37

736 157 16
                                    

"Walau pun dia kekasih seseorang dia tetap harus mengetahui apa yang sedang terjadi padamu, Shin Hye-ssi. Jika kau takut untuk memberitahunya, biar aku yang menyelesaikan masalah kalian." Min Woo rupanya ingin membalas kebaikan yang baru Shin Hye lakukan.
Sebab bayangkan bila aibnya itu diketahui publik, dirinya akan jadi guncingan para relasi bisnis lalu keluarganya akan menanggung malu. Itu betul-betul petaka. Maka sepantasnya dirinya berterima kasih kepada orang yang telah meloloskannya dari bahaya itu.
"Aniya, Gwajang-nim. Tidak usah. Aku benar-benar tidak ingin dia tahu. Aku tidak ingin merusak rencana indahnya. Aku rela menghadapi ini sendiri. Sebab dalam hal ini akulah yang bersalah." lagi tepis Shin Hye begitu keras pendirian.
"Kalau boleh aku tahu, siapa pria itu? Ayah bayi yang kau kandung ini?"
"Mohon maaf, aku pun tidak bisa memberitahu Anda, Tuan. Biar hanya diriku dan Tuhan saja yang tahu mengenai ini."

Akhirnya Min Woo pun tidak bisa memaksa. Namun ia jelas tidak bisa mengabaikan kebaikan Shin Hye. Apalagi ia melihat gelagat wanita klub malam~Se Yeon yang masih berusaha mencari celah untuk tetap bisa memerasnya. Dia begitu kesal dengan ending yang diberikan Min Woo kala mereka bermalam bersama~teramat sangat mengecewakan disaat dirinya sudah sangat siap menikmati sensasi puncak dari suatu pergumulan seks. Maka tidak ada cara lain bagi Min Woo untuk mendukung pengakuan bohong Shin Hye, selain dirinya pun turut berbohong. Supaya kebohongannya itu tampak nyata Min Woo berencana untuk menikah saja dengan Shin Hye.
"Maldoandwe, Gwajang-nim. Itu sungguh tidak mungkin." Shin Hye kaget saat Min Woo menyampaikan maksudnya.
"Kita tidak harus menikah sungguhan. Pura-pura saja. Tapi tentang kepura-puraannya hanya kita berdua saja yang tahu. Kita lalui seluruh prosesinya seperti nyata."
"Aniya, semua itu tetap tidak mungkin." Shin Hye tetap menolak.
"Se Yeon belum menyerah, Shin Hye-ya. Bila kita tidak mengambil langkah selanjutnya dari kebohongan kita, dia akan mengejarmu guna membuktikan kebohonganmu. Dan dia akan kembali memerasku."
"Katakan saja, orang tua Tuan tidak menerimaku, maka aku sendirian menjalani kehamilan dan persalinan nanti."

Bagaimana pun bagi Shin Hye bukan ide baik pura-pura menikah dengan Min Woo. Tidak tahu pula dirinya nanti harus bagaimana menanggapi cibiran orang-orang dan penolakan orang tua Min Woo? Sebab yang tahu pernikahan mereka pura-pura adalah mereka sendiri. Sungguh tidak se-simple yang Min Woo pikirkan idenya itu. Tapi Min Woo pun berpikir hanya demikian cara terbaik untuk menyelamatkan mereka berdua.
"Ideku sama sekali tidak jelek, pikirkan tentang perutmu yang akan membesar. Bila kau tidak menikah, akan banyak orang mempertanyakan siapa ayah bayimu. Bukankah ibumu tengah sakit? Apa kau tega membebani ibumu yang sedang sakit dengan aibmu? Sebab kau hamil tanpa menikah?"
Karena dikaitkan dengan kondisi ibunya yang sakit, Shin Hye terdiam. Dan akhirnya setuju menikah pura-pura dengan Min Woo. Walau yang tahu berpura-pura hanya mereka berdua.

Maka, tidak ada tidur bersama diantara mereka. Dan lagi sudah jelas Min Woo 'tidak mampu' walau pun mereka sampai tidur bersama. Tanpa sadar bibir Yong Hwa menyeringai kecil membayangkan itu. Hal kedua yang membuat Min Woo kehilangan minat terhadap Shin Hye, melihat perut Shin Hye membuncit tapi bukan mengandung bayinya. Bagaimana hal itu akan membuat pria normal bernapsu? Pastinya tidak. Mungkin jijik yang ada. Apa lagi bila kondisinya tidak terlalu normal seperti Min Woo.

Setelah menyimak uraian panjang itu Yong Hwa pun speechless. Rupanya seperti itu kenyataan yang terjadi. Pernikahan mereka yang digambarkan orang sebagai pernikahan neraka, sebab dibangun atas penolakan para orang tua, nyatanya hanya pernikahan semu yang bertujuan untuk saling menolong. Untuk saling menutupi aib yang bila mengemuka akan menjadi masalah serius. Terutama untuk keluarga No. Dan pasti perpisahan mereka pun bukan seperti yang diceritakan Yoo Na, terkesan pahit untuk Shin Hye. Min Woo menceraikannya dengan sebuah kemarahan.
Padahal begini pengakuan Shin Hye :
"Dan untuk mencari pengobatan Min Woo Oppa pergi meninggalkanku. Tentu saja aku mengijinkannya. Oppa sangat menderita dengan kelainan yang dideritanya itu. Terlebih karena orangtuanya tidak mengetahui. Oppa harus menanggung itu sendiri. Itu sebabnya aku membiarkannya pergi sebelum Shin Woo lahir."

