26

742 156 24
                                    

Yong Hwa langsung mengatupkan bibir menanggapi amukan ibunya.
"Aku memberimu waktu 24 jam untuk berpikir, pikirkan dalam-dalam apa yang baru saja kau katakan. Pikirkan juga akibatnya bila kau berkeras dengan pilihanmu itu. Sebab sekali kau membuat keputusan, itu berlaku permanen. Jadi jangan gegabah. Pergunakan waktu yang kuberikan untuk berpikir dengan logika bukan dengan perasaan. Apa kau paham, Yong Hwa-ya? Sekarang kau boleh pulang, besok pada jam yang sama katakan apa keputusanmu!" titah ayahnya lebih dapat menahan diri.
Yong Hwa ingin saja menjawab : keputusanku tidak akan berubah, Abeoji. Tapi akhirnya ia hanya diam. Sesuai dengan perintah ayahnya ia akhirnya berdiri dan membungkuk pamit, kemudian melangkah pergi meninggalkan kedua orangtuanya.

Sementara itu Shin Hye pun semalaman tidak dapat tidur. Ia terus terbangun membayangkan apa kira-kira yang terjadi antara Yong Hwa dengan orang tuanya? Apa mereka menolak keinginan Yong Hwa? Keyakinan Shin Hye 99% seperti itu. Orang tua mana yang rela memberikan anak lelakinya yang sudah mapan dan akan menjadi pewarisnya kepada gadis papa? Shin Hye teramat menyadari itu. Maka mustahil Yong Hwa akan berhasil meyakinkan kedua orangtuanya.

Benar saja, siang itu Yong Hwa datang dengan wajah murung. Meski penasaran Shin Hye tidak berani langsung bertanya. Terlebih dahulu ia membuatkan minuman dan menawarinya makan.
"Apa Shin Woo sudah makan?" dia malah balik bertanya.
"Sudah. Dia sudah makan segala macam."
"Apa dia baik-baik saja?" lanjutnya.
"Eoh, dia baik-baik saja."
Yong Hwa mengangguk.
"Apa sesuatu yang tidak diharapkan terjadi?" tanya Shin Hye hati-hati.
"Eoh."
"Ayah dan ibumu menolak keinginanmu?"
"Iya."
"Nde, sudah bisa diduga."
"Tapi aku tetap pada rencanaku semula."
"Jangan memaksakan diri!"
"Kalau kita tidak menikah, Eommoni tetap akan mengambil Shin Woo."
"Mwo...?" baru Shin Hye kaget.
"Pada prinsipnya mereka menerima Shin Woo sebagai cucunya, tapi tidak setuju kita menikah. Aku harus menikah dengan seseorang yang akan ibuku pilih."
"Kalau begitu sebaiknya aku dengan Shin Woo pergi dari sini, Yong Hwa-ssi." Shin Hye sangat ketakutan.
"Aku sudah katakan kepada mereka aku memilihmu, walau harus dicoret dari daftar nama keluarga."
"Jangan lakukan! Itu hanya membuat mereka semakin membenciku."
"Itu sudah keputusanku. Kau hanya perlu mematuhiku. Kalian tetap disini, jangan pergi kemanapun! Justru jika kau berencana pergi di belakangku, maka kau akan berurusan dengan pihak berwajib. Sebab aku akan mengerahkan mereka untuk mengembalikan kalian padaku. Apa kau paham, Shin Hye-ya?" tatap Yong Hwa mengancam.
"Nde." angguk Shin Hye akhirnya.

Seharian itu suasana rumah terasa mencekam bagi Shin Hye. Yong Hwa berani menentang kedua orangtuanya demi dirinya, itu bukan sesuatu yang membuatnya nyaman. Ia merasa dirinya sedang dalam bahaya. Tidak akan lama lagi orang-orang suruhan orang tua Yong Hwa akan menangkapnya di belakang Yong Hwa, membawa kehadapan mereka untuk diinterogasi. Mungkin pada saat itu mereka akan menyiksanya. Seperti itu yang sering ia lihat di film-film dan drama. Hati Shin Hye sungguh tidak tentram. Sementara untuk membangkang pada Yong Hwa, sama takutnya. Yang paling ia khawatirkan adalah Shin Woo tiada lain bila ia nekad membawanya lari dari rumah itu.

Maka seperti juga Yong Hwa yang tetap berwajah muram meski bermain dengan Shin Woo, Shin Hye hanya mengurung diri di dalam kamar. Kecuali untuk membuat makanan dan memandikan anaknya di sore hari. Dan seperti yang takut Shin Woo diam-diam ia bawa lari, malam harinya Yong Hwa tidur di kamar Shin Woo. Dia memeluknya. Shin Hye memasuki kamar untuk merapikan mainan Shin Woo yang berantakan, mengembalikan ke tempatnya. Setelah rapi sejenak ia menatapi kedua wajah itu yang sama-sama terpejam, baru ia berlalu dari kamar itu menuju kamarnya. Biasanya dirinyalah yang menemani Shin Woo tidur.

Keesokan harinya seperti tidak terjadi apa-apa, Yong Hwa tetap pergi bekerja pada jam biasanya ia berangkat. Ia bahkan tidak peduli dengan waktu 24 jam yang ditetapkan ayahnya dan hampir berlalu. Ia menerima telepon ayahnya saat sudah di kantor.
"Dimana kau sekarang?" tanya ayahnya.
"Proyek."
"Jadi bagaimana jawabanmu?"
"Sama dengan kemarin, Abeoji. Aku memilih namaku dicoret dari daftar nama keluarga Abeoji." jawabnya tegas.
"Kalau kau berkeras dengan pilihanmu itu, lalu sedang apa kau disitu sekarang? Kau tidak memiliki hak untuk mengurus proyek itu lagi."
"Menyelesaikan sisa pekerjaanku, supaya orang yang melanjutkannya nanti tidak kesulitan. Bila semuanya sudah rapi aku pasti pergi, Abeoji jangan khawatir." tukasnya.

Terdengar helaan napas dalam disebrang sana.
"Apa kau benar-benar akan tega pada ayahmu, Yong Hwa-ya? Apa menurutmu masuk akal kau lebih memilih gadis itu?"
"Sekali lagi mohon maaf, Abeoji! Tapi seperti yang sering Abeoji ajarkan, aku harus berani mengambil resiko. Aku tahu resikoku kali ini berat, tapi aku harus mengambilnya."
"Geurae, lakukanlah seperti yang kau mau. Tapi mungkin kau akan menyesali keputusanmu ini. Bila itu terjadi maka semuanya sudah terlambat, Yong Hwa-ya. Apa tidak apa?"
"Nde, gwenchana Abeoji!"
"Geurae, semoga kau tidak menyesalinya."
"Kamsahamnidha!" Yong Hwa membungkukan badan berterima kasih.

Mengetahui itu ibunya tak kepalang marah. Ia malah berpikir untuk menculik saja Shin Hye dan Shin Woo. Tapi suaminya melarang.
"Aniyo, kau jangan melakukan apapun. Biar aku saja, Yeobo!" hardik Tn Jung membuat istrinya langsung terdiam. "Biar aku saja yang mengurusnya." tandasnya penuh rahasia.
Beberapa saat ia seperti berpikir, lalu tangannya meraih lagi telepon genggamnya. Ia menghubungi Yoon Park.
"Tunjukan dimana alamat rumah Yong Hwa di Chunchoen, Park-ah!" pintanya.
"Apa Sajang-nim akan pergi kesana?"
"Eoh."
"Baik. Akan aku tulis dan share lokasinya. Ditunggu sebentar, Sajang-nim!"
"Eoh."

Tn Jung pergi diantar sopir menuju Chuncheon. Tapi entah apa maksudnya, sebab ia meminta sopir mencarikan pakaian lusuh tapi bersih serta topi rombeng yang tanpa dinyana semua itu dikenakannya sendiri.
"Apa ini? Kenapa Tuan memakainya? Itu pakaian ayahku yang sudah kusimpan digudang untuk kubuang, Tuan." ajhussi sopir sangat kaget.
"Tapi pakaian ini sepertinya bersih, tercium wangi pewangi pakaian." tukas Tn Jung cuwek.
"Benar, memang bersih. Sebelum mengepaknya di gudang memang dilaundry dulu."
"Ya sudah, tak apa. Aku hanya butuh sebentar kok. Ayo jalan!"

Tn Jung tampil selayaknya seorang pria tua miskin yang sedang mencari alamat dan malah kesasar. Setelah peluh membanjir di badan dan wajahnya memerah karena terpanggang matahari, dia duduk di depan pintu pagar sebuah rumah untuk berteduh sambil melepas lelah. Saat itulah Shin Woo yang sedang bermain sepeda di halaman melihatnya. Ia lalu menghampiri mengayuh sepeda roda 4-nya. Setelah dekat ia turun dan mendekati pintu pagar, dari celah pagar yang tidak rapat ia melempar tanya kepada kakek yang tengah duduk berteduh itu.
"Annyong-haseyo. Harabeoji whe geudaeyo?" tanyanya.
"Berteduh, kakek sedang berteduh." tolehnya.
"Berteduh? Kakek mau kemana?"
"Mencari rumah anak kakek tapi tidak ketemu, sudah jalan bolak-balik tetap tidak ketemu. Sekarang duduk dulu sebentar disini, karena capek."

"Shin Woo-ya! Shin Woo...?" suara Shin Hye terdengar berteriak dari ambang pintu.
"Nde, Eomma. Yeogi-yo!" dia mengacungkan tangannya. "Itu ibuku, Kakek. Sebentar." ucapnya kepada kakek.
"Sedang apa disitu?" tanya Shin Hye.
"Eomma, disini ada Kakek yang sedang berteduh. Tolong bukakan kunci pagarnya. Biar Kakek bisa masuk."
"Nugu?" Shin Hye tidak paham dan tak urung melangkah mendekatinya.
"Biar Kakek berteduhnya di dalam, Eomma." tambahnya.

Shin Hye terlebih dahulu melihat orang yang dimaksud anaknya dari celah pagar. Seorang pria tua berpenampilan lusuh ia temukan di depan pagar rumahnya. Wajahnya yang tua dan bersih sudah bermandi peluh. Refleks tangannya membuka kunci pagar.
"Apa Ajhussi sedang berteduh?" tanyanya.
"Iya, panas dan lelah sekali sudah berjalan jauh. Maaf aku ikut berteduh disini. Karena disini pohonnya rindang."
"Sebaiknya Ajhussi berteduh di dalam saja. Silakan masuk!" Shin Hye melebarkan pintu pagar.
"Aniyo, tidak perlu Agashi! Biar disini saja."

TBC

Jd mau apa ni tn jung nyamar2 kyk gini? Apa shinhye dan shinwoo akan baik-baik saja?

Let's see the next part!

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang