Jimin menaikkan tudung kepalanya dan memakai maskernya. Rencana menguntit Taehyung telah di mulai. Jimin tidak habis pikir. Bagaimana dia bahkan rela meminjam hoodie juniornya hanya untuk melakukan penyamaran demi menggali informasi seorang Taehyung. KIM TAEHYUNG.
SUMPAH JIM, KAU SANGAT MEMALUKAN. Jimin menghina dirinya sendiri. Tetapi masih dengan melakukan penyamaran dengan totalitas, Jimin mulai membidiknya saat melihat Taehyung mulai keluar dari gerbang sekolah dalam jarak yang cukup jauh namun masih berada pada jangkauan. Sesekali Jimin bersembunyi saat Taehyung secara tidak sengaja menoleh ke belakang.
Jimin benar-benar menguntit secara totalitas hingga mengikuti Taehyung masuk ke dalam bus yang ia naiki. Secara sekilas Jimin dapat melihat bahwa Taehyung terlihat lelah bahkan kantung matanya terlihat bengkak dan menghitam. Tidak mengherakan jika Taehyung tertidur selama perjalanan. Hingga Jimin agaknya khawatir jika Tahyung melewatkan halte dimana seharusnya dia berhenti.
Jika rumor itu benar maka tujuan Taehyung hampir tiba. Gedung untuk para trainee di agensi ternama itu sudah dekat. Jimin jadi panik dia ingin sekali membangunkan tapi penyamaranya nanti terbongkar. Halte semakin dekat tetapi Taehyung bahkan belum membuka matanya. Jimin ingin mengumpat ketika terjebak pada situasi seperti ini. Tidak ada pilihan lain. Jimin harus menganggung semua resikonya. Dengan memantapkan hati Jimin akhirnya melangkahkan kaki untuk menggapai kepala Taehyung berniat memukulnya agar dia segera terbangun.
Namun seorang kakek kakek secara mendadak jatuh menimpa Taehyung lalu meminta maaf singkat dan secepat kilat menduduki kursi paling ujung. Kentara sekali seperti mendambakan tempat duduk karena umurnya yang bisa dikatakan paruh baya dilihat dari banyaknya rambut berwarna abu tua di bagian belakang yang tidak tertutupi topi.
Mata Jimin masih berpusat pada Taehyung, agaknya dia harus berterima kasih pada kakek tua tadi karena saat ini Taehyung membuka matanya gelagapan seperti masih berusaha mengumpulnya nyawanya yang terasa seperti masih tercecer di sepanjang perjalanan tadi. Sambil melihat sekitar nampak ingin mengetahui dia sudah sampai di daerah mana.
KAU SUDAH SAMPAI. CEPAT TEKAN BELNYA, BODOH!
Jimin jadi gemas sendiri melihat Taehyung yang masih linglung. Namun tidak berselang lama Taehyung menekan belnya sebelum melenggang keluar. Jimin bisa melihat Taehyung terburu buru keluar hingga tidak menyadari bahwa totte bag nya tertinggal di dalam bus. Baru saja akan mengambil barang Taehyung yang tertinggal, kakek tua yang menimpa Taehyung tadi segera mengambilnya dan ikut turun membuat Jimin juga ikut terburu buru turun berusaha untuk mengambil alih barang Taehyung.
"Maaf kek, barang yang tadi punya tem-" Jimin menghentikan kalimatnya ketika matanya menangkap paras seseorang dihadapannya.
"K-kau?" Suara Jimin terdengar terbata karena terlalu kaget. "Apa yang lakukan di sini?"
Seseorang yang di hadapannya juga tidak kalah kagetnya. Keduanya merasa seperti tertangkap basah. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini?" Tidak terima jika malu sendirian, dia berusaha menghindar dari pertanyaan Jimin dan memberika Jimin pertanyaan yang sama.
Aku kira aku sudah sangat memalukan. Ternyata Jungkook lebih parah.
Jimin menahan senyum konyolnya dihadapan Jungkook, kemudian secara mendadak berlagak serius membungkukkan badan 90 derajat "Choesonghamnida, Harabeoji" Ucap JImin yang kemudian disusul dengan gelak tawa hingga matanya membentuk satu garis lurus. Jungkook mendadak merasa kesal bercampur malu. Setelah ini Jimin pasti tidak berhenti mengejeknya. Berusaha menela rasa malunya, Jungkook berlalu meninggalkan Jimin yang masih belum berhenti menertawainya hingga orang-orang di sekitar memperhatikan mereka.
"Hei--haha, kau-haha, mau kemana?" Jimin bertanya di sela sela gelak tawanya saat melihat Jungkook mulai berjalan jauh meninggalkannya. Jimin mau tidak mau berjalan menyusul Jungkook karena dia juga penasaran kenapa juga Jungkook totalitas menyamar menjadi kakek tua. Jungkook dengan susah payah menyemir rambut bagian bawahnya yang tidak tertutupi topi dan memberikan riasan kumis dan jenggor di sepanjang dagu dan sekittar bibirnya
"Kau berbakat menjadi anggota NIS ngomong-ngomong" Jimin kembali meledek. Membuat Jungkook semakin mempercepat langkahnya.
"Hei, jangan marah. Itu hal yang bagus. " Jimin berusaha kembali menyamai langkah Jungkook.
"Tertawa saja terus. Dasar pendek" Balas Jungkook tidak terima.
Jimin memajukan bibirnya kesal jika seseorang menyinggung tinggi badannya. Memutuskan untuk berhenti meledek Jungkook karena pembalasan Jungkook biasanya berkali kali lebih mengerikan, Jimin akhirnya mengganti topik. Dia juga penasaran alasan Jungkook ngomong-ngomong.
"Kau penasaran dengan kebenaran rumor itu?" Jimin tidak tahan untuk bertanya.
Jungkook melirik sebentar sebelum menggelengkan kepalanya "Tidak" Tegasnya.
Tentu saja iya. Tambah Jungkook dalam hati tapi Jungkook tidak akan mengatakannya secara terang-terangan. Entah mengapa Jungkook menjadi agak skeptis jika itu berhubungan dengan Taehyung. Sebisa mungkin menghindari topik tentang Taehyung. Singkatnya dia merasa seharusnya membenci Taehyung. Hubungannya dengan Taehyung menjadi lebih rumit dan dia tidak tau cara menguraikannya.
"Jujur saja aku tidak menyangka dia benar-benar ingin menjadi idol. A-ah sepertinya aku salah, aku baru menyadari bahwa dia tidak pernah sekalipun menceritakan cita-citanya dengan benar pada kita. " Jimin berbicara sambil menerawang bagaimana dulu Taehyung justru sering berceloteh tentang resolusi konyol saat tahun baru.
Kali ini perkataan Jimin berhasil merebut atensi Jungkook.
Hati Jungkook menyangkal ucapan Jimin. Kau salah hyung. Aku masih ingat. Sangat Ingat. Saat itu dia bilang ingin menjadi seorang penyanyi seperti Rain. Dan itu pertama kalinya aku melihat matanya berkaca-kaca hanya karena melihat perform seorang penyanyi.
Hening sebentar saat tiba-tiba ponsel Jungkook bergetar, membuat sang empu mengecek notifikasi pada ponselnya. "Shit" umpatnya pelan sebelum terburu-buru menyerahkan totte bag Taehyung yang tadinya tertinggal pada Jimin. "Ini yang kau cari kan? kembalikan padanya. Aku ada ada janji dengan Mingyu " Ucap Jungkook singkat sebelum berlari menginggalkan Jimin.
"Hei, kenapa jadi aku yang disuruh mengembalikan?!!" Protes Jimin sia sia karena Jungkook sudah terlanjur berlari menjauh. Sang penerima amanat hanya menghela nafas pasrah menatap totte bag yang bergantung di keempat jarinya. Mencoba mengintip barang apa saja yang ada di dalam totte bag hingga Taehyung bisa seceroboh itu.
Tunggu. Jimin melihat kotak makan itu dengan seksama. Matanya menangkap selotip putih tertempel di bagian belakang tempat makan serta nama inisial PJK
Ini kan tempat makan yang selalu di cari Ibu. Ibu selalu memberikan selotip putih di belakang peralatan dapurnya dan menandainya dengan inisal nama Ayah.
Tempat ini.. Bukankah Jungkook sudah membuangnya?
Jimin ingat Jungkook beralasan bahwa dia lupa menaruhnya di mana. Padahal Jimin tau dengan perasaan marah luar biasa Jungkook telah membuangnya bersamaan dengan kimchi yang ibunya buatkan ke tong sampah saat bertengkar hebat dengan Taehyung.
Mata Jimin melebar. Matanya menoleh pada gedung tinggi agensi ternama yang dimasuki Taehyung beberapa waktu lalu.
Semoga tidak benar. Harapnya dalam hati.
Taehyung, tolong berhenti. Sesuka itukah kau dengan kimchi buatan ibuku? Aku bisa meminta ibu membuatkanmu kimchi sebanyak yang kau mau.
Tolong jangan lagi.
Jangan memungut kimchi yang sudah kita buang.
.
.
.
Tbc,.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT IN WORD
FanfictionIni aneh, ketika seseorang sering mengekspresikan sesuatu dengan kata-kata seolah mampu menggambarkan dirinya dengan baik bahkan setelah bertahun-tahun. Namun ternyata kau bahkan tidak mengenal sebaik yang kau kira karena justru kata-kata yang kelua...