Ep 3. Diar Yang Kesepian

3.2K 210 5
                                    

Terima kasih bagi yang sudah vote dan komen

Selamat membaca

🌺🌺🌺



Diar POV

Sejak gue bekerja sebagai news anchor di Astro TV, Account Manager di Astro Academy juga sebagai host beberapa acara off-air. Gue tinggal sendiri di Bekasi, tepatnya di kompleks perumahan yang gue beli dengan jerih payah selama bekerja di Kota Metropolitan.

Rumah yang bergaya modern minimalis berlantai dua itu hanya dihuni gue dan tiga ART. Kadang Ibu atau Adik gue satu-satunya berkunjung dan menginap jika sedang mampir ke Jakarta. Ibu gue tinggal di Surabaya karena tuntutan profesi sebagai Dosen sekaligus Guru Besar di salah satu Universitas Negeri di Surabaya. Ibu tinggal bersama sepupu karena Ayah gue sudah lima tahun tiada. Sementara Adik gue 3 tahun yang lalu sudah menikah dan tinggal bersama keluarga kecilnya di Malaysia. Gue dan adik hanya terpaut usia dua tahun. Jadi jika Kami jalan bersama, maka orang sering mengira bahwa Kami adalah saudara kembar hahaha.

Kesuksesan, materi dan pencapaian selama ini sudah gue raih dan miliki. Gue sangat bersyukur Tuhan telah memberikan rezeki yang berlimpah hingga di usia gue sekarang. Orang banyak memuji, mengagumi dan mengatakan jika gue sangat beruntung. Orang banyak beranggapan jika gue ini sangat bahagia. Padahal gue juga sama, normal seperti mereka. Gue hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kerurangan dan ketidak sesempurnaan.

Gue juga kadang suka iri melihat seusia gue sudah menikah dan memiliki anak. Gue kadang iri dengan teman yang sudah berkeluarga. Setiap mereka pulang berkerja, pasti akan ada yang menyambutnya saat tiba di rumah. Kecerian di rumah dengan hadirnya anak-anak. Di kala malam tidur pun terasa hangat karena ada istri yang senantiasa menemani. Tapi gue, setiap pulang kerja, tidak ada yang menyambut selain ketiga ART, Mbok Asih, anaknya Mbok—Rani dan supir gue, Joni. Setiap hari jika di rumah, gue makan sendiri, nonton TV sendiri dan tidur sendiri. Tidak ada yang menemani.

Banyak yang mengira jika gue ini belok atau bahasa kasarnya mereka mengira gue ini gay. Gue yang sudah 32 tahun masih betah melajang. Padahal Adik gue saja menikah di usia 29 tahun. Tidak heran, banyak sekali orang-orang yang mencoba menyomblangi gue dengan sepupunya, adiknya, kakaknya, temannya, ataupun putrinya. Belum lagi pertanyaan menjurus soal kapan nikah? Sudah berapa ribu kali gue menerima todongan seperti itu.

Siapa yang tidak ingin menikah? Gue tentunya ingin. Gue juga pria normal. Tapi tidak semudah orang-orang berkata. Gue masih betah melajang dan lebih fokus berkarir bukan berarti selamanya gue akan membujang. Suatu hari nanti gue juga akan menikah. Tentu dengan perempuan yang gue cintai, yang menerima kekuranga gue dan tidak cuma kelebihan gue. Namun hingga saat ini, gue belun menemukan perempuan yang sesuai dan sejalan dengan prinsip hidup gue. Gue tidak pernah mematok standar kriteria calon istri. Tapi orang selalu menjadikan hal itu sebagai salah satu penyebab mengapa gue masih single hingga saat ini.

Apakah gue tidak laku? NO! Gue bahkan sekarang lebih banyak MENOLAK. Bukan gue sok kegantengan atau mematok standar tinggi cewek idaman. Namun belum saja gue menemukan perempuan yang sejalan dan satu prinsip. Perempuan yang tidak hanya smart dalam berpikir, tetapi smart juga dalam bersikap. Tidak hanya cantik wajahnya tetapi pula cantik hatinya. Dan hingga detik ini gue belum menemukannya.

Dulu, gue sering ditolak cinta. Dulu gue memang terilihat cupu, kucel, kumel dan tidak menarik. Gue pun bukan dari kalangan crazy rich. Gue pernah beberapa kali menembak cewek tapi selalu ditolak. Pernah waktu SMA gue pacaran dengan teman satu organisasi OSIS, tapi, itupun tidak lama hanya bertahan dua bulan. Lalu ketika masa kuliah, tepatnya saat masa penyusunan skripsi, gue pernah berpacaran dengan mahasiswi kedokteran.

Programmer Cantik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang