Part 14

358 42 4
                                    

Happy Reading,.. ^-^

.

.

Rutinitas Jimin berubah selama beberapa minggu terakhir dari yang awalnya mengunjungi game center kalau tidak ada latihan sepak bola menjadi mengunjungi Jungkook di rumah sakit. Keadaan Jungkook terus membaik dan dalam beberapa hari kedepan Jungkook sudah di perbolehkan pulang dengan catatan harus tetap kontrol seminggu sekali dan mengurangi kegiatan yang memaksa kinerja lengan. Kali ini Jimin membawa tteokboki pesanan Jungkook. Jimin menggerutu setiap mengunjungi Jungkook, dia tidak pernah dengan tangan kosong karena Jungkook selalu mengirim pesan saat jam istirahat yang isinya list makanan dengan minuman wajib susu pisang yang harus Jimin bawa saat mengunjungi selepas pulang sekolah. Jimin tidak mengerti kenapa akhir akhir ini Jungkook bisa sebegitu sukanya dnegan susu pisang kadang-kadang saking seringnya dia minum susu pisang baunya sampai menyebar ruang inap Jungkook hingga membuat Jimin pusing karena baunya terlalu manis. Pernah suatu hari Jimin mengindahkan permintaan Jungkook untuk membawa susu pisang dan menggantinya dengan minuman lain yang menurutnya lebih sehat. Jungkook jadi mengomel sepanjang hari dan tidak menyentuh sedikitpun minuman yang ia bawa. Selera Jimin dan Jungkook memang sedikit berbeda jadi mereka sering sekali bertengkar ketika memutuskan makanan yang akan mereka pesan saat tidak membawa uang lebih dan perut mereka sudah berteriak meminta makan. Pada Akhirnya Jimin yang lagi lagi harus mengalah lagi karena Taehyung yang selalu memiliki selera yang sama dengan Jungkook.

Taehyung.

Jimin mendesah. Nama itu muncul lagi. Bisa tidak sih, Taehyung tidak usah muncul sekali saja dalam otaknya. Jimin menggelengkan otaknya seolah sedang menyingkirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Taehyung. Sembari menunggu Bus yang mengantarkannya pada jalur rumah sakit Jungkook, Jimin berusaha mengalihkan pikirannya.

Aku harus memikirkan yang lain.

Apa ya?

Mata Jimin melihat sekitar berusaha menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya. Mata Jimin akhirnya jatuh pada poster girlband yang saat ini sedang naik daun tersenyum elegan sambil memegang produk kecantikan.

Haah benar. Mataku bekerja dengan bagus. Pria memang suka melihat yang indah-indah. Yaa ampun. Gilaa yaa. Mereka benar-benar cantik. Idol memang punya aura yang berbeda. Hanya melihat posternya saja aura idol sudah terlihat. Apalagi kalau melihat secara langsung.

Jimin jadi tiba tiba membayangkan bagaimana jika dia jadi idol. Para wanita akan menjerit menyebutkan namanya ketika dia menyanyi dan menari sambil menunjukkan abs perutnya. Jimin tersenyum malu sendiri ketika membayangkannya. Walaupun begitu Jimin sebenarnya tidak terpikir untuk menjadi idol karena selain memang dia tidak begitu tertaik dengan dunia hiburan menjadi idol juga tidak mudah, masa trainee yang berat, aturan yang sangt ketat, bahkan dengar-dengar ada yang sampai depresi. Jimin jadi ingat masa SMP saat mereka sedang menginap di rumah Taehyung. Sebelum tidur Jimin samar samar mendengar percakapan Jungkook dan Taehyung. Taehyung mengatakan bahwa dia ingin menjadi penyanyi seperti Rain. Dia bahkan bertanya pada Jungkook apakah jika menjadi penyanyi dia akan sekeren Rain atau tidak? Yang tentu saja saat itu Jungkook menganggap Taehyung sedang mengigau. Terang saja, bocah yang hobi mengupil dan menggaruk bokong sembarangan seperti Taehyung mana bisa menjadi sekeren Rain. Jimin tertawa sendiri dan langsung berhenti ketika mengingat sesuatu.

Tunggu

Tahyung

Lagi

Kenapa ujung-ujungnya harus Taehyung lagi sih? Jimin jadi gemas sendiri. Tepat ketika merutuki pikirannya yang benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama, bus yang telah ia tunggu datang. Tanpa berpikir ulang Jimin segera masuk mencari kursi kosong setelah kartu yang ia tempelkan berbunyi beep. Menghela nafas pelan karena tidak menemukan kursi yang kosong akhirnya dengan terpaksa Jimin berdiri. Mendapat kursi kosong saat naik bus pada jam pulang memang hampir mustahil. Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh. Jimin mengeluarkan ponsel beserta earphonennya dan mulai memutar lagu dengan volume kecil. Jimin tidak terlalu suka memutar lagu dengan volume keras hingga dia tidak bisa mendengar apapun yang terjadi diluar. Volume kecil yang menangkan dan memandang jalanan kota seoul lewat jendela adalah kegiatan favoritnya saat naik transportasi darat. Itulah mengapa Jimin tidak terlalu suka diajak berbicara ketika menaiki transportasi darat. Tanpa terasa bus berhenti pada halte selanjutnya. Jimin berharap pengguna kursi ada yang turun pada halte ini. Jimin tersenyum ketika menemukan kursi di depannya kosong setelah seorang pria turun. Tanpa menunggu lama Jimin buru-buru mendudukinya. Sedikit merenggangkan badannya karena sudah cukup pegal. Perlahan lahan orang-orang mulai bergantian memasuki bus sembari menempelkan kartu. Semuanya berjalan normal seperti biasa hingga seorang gadis masuk membuat mata Jimin melotot. Bukan karena dia terlalu cantik, walaupun Jimin tidak bisa memungkiri bahwa wanita itu memang cantik. Sangat malah. Tapi bukan itu yang menjadi fokus Jimin. Noda merah tepat dipantat yang semakin mirip dengan bendera Jepang itu. Gadis itu tidak menyadarinya. Jimin menjadi panik tidak karuan. Wajahnya gelisah.

SILENT IN WORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang