10.

2.1K 286 196
                                    

Hyomin duduk menghadap jendela dengan wajah yang tanpa ekspresi, beberapa kali ia terlihat mengigit kukunya dan juga terlihat gelisah kadang-kadang.

Jiyeon berdiri diluar kaca sambil memperhatikan kakanya dengan penuh perhatian.

"Apakah dia bisa pulih?" Jiyeon bertanya dengan serak.

"Kita hanya bisa berharap, kecanduan nya parah sekali dan gangguan jiwa yang ia miliki hanya memiliki tingkat kesembuhan yang rendah." ucap dr.Kim sambil memperhatikan Hyomin.

"Jiyeon, kemarin ada seorang pria yang memaksa menjenguknya." ucap dr.Kim, Jiyeon merasakan tubuhnya menegang karena rasa khawatir.

"siapa?"

"Karena permintaan mu untuk melarang siapa pun yang menjenguknya kecuali dirimu, kami hanya mengatakan bahwa dia tidak bisa bertemu dengan Hyomin. Dia mengatakan ia adalah ayah kalian." Dia langsung merasakan rasa takut yang luar biasa, bagaimana ayahnya mengetahui bahwa dia menempatkan hyomin di sini?

"Jiyeon kau baik-baik saja." Dokter Kim terlihat khawatir dengan Jiyeon.

"Aku baik baik saja."

"Dia mengirimkan pesan untuk menyampaikanya padamu, dia mengatakan bahwa dia akan segera menemuimu." ucap dr.Kim

"Senang mendengarnya." bisik Jiyeon muram.

Kemudian dokter Kim menatap Jiyeon dengan tatapan menilai.

"Kau tahu aku akan selalu memiliki tempat untuk kau bercerita ataupun mengatakan masalahmu." ucap dr. Kim padanya.

Jiyeon tersenyum lagi.

"Aku baik baik saja dan sangat sehat kau tidak perlu khawatir." Jiyeon menepuk lengan wanita itu dengan penuh kebaikan.

Kemudian mereka berdua berdiri sambil menatap ke arah Hyomin yang kini mulai bersenandung kecil dan beberapa kali terlihat menutup matanya menahan kesakitan di tubuhnya.

"Teman, seseorang yang mengalami ketakutan dan depresi membutuhkan seseorang di dalam hidupnya yang bisa membuatnya merasakan bahwa dirinya tidak sendiri. Hyomin memiliki dirimu, tapi kau memiliki siapa?" dr.Kim bertanya padanya.

"Aku tidak depresi." ucap Jiyeon tenang.

"Aku bisa menjadi teman mu kalau kamu mau, jika kamu lah merasakan tidak tenang kau bisa datang kepadaku dan kita akan mencari jalan keluar nya."

"Terima kasih kau sudah banyak sekali membantuku selama ini, terutama hyomin yang memang sudah tidak dapat bertahan juga tidak ada obat di sekitarnya." ucap Jiyeon pada dr.Kim.

***

Sesampai dirinya di apartemen, belum mencapai kamarnya ia sudah jatuh terduduk sambil menangis dan menjerit keras. Dia bersyukur tidak ada siapa pun di sana, ia sudah tidak dapat menahan rasa ketakutannya yang semakin besar apalagi mendengar bahwa ayahnya sudah menemukan dimana Hyomin.

Dia ketakutan bukan main, ayahnya kembali hanya untuk satu tujuan.

itu pasti berkaitan dengan dirinya dan Hyomin. Pria paruh baya itu lebih jahat daripada siapapun, dan dia pasti akan menyakiti Hyomin lagi.

jiyeon merasakan sesak napas dan beberapa kali ia mencoba memukul dadanya agar napasnya mudah dikeluarkan namun tidak bisa.

masalah yang dihadapinya seolah tidak ada habisnya.

Jiyeon mengambil ponselnya dan kemudian melemparkan benda itu ke arah dinding hingga hancur berkeping-keping. ia akan menghancurkan semua alat yang bisa ayahnya gunakan untuk menghubungi dirinya.

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang