Ep 4. Developer

2.7K 202 3
                                    

Terima kasih bagi yang sudah vote dan komen

Selamat membaca😊

🌺🌺🌺


Author POV

Chesa terus menekuni dunia coding dengan tekun dan serius. Semua dia ikuti jika materi selama pembelajarannya gratis. Uang dari mana ia bisa membiayai sekolah coding tersebut? Biaya perkelasnya saja selama 180 hari sampai 2 juta rupiah. Maka dari itu ia sangat mengandalkan beasiswa pada setiap event yang diselenggarakan Indicode ataupun perusahaan Startup yang bekerja sama dengan pihak Indicode.

Untunglah karena berkat kecerdasan IQ yang dimilikinya. Dalam kurun waktu 40 hari, Chesa bisa lulus kelas Pemrograman Web dan sistem komputasi awan atau Cloud Computing. Walau baru lulus kelas basic. Tapi berkat ketekunan dan kecerdasannya pula ia mendapat lagi double beasiswa dari Indicode yaitu kelas Expert-Cloud Computing dan tes sertifikasi ujian Basic Cloud langsung dari perusahaan software raksasa—Microsoft yakni Exam AZ-900 (Microsoft Azure). Ujian kemampuan cloud basic tersebut senilai $55 dan dia free karena lolos dikelas kemarin. Jika dikonversikan dalam rupiah sekarang berapa? Lumayan mahal bukan?

🌺🌺🌺

Setelah lulus di kelas tersebut ia pun menambah skill-nya dengan mengikuti kelas lanjutan PWA (Progresif Web App). Sebagai modalnya untuk melamar kerja sebagai web developer atau cloud developer. Dia tidak ingin melamar sebagai lulusan HI lagi. Sangat sedikit yang membutuhkan, apalagi faktor usia. Sementara untuk IT sangat dibutuhkan di berbagai perusahaan, apalagi sekarang di era digital.

Setelah sebulan belajar pemrograman dari nol, dari asal mula ia tidak tahu apa-apa tentang dunia coding sampai ia menguasai beberapa bahasa pemrograman yakni Java, HTML5, CSS3 dan JavaScript. Hingga berhasil dan paham mengenai bagaimana cara membuat design web sebagai langkah kedua untuk menjadi full stack developer, maka ia harus melewati terlebih dahulu bagaimana menjadi seorang frontend developer. Sebelumnya ia berhasil memahami dan menguasai bagaimana algoritma pemrograman sebagai tahap awal untuk menjadi programmer.

Dua kelas beasiswa yang ia dapatkan dari Indicode telah sudah ia berhasil kuasai dan selesaikan setiap submisi tugas yang diberikan sebagai tolak ukur kelulusan kelas tersebut. Namun untuk kelas cloud developer, Chesa tidak melanjutkannya lagi. Ia lebih tertarik untuk membuat design web ketimbang mengelola sistem komputasi awan apalagi berbagai macam cloud provider harus ia kuasai pula. Ya karena cita-citanya adalah menjadi full stack developer. Yakni sebutan bagi seseorang yang membangun web dari mulai frontend (*men-design web) hingga backend (*menjalankan fungsi web atau orang yang bekerja dibalik layar web sehingga web tersebut dapat bejalan dan berfungsi dengan baik).

Walaupun masih banyak kekurangan dari skill mengodingnya, tapi Chesa tetap optimis. Suatu saat nanti ia pasti akan berhasil menjadi seorang web developer. Tidak masalah dengan background-nya sebagai Sarjana Ilmu Politik. Walaupun tidak sinkron dengan background pendidikannya, tapi ia memiliki skill seperti lulusan anak IT. Ia tetap bersyukur karena sedikitnya ada perkembangan dan kemajuan dalam dirinya. Setidaknya dengan berbekal sertifikat kursus dari Indicode dan Sertifikat Exam Azure Fundamentals AZ-900 dari Microsoft, ia pun optimis dan memiliki kepercayaan diri untuk melamar pekerjaan di bidang IT. Entah itu melamar sebagai Junior Frontend Developer atau Junior Cloud Developer.

Dia sering kali mendapat cibiran dari sang ayah. Menurut beliau, anaknya terlihat buang-buang waktu dengan terus berjam-jam menatap layar laptop. Tidak apa ia tidak mendapat dukungan dari ayahnya. Toh yang ia lakukan itu positif. Biarlah soal pandangan hidup ayahnya yang masih terbawa dengan pemikiran jaman dulu. Yang terpenting ia tetap fokus pada tujuannya dan terus mengasah skill-nya dan tetap berusaha mencari pekerjaan untuk menyokong biaya hidupnya. Tabungannya semakin menipis. Tidak mungkin ia meminta uang pada sang ayah yang hanya sebagai pegawai kecamatan. Apalagi tahun ini sang ayah akan pensiun. Chesa malu, ia sudah dewasa!

🌺🌺🌺

Tapi tampaknya Chesa melupakan peringatan dari ayahnya. Yakni untuk medaftarkan diri mengikuti seleksi CPNS. Karena sangat excited dan gembiranya mendapatkan beasiswa online coding bootcamp, Chesa jadi lupa. Padahal ia baru melangkah awal menuju jalan cita-citanya. Chesa mendadak cemas, panik luar biasa. Bagaimana cara menjawab pertanyaan sang ayah jika menanyakan perihal seleksi CPNS itu?

Chesa tidak bisa duduk dengan tenang. Bahkan coding yang ia buat untuk memenuhi tugas dari kelas frontend web developer saja ia tunda. Laptop pun masih sudah dalam mode sleep lantaran tak ia sentuh. Ia galau, cemas dan gundah gulana. Pikirannya sudah tidak fokus lagi untuk menuliskan syntax (*kode-kode pemrograman). Ia harus mencari jalan keluar agar sang ayah tidak menjodohkan dan menikahkannya dengan pria pilihan beliau. Ia masih belum siap melepas masa lajang. Baru saja ia merangkai mimpinya. Ia tidak akan rela jika cita-citanya itu harus kandas sebelum berhasil.

Seminggu kemudian...

Sang ayah, Pak Gani baru saja pulang mengikuti diklat di Lembang. Sejenak beristirahat sambil menonton berita nasional, ia memanggil sang anak untuk menghadapnya. Selama diklat, beliau banyak berbincang dengan rekan kerja dan kolega dari petugas kecamatan lain. Beliau banyak menerima informasi terkait pelaksanaan CPNS yang sudah berakhir dan sudah mengumumkan peserta yang lolos seleksi administrasi. Beliau pun ingin menanyakan pada anaknya, apakah sang anak berhasil lolos? Tapi ia yakin sang anak akan lolos, toh Chesa memiliki otak encer. Walaupun sebenarnya anak itu bukanlah putri kandungnya.

Chesa adalah anak dari adik perempuannya yang meninggal setelah Chesa dilahirkan. Sementara ayah kandungnya, bunuh diri karena tak sanggup hidup tanpa orang yang dicintainya. Chesa terlahir sebagai anak yatim piatu. Maka tak heran gen kecerdasan menurun dari almarhum orang tuanya. Biarlah rahasia ini akan selalu beliau pendam hingga maut datang. Beliau tak ingin membuat keponakannya—anak dari adik satu-satunya itu terpuruk dan sedih mengetahui kenyataan pahit ini. Perihal mengapa beliau bersikeras membuat keponakannya bisa menjadi PNS adalah agar beliau bisa tenang saat tak bisa lagi menjaga dan merawat keponakannya.

Beliau tak tahu sampai kapan sisa umurnya di dunia. Setidaknya jika Chesa menjadi PNS, anak itu akan mendapat jaminan hidup atau pensiunan dari pemerintah sampai tua bahkan sampai mati akan dilimpahkan pada suami atau anaknya. Tidak seperti beliau yang sedari dulu hanya sebagai pegawai honorer saja. Beliau tidak memiliki pensiunan sehingga tidak tahu jika masa kerjanya habis atau beliau meninggal.

Bagaimana dengan nasib hidup Chesa? Tak masalah dengan anak kandungnya karena sudah menikah dan memiliki suami. Tapi Chesa, anak itu masih menjadi tanggungannya. Salah satu alasan lain mengapa beliau memberikan pilihan kedua, yakni menjodohkan dan menikahkan Chesa dengan pria pilihannya adalah agar beliau bisa tenang.

"Chesa," panggil sang ayah dengan suara lantang.

Chesa yang sedang merenung dan mengurung diri di kamar mulai panik dan gugup. Ia bingung dan takut menghadapi sang ayah. Ia takut jika berbohong akan ketahuan.

"Iya Pak," Sahut Chesa dengan malas.

"Duduk, Neng," perintah sang ayah yang terlihat tenang.

"Gimana? Kamu lolos seleksi administrasi?" Tanya beliau.

"Eunggg....gak Pak. Chesa gak lolos," jawab Chesa dengan gugup. Tubuhnya begitu gemetaran hebat lantaran berusaha menyimpan kebohongan.

"Bener? Emang kemarin apply kemana?"

"Eunggg ... itu. Eungg ... keee ... ke Kemlu," jawab Chesa gagu, ia tak bisa menahan rasa gugupnya. Berkali-kali ia menyentuh hidung dan mengigit kuku jari telunjuknya.

"Lho, yang baru diumumin cuman kementerian xxx–." Sang ayah menyebutkan kementerian mana saja dari ponselnya.

Mampus kamu Che!!! Umpat Chesa dalam batinnya.

"Neng gak daftar CPNS kan? Iya kan?" Tebak sang ayah masih tetap tenang tanpa emosi.

"Pak maaf Chesa emang gak apply CPNS. Pak, Chesa punya mimpi sendiri, Chesa pengen kejar cita-cita Chesa. PNS memang bagus Pak, tapi itu bukan passion Chesa. Bukan minat dan bakat Chesa kerja di lingkungan pemerintahan. Chesa pengen kerja di perusahaan Startup. Chesa pengen kerja di perusahaan yang ruang lingkupnya seputar dunia teknologi. Karena itu bidang yang Chesa senangi. Maaf Pak, Chesa bukan anak yang baik, yang bisa banggain Bapak. Tolong kasih Chesa kesempatan dan kebebasan," Chesa terisak.

Selesai mengeluarkan unek-uneknya, ia langsung berlari menuju kamarnya dan mengunci rapat-rapat.Bandung, 28 Maret 2020

Next ➡️

Programmer Cantik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang