14

723 142 37
                                    

Pagi-pagi itu dengan terburu-buru Yoo Na berangkat ke Seoul. Kedua orangtuanya tidak merasa kehilangan Shin Hye dan anaknya, mereka hanya mempertanyakan Yong Hwa yang tidak tampak pulang.
"Shin Woo mengalami kecelakaan dan Yong Hwa-ssi mengantar mereka ke RS. Semoga tidak terjadi hal serius dengan anak itu." Yoo Na menjelaskan kepada orang tuanya.
"Shin Woo mengalami kecelakaan? Kecelakaan apa?" ayah Yoo Na mengernyit.
"Terserempet mobil persis di depan garasi."
"Mereka membawanya ke RS mana?"
"Tidak tahu. Semalaman aku ingin menelepon Yong Hwa-ssi, tapi takut malah mengganggunya. Jadi kuurungkan." dusta Yoo Na sambil terus menghindari kontak mata dengan ayahnya.

Ya, meski mengetahui apa yang terjadi dengan Shin Woo, mereka cuwek lagi. Tidak ada kekhawatiran sedikit pun. Dan mungkin ayah Yoo Na pun tidak berniat untuk menengoknya ke RS kalau saja ibunya, alias nenek Yoo Na, tidak meminta mengantarnya ke RS. Dan pagi itu sembari berangkat ke kantor terpaksa ia datang ke RS bersama ibunya.
Yong Hwa seperti tidak akan beranjak, terus berada di sisi Shin Hye, seperti tidak akan meninggalkannya untuk bekerja. Sementara Harmeoni bertangisan dengan Shin Hye mengetahui kondisi Shin Woo, Tn Im berbicara dengan Yong Hwa.
"Yoo Na bilang kecelakaannya terjadi di depan garasi rumah kita?" tanyanya.
"Betul. Mobil Yoo Na-lah yang telah menabraknya." jelas Yong Hwa.
"Mwo?" Tn Im melotot.
"Nde, apa Yoo Na tidak mengatakan telah menyerempet Shin Woo, Sijang-nim?" tatap Yong Hwa.
"Yong Hwa-ya, tolong jangan keras-keras!" pria paruh baya itu melangkah mendekati Yong Hwa. "Kalau tidak ada bukti jangan bicara sembarangan, kau tahu bukan jabatan Abeonim ini apa?" peringatnya.
"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Sijang-nim. Akulah saksinya." tepis Yong Hwa.
"Dengar, aku sangat berterima kasih sebab kau telah menemani Shin Hye semalaman. Sekarang waktunya kau pergi ke proyek."
"Aku tidak akan pergi sampai Shin Woo siuman. Aku akan tetap menunggunya disini bersama Shin Hye, Sijang-nim."
"Oh, begitu. Ya baiklah. Eommoni, sudah siang aku harus ke kantor. Ayo kita pergi!"

Walikota itu tampak geram dan takut oleh Yong Hwa, maka ia ingin segera pergi.
"Shin Hye-ya, jangan terlalu lengah. Kau mulai hitung berapa biaya yang harus kau siapkan. Nanti kau bisa menghubungi bagian sosial untuk meminta keringanan biaya RS." ujarnya seperti berbicara dengan fakir miskin.
"Tidak perlu, aku yang akan menanggung seluruh biaya perawatan Shin Woo, Sijang-nim. Jangan khawatir!" sambar Yong Hwa kesal minta ampun. Sedang Shin Hye hanya menunduk dalam.
"Kau... bahkan bukan keluarganya."
"Nde. Sebab keluarga orang yang seharusnya bertanggung jawab, lepas tangan. Tapi tak apa, dengan senang hati aku akan membiayainya, yang penting Shin Woo sehat kembali. Kesembuhannya bagiku jauh lebih penting dari uang yang aku keluarkan." tandasnya.
"Gomowoyo, urri aga! Gomowo telah menolong Shin Hye!" tangan keriput nenek Shin Hye memegang tangan Yong Hwa menyatakan terima kasihnya yang dalam.
Yong Hwa hanya tersenyum lembut. Mereka kemudian pergi setelah itu.

"Pamanmu bahkan tidak meminta maaf. Kau bisa hidup dengan orang macam dia, Shin Hye-ya?" komentar Yong Hwa menatap sosok walikota yang berjalan menjauh.
"Mohon maafkan dia, Yong Hwa-ssi!" pinta Shin Hye.
"Aniyo, bukan aku tapi kau. Kau yang harus bisa memaafkannya. Sepupumu yang telah membuat anakmu berada disini, tapi dia menyuruhmu menghubungi dinas sosial untuk meminta keringanan biaya."
"Aku dengan Shin Woo selama ini telah banyak membebani keluarga Samchun, tapi Samchun pun masih ingin membantu walau melalui dinas sosial."
"Permohonan maaf, apa sulit dia katakan? Dia bahkan tidak mengatakannya padamu. Kalau Yoo Na tidak bisa melakukannya, harusnya dia yang mengatakannya atas nama putrinya. Apa itu sulit?"
Shin Hye terdiam. Ya, itulah mereka.

Yong Hwa menyuruh Shin Hye untuk sarapan sebab sejak kemarin ia tidak melihat Shin Hye mengisi perut. Dengan terpaksa Shin Hye pun pergi, sebab ia menolak makanan yang dibelikan Yong Hwa. Saat sedang duduk sendiri itulah suster menghampiri Yong Hwa.
"Maaf, Tn Park... Anda ayah Park Shin Woo bukan?"
"Aniyo, namaku Jung Yong Hwa." geleng Yong Hwa tersenyum.
"Ow... Maaf, Tuan! Mohon maaf sekali! Karena golongan darah Shin Woo dengan Anda memiliki kecocokan signifikan. Padahal golongan darah Shin Woo itu termasuk langka. Jadi saya salah menduga." senyum perawat itu terlihat malu.
"Kecocokan signifikan itu seperti apa memang, Suster?" tatap Yong Hwa.
"Rhesus dan golongan darah Tuan dengan Shin Woo sama persis. Hal seperti ini jarang sekali kecuali bagi yang memiliki hubungan darah."
"Geurae-yo?"
"Ye, sekali lagi mohon maaf, Tuan!" bungkuknya kemudian berlalu.

Yong Hwa tertegun mendengar itu, apa maksudnya ini?
"Suster, sebentar!" teriaknya.
"Nde." perawat itu menghentikan langkah dan berbalik lagi. Yong Hwa berdiri lalu menghampirinya.
"Maksud dari kecocokan signifikan itu ada kemungkinan aku dengan Shin Woo memiliki hubungan darah, apa begitu?" tanya Yong Hwa.
"Iya, umumnya seperti itu. Seorang anak sudah hampir pasti memiliki kecocokan golongan darah dan rhesus signifikan dengan ibunya, tapi dengan ayahnya jarang. Dan bila itu terjadi 70% mereka memiliki hubungan darah."
"Lalu bila ingin mengetahui akurasi kecocokan 100% bagaimana?"
"Dengan tes DNA."
"Tes DNA?" kernyit Yong Hwa.

Ia sebetulnya tahu, tapi haruskah dirinya melakukannya? Pertanyaannya, bagaimana Shin Hye bisa melahirkan anak yang merupakan darah dagingnya...? Sementara dirinya tidak merasa telah menyentuh Shin Hye. Namun hatinya yang terdalam sangat penasaran untuk mengetahui.
"Bagaimana prosedur kalau aku mau melakukan tes DNA, Suster?"
"Tuan tinggal meminta ke laboratorium. Karena sample darah Tuan sudah ada, tinggal dilakukan pencocokan DNA saja dengan sample darah Shin Woo."
"Berapa lama nanti hasilnya keluar?"
"Hanya selama 24 jam."
"Aku ingin melakukannya, Suster."
"Baik, akan saya antar Tuan. Mari!"
Yong Hwa lantas mengikuti perawat ke laboratorium. Hasilnya cocok itu mustahil, ia melakukannya hanya untuk menjawab rasa penasarannya saja yang tinggi.

Setelah 12 jam lebih sejak dilakukan pembedahan, Shin Woo masih belum siuman. Meski begitu dokter mengatakan kondisinya stabil. Shin Hye agak tenang mendengarnya. Sesiang itu Yong Hwa tidak meninggalkan RS, hanya sibuk bertelepon dengan staf-stafnya. Tapi menjelang sore ia pulang sebentar untuk mandi dan membawakan Shin Hye pakaian.
Malam itu pun mereka tidur di RS. Atau sebetulnya tidak tidur, hanya duduk di ruang tunggu. Karena bukan hanya Shin Woo yang ada di ruang PICU, Shin Hye pun tidak hanya berdua dengan Yong Hwa yang menunggu di ruang tunggu melainkan dengan orang tua lain. Mereka saling mengobrol untuk meredam gelisah. Setidaknya ada teman yang bernasib sama.

Pagi itu tidak sabar Yong Hwa menunggu hasil tes DNA yang dimintanya kemarin. Dan ketika hasil tes itu benar-benar keluar, dengan dada berdebar ia membukanya. Tentang rhesus dan golongan darahnya yang dikatakan perawat memiliki kecocokan signifikan dengan Shin Woo, bagaimana pun tidak terlalu akurat untuk menyatakan adanya hubungan darah diantara mereka. Berbeda dengan tes DNA yang dinyatakan dengan kecocokan 99,99% atau 0. Jawabannya sangat saklek, ya atau tidak.

Dan Yong Hwa membelalakan mata saat membuka kertas hasil tes DNA-nya tersebut. Sebab tes itu menyatakan kecocokan DNA antara dirinya dengan Shin Woo adalah 99,99%. Dengan kata lain mereka memiliki kesamaan genetika alias Shin Woo adalah darah dagingnya. 

Tapi sebentar... bisa saja petugas lab yang melakukan kekeliruan pada sample. Bukan sample miliknya dan Shin Woo yang dilakukan tes, tetapi milik Shin Hye dan anaknya. Maka hasilnya cocok. Tapi ragu untuk kembali ke lab. Kunci jawaban ini tentulah ada pada Shin Hye. Sebab dia yang paling tahu siapa ayah Shin Woo sebenarnya. Apa yang akan Shin Hye lakukan bila melihat ini? Yong Hwa segera membawa kertas itu kepada Shin Hye. Jawabannya nanti akan menjelaskan semuanya, benar atau tidaknya tes itu. Serta keliru atau tidak petugas lab mengambil sample.

TBC

So, apa ni kira-kira jawaban Shin Hye, voters?

One Fine DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang