"Hai anakku."
Jiyeon berdiri mematung dibalik kasir, ayahnya dan beberapa namja masuk dengan senyuman dibibirnya. Sudah hampir 1 bulan sejak perpisahannya dengan Minho, Jiyeon meninggalkan semua yang bisa ia tinggalkan dan hanya membawa sedikit barangnya. Dia berpindah tempat setelah ayahnya selalu berusaha menemuinya dan sepertinya ia tidak bisa kabur kali ini.
"Ayah." ucapnya jijik.
Jiyeon merasakan ketegangan dan ketakutan, saat bersama Minho semuanya terasa aman dan dia merasa sangat kuat namun sekarang ia rapuh, apalagi memikirkan bayi dikandungannya. Belakangan ini ia merasa tidak enak badan namun ia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan, ia harus mengumpulkan uang untuk biaya persalinannya. Minho tidak akan dirugikan lagi olehnya, dia akan menjaga bayinya sendiri dan namja itu harusnya bahagia dengan kehidupannya sekarang.
"Kita harus bicara."
"aku tidak mau bicara denganmu." ucap Jiyeon keras.
"Kau melupakan sopan santun mu ya setelah- ah sepertinya pria kaya mu membuangmu?" Jiyeon hanya diam dan mencoba mengatur perasaannya, ia melihat artikel internet bahwa stress bisa mengancam nyawa anaknya itulah mengapa belakangan ini ia berusaha keras mengontrol perasaannya namun dia sangat ketakutan sekarang.
"aku tidak tahu maksudmu."
"Jangan seolah suci anakku, aku ayahmu."
"Pergi!" Jiyeon membentak keras saat ayahnya dan beberapa namja itu mulai berjalan mendekatinya, Jiyeon meraih ponselnya dan mengangkatnya.
"aku menghubungi polisi, jika kau berani sedikit saja menyentuhku aku akan meminta mereka menangkapmu." ucapnya mengancam.
"Kenapa kau tidak mengijinkanku bertemu Hyomin?"
"Untuk apa? kau ingin membunuh cucumu?!"
"Anak itu tidak pantas hidup, anak yang dilahirkan oleh kakamu hanya akan menjadi anak yang sama gilanya seperti ibunya. Tidak kah kau sadari? kau mempertahankan beban?" tanya ayahnya, Jiyeon hanya berdiri disana dan menatap ayahnya dengan tatapan tidak menyangka akan mendengar kalimat sekejam itu.
"Dia anakmu ayah." Jiyeon mendengar suaranya lemah dan bergetar karena akan menangis, memikirkan Hyomin.
"Kau anakku, dia bukan." ucap Ayahnya dengan malas.
"Tidak kah kau menyadarinya? kalian tidak mirip sama sekali, Hyomin adalah anak hasil perselingkuhan ibumu. Pelacur itu membuatku naik darah." Jiyeon merasakan tubuhnya mematung, tapi bagaimana bisa? Hyomin dan dirinya memiliki ikatan yang kuat bahkan walaupun berbeda ayah mereka tetap saja terlahir dari rahim yang sama dan dia jijik mengetahui bahwa dialah anak kandung ayahnya.
"Aku tidak ingin menyakitimu Jiyeon, kau anakku dan aku cukup menyayangimu. Jangan memaksaku bertindak kasar, sekarang ikut denganku dan bawa aku menemui kakamu."
"aku tidak mau."
"Jiyeon! kau tahu siapa Myungsoo? dia tidak akan melepaskanku dan dirimu begitu saja jika anak itu tidak dihilangkan."
"Persetan denganmu ayah, aku tidak perduli bahkan jika kita berdua harus mati. Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Hyomin lagi, bahkan jika itu harus mengorbankan nyawaku."
Lalu tangan ayahnya terangkat dan menampar wajahnya dengan sangat keras, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa diwajahnya dan rasa sakit yang mulai ia rasakan diperutnya. Lalu ia terisak, dia tidak sanggup hidup seperti ini.
Tidak hanya menampar, ayahnya langsung menjambak rambutnya dengan kasar dan memaksanya untuk mengikuti namja itu dan Jiyeon berusaha melakukan perlawanan.