Yong Hwa menunduk. Nampaknya karena dirinya, Shin Hye harus menelan bermacam-macam pil pahit kehidupan. Lalu, Min Woo jadi terseret pula. Padahal Min Woo telah menolongnya.
"Mianhe, malam ini aku membangkang padamu karena Min Woo Oppa. Semoga kau memahamiku! Karena sedikit pun aku tidak punya niat untuk mengkhianatimu." hiba Shin Hye menutup uraian panjangnya.
Yong Hwa menghela napas dalam. "Apa kau jadi tidak mengantuk setelah keluar rumah?" tanyanya, parasnya yang tadi marah itu berubah lembut.
"Ani, aku tetap ingin tidur."
"Geurae, ayo kita tidur! Sudah nyaris tengah malam." Yong Hwa berdiri.
"Apa kau sudah tidak marah?" tatap Shin Hye.
"Aku marah karena takut kehilanganmu, kalau semuanya sudah jelas begini, aku tidak punya alasan untuk tetap marah."
"Kamsahamnidha." senyum Shin Hye sambil turut berdiri.
Sejenak ia mematikan lampu lantas mengikuti suaminya melangkah ke dalam kamar.

Yong Hwa menjadi tidak habis memikirkan cerita Shin Hye tentang Min Woo. Menyesakan bernasib seperti Min Woo. Dinamakan pria tapi tidak memiliki kejantanan. Akan menjadi masalah serius memang jika hal itu menjadi santapan publik. Akan menjadi guncingan dan cemoohan yang tak berkesudahan sebab kejantanan bagi seorang pria itu mutlak. Bukankah itu pula yang menjadi lambang supremasi tertinggi bagi pria? Seorang pria boleh miskin dan papa, tapi jangan sampai hilang kejantanan. Bila sudah kehilangan lambang supremasinya itu bagaimana pria bisa mempunyai kebanggaan?

Pantaslah Shin Hye merahasiakannya serapat itu. Tidak peduli dirinya justru yang menjadi bahan ejekan dan cemoohan. Tidak peduli juga orang-orang menghujatnya, ia tetap bungkam. Kebungkamannya itu akhirnya menimbulkan banyak tafsir, ia pun bergeming. Hingga kebenaran sejati mencari jalannya sendiri. Entahlah jika rahasia itu bukan diketahui oleh Shin Hye, akankah wanita lain dapat melakukan sepertinya juga? Tidak mustahil Min Woo justru akan semakin diperas. Untung Tuhan mempertemukan Min Woo dengan wanita sebaik Shin Hye. Meski semuanya itu jelas bukan kebetulan semata, melainkan sudah diatur oleh sang maha pengatur hidup. Yong Hwa menatap Shin Hye yang sudah lelap. Dia terpejam dengan begitu damai. Ia lalu mendaratkan kecupan di kening Shin Hye yang sudah bermimpi bahagia. Sebab mantan suaminya sudah sembuh.

Saat sedang di kantor smartphone Yong Hwa berdenyit menginformasikan beberapa pesan masuk. Ia segera membukanya, sebab membuatnya penasaran kenapa notifikasi itu harus berkali-kali. Dan ia mendapati pesan sangat panjang dari Min Woo. Ia lantas fokus membacanya. Apa saja yang disampaikan Min Woo. Tak lain ucapan terima kasih sudah mengijinkan Shin Hye menemuinya semalam dan permohonan maaf karena telah mengganggu istrinya itu. Min Woo juga menuliskan betapa ia berterima kasih karena hanya Shin Hye yang menemani disaat dirinya berada pada titik terendah dalam hidupnya saat wanita tuna susila membuka fakta yang dirinya pun tidak menduganya.

Setelah membaca pesan itu Yong Hwa tercenung diam. Benar seperti yang dirinya duga, Min Woo merasa hidupnya sangat tidak berarti. Namun Shin Hye membuatnya memiliki harapan. Tidak adil memang dirinya pergi meninggalkan Shin Hye dengan cara tak ubah seperti meninggalkan onggokan sampah. Dan hal itu yang sangat disesalinya hingga menuliskan pesan panjang kepada Yong Hwa.
Setelah menjawab pesan panjang itu, Yong Hwa sadar dirinya pun hampir mirip dengan Min Woo~hanya sibuk memikirkan pekerjaannya sendiri. Sejak menikah ia bahkan belum sempat mengajak keluarga kecilnya itu pergi berlibur. Padahal mungkin seumur hidupnya Shin Hye belum pernah pergi liburan.

Ditengoknya lagi smartphone-nya, ditekannya untuk menghubungi Shin Hye.
"Nde...?" terdengar sahutan.
"Mwo-hae?"
"Di taman kota, sedang menemani Shin Woo main perosotan."
Yong Hwa tersenyum kecil mendengarnya. Kode yang sangat jelas bahwa mereka harus pergi berlibur.

TBC

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang