"ini kunci mobil, dan juga kredit card."
Jiyeon menatap dua benda itu dengan tatapan datar tidak tertarik.
"untuk apa?"
"semua simpanan memilikinya." ucap Minho dengan lebih datar lagi. "aku tidak pernah berpikir bahwa kau akan memberikan tambahan uang untukku." jawab Jiyeon lagi.
"semua perempuan memiliki keperluan, kau mungkin ingin ke salon dan memberi tas-tas mewah seperti kebiasaanmu dulu." ucap Minho kalem.
Benar memang dia dulu hampir setiap hari ke salon, namun itu karena paksaan ayahnya agar memiliki anak yang cantik luar biasa dan itulah yang ayahnya dapat.
"aku tidak suka ke salon." jawab Jiyeon jujur.
"aku tidak pernah salah mengingat betapa seringnya kau pergi ke salon. jadwalmu seolah tercatat diotak semua pesuruh dirumahmu."
"karena sekarang aku miskin aku tidak suka ke salon."
"itulah kenapa aku memberikan kartu ini untukmu."
"aku tidak butuh hal semacam ini Choi Minho." Minho bersidekap saat menyadari bahwa Jiyeon memang tidak ingin menerima kemewahan yang ia berikan.
"bagaimana dengan mobil?"
"aku bisa naik angkutan umum."
"kau tidak boleh lagi naik angkutan umum." balas Minho.
"Dan kenapa?"
"tidak bagus untuk kulitmu."
"kau sekarang terdengar seperti ayahku." balas Jiyeon malas.
"jangan samakan aku dengan ayahmu." ucap Minho penuh kebencian.
"ambil kartu itu dan kuncinya."
"aku tidak mau."
"kau simpananku, kau harus mengikuti kemauan ku."
"Aku tidak bisa menyetir." balas Jiyeon namun dengan wajah datar walaupun sebenarnya ia malu.
"tidak mungkin."
"aku memang tidak bisa menyetir Choi Minho. Aku tidak bisa memakai mobil."
"oh kau ingin sopir pribadi?"
"Tidak, astaga. aku tidak bisa menyetir, artinya aku memang tidak bisa memakai mobil aku tidak paham caranya."
"tidak mungkin."
"ya memang mungkin."
Kemudian namja itu terdiam cukup lama seperti menimbang.
"aku akan memberikan sopir pribadiku untukmu."
"tidak perlu."
"kau serius?"
"aku sudah mendapatkan uang yang ku mau, kau tidak perlu lagi memberikan uang untukku ataupun-"
"semua simpanan harus diberikan kemewahan juga Park Jiyeon, terlepas dari masalah kita" ucap Minho lebih tenang.
Kemudian Jiyeon akhirnya menghela napas.
"terserahmu saja."
Minho tersenyum.
"baguslah. hari ini kau harus pergi ke salon dan memotong rambutmu agak pendek dan juga jangan lupa membeli baju karena hari ini aku ingin bertemu beberapa teman di club."
Jiyeon menatap curiga.
"aku tidak menjualmu asal kau tahu saja."
***