas itu tawuran dengan sekolah lain. Tn Park mengaku mendapat mandat dari ayah Yong Hwa~seorang direktur perusahaan yang sangat sibuk, untuk mewakilinya menghadap kepada wali kelas. Yang betul Yong Hwa takut ayahnya bila sampai mengetahui kenakalannya. Jadi ia memohon kepada Tn Park untuk mewakili ayahnya. Dan sungguh, berkat ayah Shin Hye kenakalan Yong Hwa kala SMA luput dari perhatian ayahnya yang super keras itu.

Tn dan Ny Jung tahunya anak lelakinya itu anak yang manis, tanpa mereka ketahui sejumlah kenakalan yang dilakukannya di belakang mereka. Dan semua itu tertutupi dengan baik berkat Tn Park. Yong Hwa yang bergelimang kemewahan sejak lahir tidak heran memiliki karakter sedikit provokatif, terlebih dengan sikap kedua orang tuanya yang hanya menuntut kesempurnaan. Kenakalannya itu kenakalan wajar anak remaja. Kenakalan dalam mencari jati diri sekaligus perhatian. Tn Park memahami itu. Dan tahu bagaimana cara mengatasinya. Maka tidak berlebihan bila Yong Hwa menjadi sangat dekat~lebih dari yang lain~dengan keluarga Shin Hye.

Dan sekarang setelah sekian lama waktu berlalu, setelah kehidupan mereka pun jauh berubah, sejatinya rasa kedekatan itu masih ada di hati Shin Hye. Entah mengapa ia merasakan ketenangan bertemu kembali dengan Yong Hwa. Ia merasa bertemu seseorang yang selalu melindunginya di masa lalu dan akan melindunginya pula saat ini. Meski Yong Hwa sekarang sudah dimiliki seseorang.

Yong Hwa membelokan setirnya memasuki halaman sebuah restoran. Dengan menawarkan view kota chuncheon yang indah dan dramatis. Barisan pohon Ginko seperti pagar yang menjulang membuat tree line, sangat memikat. Di restoran dengan menu makanan tradisional Korea itu, Yong Hwa memesan 'Stew Kimchi Jjigae' bersama nasi putih.
"Kau ingat? Eomma-mu dulu suka membuatkan aku makanan ini. Dan seumur hidupku, sop kimchi yang dibuat Eommoni itu yang terenak." oceh Yong Hwa sambil mulai mencampur nasi ke dalam mangkok keramik dan diaduk-aduknya. "Kau tahu, sepulang dari Amerika aku berkeliling kota Seoul hanya untuk mencari sop kimchi seperti yang ibumu buat. Tapi tidak ada yang sama." lanjutnya.
"Sop kimchi Eomma terasa enak karena kau memakannya saat sedang lapar setelah ketakutan karena dipanggil wali kelas kita. Kau lega karena urri Appa dapat membereskannya tanpa orang tuamu tahu. Jadi apa yang kau makan saat itu jadi terasa sangat enak, terbawa suasana hatimu yang lega." tepis Shin Hye menyanggah.
"Entahlah. Mungkin benar begitu. Tapi aku selalu mengenang makanan yang dimasak ibumu sangat enak. Harusnya Shin Woo tahu tentang itu." ujar Yong Hwa membuat Shin Hye terdiam beku.

Tapi Yong Hwa cuwek, dia terus saja menyuap. Shin Hye pun akhirnya hanya konsentrasi pada makanannya.
"Kau bilang ada yang ingin dibicarakan denganku, apa itu?" setelah sekian lama keduanya hanya serius makan, Shin Hye meneguk minumannya, lalu bersuara.
"Eoh. Tentang Shin Woo." angguk Yong Hwa.
"Kenapa dia?" Shin Hye menatap tajam teman lamanya itu yang telah menandaskan makanannya lalu meneguk air mineral.
"Apa dia belum bercerita padamu tentang sekolahnya besok?"
"Aniyo."
"Anakmu besok tidak mau pergi ke sekolah."
"Wheo? Apa karena kau mengajaknya ke kantormu? Dia ingin sekali ikut ke kantormu, Yong Hwa-ssi?" Shin Hye curiga.
"Ani. Bukan tentang itu. Aku janji akan mengajaknya saat dia libur, supaya tidak mengganggu sekolahnya."
"Lalu?"
"Besok itu hari profesi, setiap anak akan membawa ayah mereka ke sekolah dan ayah mereka nanti akan menceritakan tentang profesinya di depan kelas. Shin Woo memilih tidak pergi ke sekolah sebab dia tidak punya ayah."
"Ah, dia sangat bertingkah sekarang. Teman-temannya sudah tahu sejak awal bahwa dia memang tidak punya ayah." keluh Shin Hye tidak suka.

"Kau tidak seharusnya bereaksi seperti ini, Shin Hye-ya. Itu suara hati anakmu. Dia ternyata tidak seperti dugaanmu, dia sangat merindukan ayahnya. Dan itu bukan kesalahan. Kuulangi, itu bukan sebuah kesalahan. Melainkan hal yang wajar."
"Lalu harus bagaimana? Aku harus mencari ayahnya yang jelas-jelas telah pergi?" Shin Hye emosi.
"Katakan siapa dia, biar aku mencarinya."
Shin Hye membalas tatapan tajam Yong Hwa dan mulutnya seketika bisu.
"Katakan siapa dia dan aku akan mencarinya, Shin Hye-ya." tandas Yong Hwa.
"Tesseo! Sebaiknya kau jangan terprovokasi anak kecil. Dia itu hanya manja, hanya ingin diperhatikan. Kita sebagai orang dewasa jangan mudah terenyuh dengan keinginannya yang mustahil itu." omel Shin Hye kesal.
"Bukan keinginan mustahil tapi keinginan yang wajar. Wajar seorang anak ingin bertemu ayahnya sendiri. Justru kau sebagai ibunya tidak boleh mengabaikannya, tidak boleh egois hanya karena masalah kalian yang sama sekali tidak dipahaminya."
"Terima kasih selama ini kau telah sangat mempedulikannya, Yong Hwa-ssi! Tapi mulai sekarang aku tidak mengijinkanmu ikut campur dengan segala urusan Shin Woo. Dia itu anakku, biar aku saja yang mengurusnya." Shin Hye sekarang marah.
"Walau dia anakmu aku tidak bisa tinggal diam, Shin Hye-ya. Apa kau ingin dia pergi sendiri mencari ayahnya? Apa itu yang kau mau?"
"Dia tidak pernah punya keinginan macam-macam seperti ini sebelumnya. Tapi sejak kau hadir di rumah itu dan Shin Woo mengenalmu, dia punya keinginan aneh-aneh." pekik Shin Hye, sekarang matanya membasah menyatakan kekesalanannya yang teramat sangat.
"Kau jadi menyalahkanku sekarang. Apa sulitnya kau katakan siapa dia padaku! Aku melakukannya untuk anakmu, bukan untuk melukaimu."
"Aku bilang jangan pedulikan lagi anakku! Tolong kau jangan ikut campur dengan kehidupan kami, Yong Hwa-ssi! Pikirkan saja kekasihmu. Terima kasih untuk makan siangnya. Aku sebaiknya pergi." Shin Hye berdiri, meraih tasnya lantas meninggalkan Yong Hwa yang hanya bisa menatapnya speechless.
Kekasih? Siapa yang dimaksudkan kekasihnya? Apa Yoo Na?

TBC

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang