11

589 143 14
                                    

"Apa ada yang ingin dibicarakan denganku, atau...?" sambil duduk seperti kedua tamunya Min Woo menatap Yong Hwa.
"Nde, ada yang ingin ditanyakan. Tapi bila tidak mengganggu." Yong Hwa hati-hati. Bagaimana pun itu adalah pertemuan pertama mereka, dan mungkin pertanyaannya itu tidak berkenan buat Min Woo.
"Sepertinya cukup penting?" terka Min Woo jadi penasaran.
"Lumayan penting." senyum Yong Hwa sambil menuding Jung Soo, Jung Soo pun paham. Ia segera berdiri.
"Geurae, aku menunggu diluar." ucapnya.
"Kamsahamnidha, Hyung!" Yong Hwa mengangguk menyatakan terima kasih atas pengertian temannya itu.
Jung Soo kemudian melangkah meninggalkan mereka.

Min Woo menatap Yong Hwa penasaran, setelah Jung Soo menutup pintu dari luar Yong Hwa pun balas menatap Min Woo. Sambil meyakinkan, benarkah wajah charming di depannya ini bukan hasil pahatan dokter bedah plastik melainkan memang perfect seperti ini dari sananya?
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena telah mengganggu waktu Min Woo-ssi." ujar Yong Hwa membuka percakapan.
"Aniyo, konser sudah selesai. Jadi tidak masalah."
"Tempat tinggalku di Seoul, tapi sekarang aku sedang menyelesaikan pembangunan kafe dan cottage di Chuncheon."
"Iya, lalu?"
"Sementara ini aku tinggal di rumah Walikota Chuncheon. Putri beliau teman kuliahku saat di Seoul dan di AS."
"Mh. Im Yoo Na-ssi."
"Betul. Dan secara kebetulan aku juga teman SMA sepupu Yoo Na, yaitu Park Shin Hye-ssi." Yong Hwa berhenti sejenak. Ia menatap lekat wajah pria berparas anime ini untuk melihat reaksinya kala ia sebut nama mantan istrinya.
"Oke, lantas...?" ekspresinya super datar, seperti bukan mantan istrinya nama yang dia dengar itu.
"Aku tahu Park Shin Hye-ssi.. pernah menikah dengan Hyung, dan sekarang ia memiliki seorang anak lelaki berusia sekitar 4 tahun. Apa Hyung tahu tentang ini?"
"Nde, tentu saja aku tahu. Tapi aku dengan Shin Hye sudah bercerai sekarang." tukasnya tetap datar.
"Iya betul, dengan Shin Hye memang Hyung sudah bercerai, tapi anaknya..."
"Aku paham sekarang maksud kedatanganmu, Yong Hwa-ssi. Mungkin karena kau sangat peduli dengan anak itu maka kau datang padaku. Tapi ada hal yang tidak kau ketahui tentang hubungan kami, dan pasti bukan Shin Hye yang menyuruhmu untuk datang padaku sekarang. Aku yakin dia bahkan tidak mengetahuinya, kau melakukannya di belakang dia. Benar begitu bukan?" pintas Min Woo tanpa ingin berbelit-belit.

Sesaat Yong Hwa tertegun. Reaksi apa ini? Bicaranya terdengar saklek tapi juga tidak tampak kesal. Min Woo tidak alergi untuk membicarakan Shin Hye sekaligus tidak antusias. Tampak tidak ada dendam di hatinya untuk mantan istrinya itu meski juga tidak terlihat suka. Dan menyinggung masalah Shin Woo, raut wajahnya sulit diterka. Dia tidak menampik juga tidak merasa Shin Woo buah hatinya. Tidak ada raut penyesalan telah meninggalkannya sekaligus tidak terlihat membencinya. Sehingga Yong Hwa tidak bisa meramalkan pria ini sebetulnya mengakui atau menolak anak yang dilahirkan Shin Hye sebagai anaknya? Sikap yang diperlihatkannya ambigu.

Semestinya, Min Woo sangat marah bila merasa anak yang dilahirkan istrinya itu bukan darah dagingnya. Atau di kedalaman matanya tersirat barang sebersit rasa berdosa telah meninggalkannya bila benar Shin Woo anaknya. Mungkin dia begitu kesal dan benci kepada ibunya atas sesuatu, namun bila hati kecilnya mengakui Shin Woo sebagai darah dagingnya, sebersit penyesalan akan membayang di matanya. Seperti kata peribahasa : mata itu jendela hati. Lewat matanya Yong Hwa pasti akan dapat melihat apa yang tersirat di hati Min Woo tentang Shin Woo.
Tapi sungguh ia tidak menemukan apa pun di jendela hatinya itu. Sehingga ia tidak bisa menyimpulkan Shin Woo itu anak kandung Min Woo atau bukan?

"Hyung benar, Shin Hye tidak mengetahuinya. Ini semua inisiatifku sebab Shin Woo sangat ingin bertemu dengan ayahnya." aku Yong Hwa tidak bisa menutupinya lagi.
"Aku sangat mengenal Shin Hye, dan dia tidak akan melanggar kesepakatan yang kami buat." tandasnya.
"Bila begitu, apa boleh aku tahu bagaimana hubungan Hyung dengan Shin Hye?" Yong Hwa terlanjur penasaran.
"Itu merupakan aib kami, aibku dan aib Shin Hye, aku jelas tidak bisa mengatakannya, Yong Hwa-ssi." geleng Min Woo.
"Lalu bagaimana sesungguhnya perpisahan kalian dulu? Apa secara baik-baik? Sebab ada yang mengatakan Hyung meninggalkan Shin Hye dengan sebuah kemarahan. Itu sebabnya Hyung pun tidak mau menemui anak kalian membuat Shin Woo sangat merindukanmu."

Min Woo menatap Yong Hwa tajam. "Aku sekarang jadi penasaran, siapa kau sebenarnya, Jung Yong Hwa-ssi? Aku melihat kau sangat memperhatikan Shin Hye. Apa kau menaruh hati padanya?" balas Min Woo membuat Yong Hwa menelan ludah.
"Ani. Bukan begitu. Aku sangat memperhatikan anaknya, dan anak itu memohon padaku untuk mencari ayahnya. Itu yang benar."
"Kau mau mendengar saranku? Kau jangan terlalu mendengarkan omongan orang. Lebih baik bicarakan dengan Shin Hye bila itu tentang anaknya. Supaya kau tidak repot."
"Anaknya? Apa Hyung tidak mau mengakui anak itu sebagai anakmu juga?" pekik Yong Hwa seperti menemukan celah untuk membuat pria ini mengakui.
"Sebelum datang padaku seharusnya kau bicara dengan Shin Hye, perlukah kau datang padaku sekarang?"
"Apa sebenarnya anak yang dilahirkan Shin Hye itu bukan anakmu, makanya kau meninggalkan Shin Hye dengan kemarahan disaat Shin Hye sedang hamil tua? Dimana seharusnya seorang suami suka cita menunggu kelahiran buah hati mereka." todong Yong Hwa tidak bisa bersabar lagi.

"Karena kau hanya mengenal Shin Hye saat SMA, aku paham bila kau tidak mengenalnya dengan baik. Tapi tabeat Shin Hye tidak seperti yang digambarkan orang."
"Kalau kau mengakui anak yang dikandung Shin Hye sebagai anakmu, lalu kenapa kau tega meninggalkannya seperti meninggalkan kotoran? Apa kau takut oleh ayahmu?" Yong Hwa makin berani menyerang Min Woo.
"Bila yang kau dengar seperti itu, kau mendengarnya hanya dari gosip dan isyu. Bukan dari sumber yang bisa dipercaya. Dan aku tidak bersedia mengklarifikasi apa yang kau dengar tentang cerita perceraianku dengan Shin Hye. Aku tidak peduli dengan gosip yang berkembang diluar tentang kami. Jadi aku tidak harus menjawab pertanyaanmu, Yong Hwa-ssi." senyum Min Woo santai tanpa intimidasi.

Yong Hwa menggeretakan rahangnya begitu kesal. Apa sulitnya orang ini mengaku saja, bukan main tebak-tebakan seperti ini. Iyakah Shin Woo itu darah dagingnya atau bukan? Sekarang ia bahkan mulai ragu dengan informasi yang diceritakan Yoo Na, tentang bagaimana mereka bercerai. Bila benar Min Woo marah terhadap Shin Hye perlukah dia tetap melindunginya? Bahkan menyebut aib Shin Hye sebagai aibnya juga sehingga dia tidak ingin menceritakannya kepada siapa pun. Hal ini jelas bahwa Min Woo tidak menilai Shin Hye buruk. Sikap Min Woo ini sama dengan sikap Shin Hye yang juga enggan mengganggap Min Woo sebagai pria brengsek kendati sudah meninggalkannya. Shin Hye sama sekali tidak menyalahkan Min Woo atas kepergiannya meninggalkan mereka. Bila melihat fakta ini, perpisahan mereka juga sepertinya terjadi dengan baik-baik. Tidak seperti yang diceritakan Yoo Na. Meski bagi Yong Hwa tetap mengganjal, jikalau berpisah dengan baik-baik, mengapa Min Woo tidak mau melihat anaknya? Apa karena semua itu tercatat di dalam kesepakatan mereka? Lalu kesepakatan bagaimana yang mereka buat? Sehingga Min Woo yang notabene orang berada membiarkan Shin Hye berjibaku sendiri untuk menghidupi darah daging mereka.

Yong Hwa merasa melakukan pekerjaan sia-sia. Ia kira ia akan sepuas hati memaki Min Woo mewakili Shin Hye yang tentunya tidak memiliki keberanian untuk itu walau ingin. Ia kira ia juga bisa menggugat Min Woo atas sikapnya telah menelantarkan Shin Woo, sekaligus menyadarkan kekeliruannya telah berlaku tega terhadap anak sendiri. Rupanya sikap sok tahunya itu malah membuatnya seperti ditampar, dan mempermalukan diri sendiri di hadapan Min Woo karena sudah sok menghakimi tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya.

TBC

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang