17

634 147 17
                                    

Shin Hye ingin saja memeluknya begitu gembira, namun dokter dan perawat segera berdatangan untuk memeriksa kondisi Shin Woo. Shin Hye pun menyingkir memberi ruang. Dokter melakukan standar pemeriksaan terhadap anak yang baru bangun dari koma, untuk melihat kembalinya kesadaran pasien tanpa kekurangan sesuatu.
"Annyong, Shin Woo bisa mendengar suara Om dokter? Kalau bisa kedipkan matanya 1 kali, Sayang!" perintah dokter. Mata Shin Woo mengedip 1 kali.
"Baik sekali. Sekarang, apa Shin Woo merasakan sakit? Kalau iya kedipkan mata 2 kali, kalau tidak kedipkan mata 1 kali."
Mata Shin Woo berkedip 1 kali.
"Keren. Kalau tidak ada yang sakit, apa kepalanya pusing, Sayang? Kalau pusing kedipkan matanya 2 kali. Kalau tidak kedipkan 1 kali."
Kali ini Shin Woo berkedip 2 kali.
"Geurae, Om dokter tahu apa yang harus dilakukan. Om dokter akan memberi Shin Woo obat supaya pusingnya hilang. Oke, Sayang?"
Anak itu mengangguk pelan, matanya kembali memejam seperti lelah.

"Taengitha, Shin Woo Eommoni! Kondisinya baik. Kita observasi sebentar lagi. Setelah itu Shin Woo bisa dipindahkan ke ruang pemulihan anak." ujar dokter menoleh pada Shin Hye.
"Taengiyo, kamsahamnidha dokter!" bungkuk Shin Hye gembira tak kepalang.
Setelah itu ia tidak meninggalkan Shin Woo, ia tetap di samping bed seraya tangannya menggenggam erat tangan Shin Woo. Supaya anaknya tahu dirinya ada di sampingnya dan tidak merasa sendiri. Sebab dirinya pun pasti takut, terlentang sendiri di atas bed yang penuh dengan alat-alat medis, yang juga mengeluarkan bunyi membuat bulu kuduk meruap.
Inginnya ia pun memberitahu Yong Hwa, tapi smartphone-nya tertinggal di rumah. Yong Hwa berhak tahu sebab yang telah berbuat banyak menolong Shin Woo. Terlebih setelah Yong Hwa mengetahui hubungan darah keduanya dari hasil tes DNA.

"Shin Woo harus segera pulih, supaya bisa bertemu dengan Appa. Seperti yang selalu Shin Woo inginkan. Semoga Shin Woo Appa mau memaafkan Eomma dan bisa menerima kehadiran Shin Woo. Cepat sembuh, Sayang!" bisik Shin Hye seraya tak henti membelai wajah buah hatinya yang terpejam.

Yong Hwa kembali ke RS nyaris tengah malam. Shin Hye ia temukan ketiduran di samping bed Shin Woo sambil tangannya menggenggam tangan anaknya. Yong Hwa menghampirinya pelan, dan ia kaget saat melihat mata anak itu terbuka. Menatap kepadanya.
"Shin Woo-ya." panggilnya.
"Samchun." anak itu pun balas memanggilnya dengan suara pelan.
"Shin Woo sudah bangun?" tanyanya, rasanya ia ingin menangis begitu bahagia.
Shin Woo tidak menjawab melainkan menatap wajah ibunya.
"Eomma..." dia pun memanggil ibunya.
Mendengar suara Shin Woo memanggilnya, mata Shin Hye refleks terbuka. Dan ia langsung bangun.
"Eomma..." panggil Shin Woo lagi.
"Shin Woo ingin sesuatu?" tatap Shin Hye tapi segera ia menoleh kepada Yong Hwa yang berdiri di ujung bed. "Wasseyo?" tanyanya.
"Eoh, apa dia sudah lama bangun?" balas Yong Hwa.
"Sore tadi. Dan mungkin besok akan dipindahkan ke ruang pemulihan anak."
"Taengiya."

Yong Hwa lalu mendekati Shin Woo tangannya membelai kepala anak itu yang mata sayunya menatapnya.
"Shin Woo harus segera sembuh, kita harus segera pulang dari sini. Nanti kita akan bermain bersama, eoh?" ujarnya.
Mata anak itu mengedip agak lama seakan menjawab iya. Setelah itu Yong Hwa melangkah keluar. Seperti saat Shin Woo masih koma, ia menunggu di ruang tunggu diluar. Sedangkan Shin Hye tetap di dalam. Hubungan keduanya menjadi kaku sekarang. Yong Hwa tidak menyembunyikan rasa kesalnya terhadap Shin Hye. Meski demikian ia tidak bisa meninggalkan Shin Woo, lebih-lebih setelah hasil tes DNA membuktikan dirinya ayah biologis balita itu. Yong Hwa merasa lebih bertanggung jawab lagi atas kesembuhannya. Hatinya lega melihatnya siuman.

Besok harinya pagi-pagi Shin Woo dipindahkan ke ruang pemulihan anak. Shin Hye dan Yong Hwa boleh menemani di dalam. Tapi keduanya lebih banyak diam. Yong Hwa terkesan malas untuk banyak bicara dengan Shin Hye seperti sebelumnya, ia sangat kecewa mengetahui Shin Woo darah dagingnya dari tes genetika bukan dari ibu yang melahirkannya. Karena itu ia pun langsung mengambil alih menjadi wali atas nama Shin Woo. Memutuskan sendiri kebutuhan perawatan Shin Woo selanjutnya tanpa merundingkannya terlebih dahulu dengan Shin Hye. Seperti ketika memilih kamar untuk pemulihan, Yong Hwa langsung menunjuk kamar VIP. Tanpa membicarakannya dengan Shin Hye.

Selain itu ia juga menyampaikan rencananya untuk membawa Shin Woo bersamanya sekeluarnya dari RS.
"Stafku sekarang sedang mencari rumah, jadi saat pulang nanti aku akan membawa Shin Woo bersamaku." ucapnya mengagetkan Shin Hye.
"Kau akan pindah dari rumah Samchun?" tatap Shin Hye.
"Eoh."
"Apa Yoo Na sudah tahu?"
"Tentu saja belum, sebab aku pun tahu Shin Woo anakku baru kemarin." jawab Yong Hwa sengak.
Shin Hye menelan ludah yang terasa pahit.

"Mianhe! Aku sengaja tidak memberitahumu. Kau pun pasti memahami apa alasanku. Karena kita tidak mungkin bersama, jadi aku memutuskan untuk mengasuh Shin Woo sendiri." jelas Shin Hye tidak ingin berbelit.
"Kau memang tega pada anakmu sendiri. Sekarang aku tidak ingin membahas masalah itu dulu, meski nanti aku punya banyak pertanyaan yang harus kau jawab. Untuk kau ketahui, mulai sekarang aku memutuskan hidup bersama Shin Woo, kau mau ikut atau tidak terserah padamu." tandasnya.
"Shin Woo itu bahkan belum 5 tahun, dengan kesibukanmu meninggalkannya nyaris seharian, siapa yang akan mengurusnya?" Shin Hye jelas keberatan.
"Aku bisa menggaji ajhumma. Bahkan beberapa orang ajhumma sekaligus untuk mengurusnya."
"Bukan itu yang kumaksudkan, dia masih butuh seorang ibu."
"Kalau begitu kau ikutlah dengan kami! Dan aku tidak akan menggaji ajhumma. Sebab kau tidak boleh meninggalkannya barang sekejap pun. Kau tinggalkan pekerjaanmu! Hanya asuh saja anakku!" pinta Yong Hwa sangat berkuasa. Shin Hye bisu.

Ikut dengan Yong Hwa artinya mereka tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan. Haruskah? Lalu bagaimana nanti bila Yoo Na dan kedua orangtuanya mengetahui? Dirinya pasti akan dibencinya seumur hidup. Sedang bila tidak, ia jelas akan kehilangan Shin Woo. Hal yang akan membuatnya gila. Lalu nanti bila Yong Hwa menikah dengan Yoo Na, Shin Woo akan menjadi anak sambung sepupunya itu. Shin Hye tidak sanggup membayangkannya. Seperti memakan buah simalakama penawaran yang Yong Hwa berikan itu. Shin Hye tidak bisa menjawabnya.

Syukurnya kondisi Shin Woo semakin membaik. Semakin hari kesehatannya semakin pulih, dan dokter mengisyaratkan Shin Woo sudah akan dipulangkan. Antara gembira dan bingung Shin Hye menghadapi kepulangan Shin Woo tersebut. Ia pun belum membuat keputusan, apakah akan ikut mereka ke rumah Yong Hwa atau tidak?
"Bagaimana dengan sekolah Shin Woo kalau dia tidak tinggal lagi di rumah Samchun?" tanya Shin Hye hati-hati setelah dokter berlalu dari ruangan anaknya dan mengatakan Shin Woo boleh pulang.
"Aku akan memindahkannya ke TK yang dekat dengan rumahku." tukas Yong Hwa datar.
"Apa kau sudah bertanya pada anaknya, dia mau atau tidak?" tatap Shin Hye.
"Harus mau kalau dia tidak ingin terlantar lagi."
"Sejauh ini aku tidak menelantarkannya, walau hidupku sangat pas-pasan aku selalu berusaha memprioritaskannya." Shin Hye tersinggung dengan ucapan Yong Hwa.
"Tapi buktinya hidup denganmu dia tidak mendapatkan semua yang dia inginkan. Sekarang aku akan memberikan apa pun yang diinginkannya." balas Yong Hwa tak kalah sengit. Shin Hye hanya bisa menatapnya tanpa suara.
"Jadi kau segera buat keputusan, ikut atau tidak dengan kami?" tatap Yong Hwa.
"Kau akan memisahkan aku dengan Shin Woo, bagaimana kalau Shin Woo menginginkan aku?"
"Kalau begitu kau ikut dengan kami."
"Maksudmu kita tinggal bersama walau tanpa ikatan pernikahan?"
"Apa bedanya dengan kau menikah tapi anak yang kau kandung bukan anak suamimu?" sindir Yong Hwa tajam. Shin Hye sampai melotot.

Apa Yong Hwa pun tahu alasan Min Woo bersedia menikahinya meski mengetahui bayi yang dikandungnya benih pria lain? Sejak awal Min Woo mengetahui itu dan tetap mau menikahinya. Apa ia tahu alasan yang sangat pribadi yang seharusnya hanya dirinya saja dengan Min Woo yang tahu?

TBC

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang