"Aku tidak mau." bisik Jiyeon penuh dengan harga diri. Tapi dia tahu bahwa ia harusnya tidak memiliki hak untuk menolak setelah namja itu memberikan apapun yang ia mau. Tapi dia tidak bisa melepaskan harga dirinya sebagai seorang perempuan.
Minho dengan cepat berjalan maju dan menghimpitnya ke meja yang cukup besar dibelakang mereka, Jiyeon ketakutan tetapi dia tidak ingin menunjukan ketakutannya. Namja itu mengangkat tubuhnya untuk duduk atas meja itu, membuat Jiyeon harus berpegangan dengan nya.
"ayo kita lakukan, lakukan seperti beberapa tahun yang lalu. tidak akan ada ayahmu yang keparat itu lagi yang mencegah aku menyentuhmu Park Jiyeon." Suara namja itu melembut dan selembut angin, dia berbisik dengan penuh keyakinan pada Jiyeon. Jiyeon merasa mereka kembali ke masa dulu.
Dimana Minho masih sangat memujanya. Tidak ada orang lain yang tahu bahwa namja yang sangat membencinya saat ini pernah menjadi kekasih yang sangat menyayanginya.
Hari ini dan sekarang, cara namja itu berbisik dan bicara dengan lembut padanya langsung memberikan ingatan dulu disaat Minho dan dirinya, disaat mereka masih baik-baik saja.
Karena melihat ekspresi menerima diwajah Jiyeon, Minho tidak menunggu waktu lama untuk mencium nya. itu ciuman yang berbeda dari ciuman kemarin yang ia rasakan, ini ciuman penuh emosi yang menyalurkan sesuatu yang sudah mereka tahan selama ini. Minho memeluknya dan menyatukan bibir mereka dengan gerakan yang luar biasa lembut.
Namun itu tidak bertahan lama saat namja itu mulai bergerak dengan terlalu bersemangat, dia menciumi leher Jiyeon hingga ke dadanya dan rasanya luar biasa.
Namja itu menjatuhkan beberapa benda mahal yang ada dimeja itu dan Jiyeon tahu bahwa Minho tidak perduli tentang benda-benda itu.
Kemudian tangan nya ditarik keatas membuatnya tidak bisa melakukan apapun dengan bibir namja itu disemua tempat yang tidak pernah ia ketahui akan menimbulkan efek seperti ini.
"aku tidak kuat lagi." Bisik Jiyeon terengah-engah. Minho mengangguk dan meraih sesuatu dari kantong celananya.
"apa itu?" Jiyeon bertanya membuat Minho terlihat bingung dengan pertanyaannya.
"ini kondom."
Apa itu kondom? Jiyeon memutuskan untuk tidak bertanya dan berbaring diatas meja sambil menunggu Minho selesai melakukan apa yang ia lakukan disana.
Dadanya naik turun karena gairah.
Kemudian Minho kembali padanya dan mulai kembali menciumi tubuhnya.
Kemudian tiba-tiba dia merasakan hantaman kesakitan saat Minho terlihat berusaha memasukan sesuatu ke dalam tubuhnya. Jiyeon hampir mendorong Minho dan ia terkesiap keras.
Minho terdiam, matanya membelalak dengan cara yang mengerikan. Untuk sesaat mereka dalam posisi yang sangat awkward.
"kau tidak...?"
"tidak mungkin kau?" dia berbisik sambil menghapus sedikit titik air mata di ujung mata Jiyeon.
Jiyeon hanya diam dan kemudian dia menarik turun namja itu dalam ciuman penuh semangat.
***
Jiyeon mengumpulkan bajunya yang sudah robek dimana-mana dengan tatapan merana, dia tidak ingin melihat kearah Minho sudah berdiri diam seperti patung didekat meja.
Dia harap namja itu tidak mengeluarkan suara sedikitpun saat ini karena dia tidak ingin dan tidak siap mendengar apapun yang Minho katakan. Perasaannya campur aduk dan tubuhnya sangat sakit dan nyeri sekarang.