Haiii Readers yang budiman,... ^-^
Udah terlalu lama ff ini mangkrak. Ini ff pertamaku dan aku bertekad untuk menyelesaikannya. Berapapun lamapun itu, aku akan berusahan menyelesaikannya. Inspirasi itu terus datang pergi tapi aku berusaha untuk bekerja sama dengannya. Ada begitu banyak cerita yang bahkan jauh-jauh lebih bagus dari cerita ini dan aku juga tidak berharap banyak cerita ini banyak yang menyukai. Aku membuat cerita ini murni karena ingin mewujudkan keinginan dari inspirasi itu. Terima kasih bagi semua readers yang sudah memberikan apresiasi ^-^.
A-aah iya, semoga corona ini cepat berlalu. Sehat selalu ya semua. #Di Rumah Aja.
Cooktae
***
"Jimin ambilkan air"
"Jimin Punggungku gatal. Bisa tidak kau menggarukkan punggungku?'
"Jimin kukuku sudah panjang. Bisa kau bantu aku memotong kukuku"
"Jimin aku ingin nanas. Bisa kau belikan?" Dan tentu saja masih banyak Jimin-Jimin lainnya yang diucapkan Jungkook. Jimin untuk sementara harus rela setengah dongkol menjadi pesuruh dadakan Jungkook. Sedikit agak menyesal diawal bahwa dia sangat mengkhawatirkan Jungkook karena justru yang dikhawatirkan menjadi tidak tau diri. Untung stok kesabaran jimin seperti wafer, berapa lapis? ratusan jadi Jimin ikhlas-ikhlas saja selama Jungkook tidak kelewat batas ketika meminta tolong padanya seperti "minta tolong ambilkan upil di dalam hidungku, ini sangat mengganggu dan sangat gatal". Kalau begitu sekalian saja nanti Jimin mecabuti bulu hidung Jungkook biar botak sekalian. Jungkook memakan nanas di musim panas seperti ini memang tiada duanya. Jimin menelan air liurnya ketika melihat Jungkook memakan buah Nanas yang beradu dengan air buahnya sehingga berbunyi slurp, slurp yang sangat menggoda. Tapi jimin hanya bisa melirik Jungkook, karena Jungkook mendadak menjadi pelit ketika sakit .
"Kau benar-benar tidak berniat menawariku sama sekali?"Jimin benar-benar tidak tahan untuk memastikan.
Masih dengan bunyi slurp slurp Jungkook menambahkan " Aku ini sakit. slurp. Kau slup masih tega slurp meminta ini dariku? "
"Telan dulu. Dasar Jorok. Airnya terciprat ke mukakku."
Jungkook menelan kemdian kembali menambahkan " Aku sudah cukup menderita menahan sakit dan satu satu nya yang membuatku bahagia adalah aku masih bisa memakan apapun yang aku suka. Kau tega mengambil kebahagianku yang hanya secuil ini?" Jungkook mengatakannya dengan wajah sok polos mendramatisir.
"Hei, lihat buku kudukku berdiri semua. Jadi tolong sudahi drama ini. Menggelikan. " Jimin mendecak jijik sedangkan Jungkook hanya terkikik pelan dan kembali melanjutkan kegiatannya menikmati nanas segar yang sempat tertunda.
Jimin memutuskan tidak menanggapi lagi. Bunyi kecap Jungkook menjadi satu satunya bunyi yang terdengar di ruangan itu. Sejujurnya ada hal yang masih mencokol otak dan hatinya. Ini sudah hampir lewat 3 hari tapi Taehyung bahkan belum pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya. Ketika disekolahpun Jimin tidak pernah melihat Taehyung berkeliaran. Dia seperti hantu tiba tiba terlihat di kelas dan bisa menghilang dalam sekejap saat istirahat. Jimin memang mendiamkannya usai insiden yang terjadi pada Jungkook. Jimin akan terus berpura-pura marah pada Taehyung. Siapa suruh dia tidak datang ? dia bahkan tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya. Setidaknya dia harus meminta maaf dan menjelaskan kenapa dia tidak bisa datang. Jimin sibuk mengomel dalam hati. Tapi sialnya kenapa rasa khawatir itu selalu muncul. Kenapa di sini seolah olah hanya aku yang terus khawatir dengan mereka berdua. Jimin belum berhenti mengomel.
Tapi tunggu
.
.
Kenapa baru menyadari ini. Sudah tiga hari berlalu, tapi Jungkook bahkan tidak pernah menanyakan keberadaan Taehyung. Bukankah harusnya semenjak dia membuka matanya minimal menanyakan tentang Taehyung?
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT IN WORD
FanfictionIni aneh, ketika seseorang sering mengekspresikan sesuatu dengan kata-kata seolah mampu menggambarkan dirinya dengan baik bahkan setelah bertahun-tahun. Namun ternyata kau bahkan tidak mengenal sebaik yang kau kira karena justru kata-kata yang kelua...