Jiyeon memutuskan untuk menggunakan gaun merah berani dan lipstik merah menggoda, dia tidak pernah menggunakan warna-warna mencolok namun hari ini seakan-akan hal itu bisa menambahkan kepercayaan dirinya dihadapan Choi Minho. Semalam ia menangis sepanjang malam dan ia bersyukur ia bisa mengurangi bengkak dimatanya dengan air dingin dan tadi pagi Minho menghubunginya dengan pesan singkat.Hari ini pukul 7 malam di hotel w. Dia suka wanita yang terlihat dewasa.
Dia tidak ingin menjual tubuhnya, demi Tuhan ia benar-benar tidak ingin. Tapi tidak ada yang dapat ia lakukan sekarang, semalam ia hanya ingin membenarkan semua tuduhan Minho kemudian kenyataan menamparnya bahwa ia memang membutuhkan uang. Rumah sakit tempat Hyomin dirawat menghubungi dirinya dan mengatakan bahwa dua minggu lagi ia harus membayar kekurangan biaya rehabilitasi Hyomin dan sampai sekarang ia tidak punya uang itu.
Tidak ada jalan lain selain menjual apa yang tersisa pada dirinya.
Dia tidak berguna.
Seandainya saja ia seorang sarjana atau memiliki gelar mungkin ia bisa bekerja disebuah perusahaan dan bukannya menjadi pelayan yang selalu di hina dan direndahkan.
Jadi pada pukul 7 kurang 15 menit ia sudah sampai dihotel yang maksud Minho, hotel berbintang yang sangat terkenal dikorea. Harga menginap permalam disini sangat mahal dan hanya orang-orang dengan keuangan stabil yang berani tidur ditempat ini. Dia dengar hotel ini salah satu hotel yang berada dibawah perusahaan Minho. Minho kaya raya dengan bisnis hotelnya yang ada disegala tempat.
Salah satu pelayan hotel menyambutnya dengan ramah seolah mereka pikir dia kaya raya karena bajunya.
Mereka membawanya ke ruangan yang ia sebutkan, dan saat ia tiba disana hanya ada Minho yang sedang duduk dengan tenang sambil membahas sesuatu melalui telepon, dihadapan namja itu ada beberapa kertas. Juga ada beberapa karyawan hotel yang berbaris menunggu namja itu menandatangani sesuatu dikertas itu.
Namja itu menutup teleponnya saat ia menyadari kehadiran Jiyeon.
Dia menatap Jiyeon dari atas sampai bawah dan tersenyum kecut.
"Seperti yang aku maksud, kau tahu sekali kesukaan pria dewasa."
"Aku cukup berpengalaman." ucap Jiyeon muram dan duduk dihadapan pria itu.
"Dia akan tiba sebentar lagi dan kau harus dengan semampumu menyenangkan dirinya, dia namja yang cukup kaya dan akan menanamkan modal untuk hotel baruku."
"Baik."
Jiyeon melepaskan jaket yang ia gunakan, langsung menampilkan bagian depan gaunnya yang memang tidak terlalu tertutup.
"Pelacur selalu tidak setengah-setengah." ucapnya saat melihat wajah Minho memucat melihat apa yang ia kenakan.
"Kau sangat profesional."
***
"Tn. Nakamura, dia Park Jiyeon salah satu gadis cantik yang akan menemani kita malam ini." Minho memperkenalkan Jiyeon pada pria berumur itu, usianya mungkin sekitar 50 tahun namun terlihat jelas masih aktif dalam hubungan seksual. Dia tersenyum ramah pada Jiyeon yang membuat Jiyeon yakin dia mungkin ayah yang baik.
Minho tidak bercanda dengan ucapannya untuk menjadikan Jiyeon salah satu pelacur untuk memperlancar bisnisnya.
Namja itu memang sangat membenci dirinya.
Jiyeon berusaha dengan keras memberikan senyum terbaiknya ke arah ke arah pria paruh baya yang kini menatapnya dengan tertarik.
"Senang bertemu dengan anda Tuan." Jiyeon tersenyum sopan.