13.

1.8K 281 163
                                    

Jiyeon mencengkram pinggiran lemari kayu yang terletak dikamarnya, perutnya terasa di cengkram kuat dan ia dengan segera berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Setelah selesai ia terduduk di lantai kamar mandi sambil memegangi perutnya, Jiyeon mencoba mengontrol napasnya dan biasanya selalu berhasil saat ansietasnya datang. Namun kali ini mualnya benar-benar tidak tertahankan.

Jiyeon melirik kearah plastik kecil yang ia sembunyikan dilemari bawah kamar mandinya, tidak menggeleng mencoba menolak pikirannya. Tidak mungkin, hubungan mereka selalu aman dan Minho tidak pernah satu kalipun menumpahkan benihnya ke dalam rahim Jiyeon.

Namja itu dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak akan pernah sudi seumur hidupnya anaknya dilahirkan oleh perempuan seperti dirinya dengan keluarga luar biasa berantakan dan ayah yang licik. Minho tentu saja mencari perempuan seperti kekasihnya yang berkelas.

Jiyeon hampir meraih benda itu jika saja pintu kamar mandinya tidak di buka dengan sedikit kasar, Minho berdiri disana dengan mata merah yang menandakan bahwa namja itu baru saja terbangun dari tidurnya.

"Minho."

"Kau tak apa?" Namja itu pasti terbangun karena Jiyeon sangat berisik tadi, sudah beberapa malam ini mereka tidur dikamar dan dikasur yang sama. Inilah yang ia takuti, namja itu akan tahu kebiasaannya saat kepanikan melandanya.

"Aku tak apa." Jiyeon menjawab dengan lemas.

Minho berjalan kearahnya dan Jiyeon mengangkat tangannya.

"Tidak, aku penuh dengan muntahan."

Minho hanya berdecak dan membantunya berdiri membiarkan bajunya kotor.

"aku tidak jijik dengan muntahan." jawab namja itu. Ia membantu Jiyeon duduk dikursi dan melepaskan baju yang Jiyeon kenakan.

"aku minta maaf membangunkanmu."

"Apa yang terjadi padamu?" Minho bertanya curiga.

"aku hanya mual."

"mual?"

"aku tidak hamil, kau tidak perlu khawatir." Ucap Jiyeon menyadari perubahan wajah Minho.

"aku sangat ketat soal hubungan intim." ucap Minho dan menyimpan baju itu ke tumpukan pakaian kotor.

"perlu kah kita memanggil dokter?"

"Tidak."

"Baik lah." Minho mengambil handuk bersih untuk membantu membersihkan Jiyeon yang sudah sangat pucat dan lemas karena ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Minho berjongkok dan dengan sabar membersihkan tubuh Jiyeon yang terkena muntahan.

"Aku akan membersihkan diriku sendiri."

"Dengan keadaanmu yang hampir pingsan?"

"Aku bisa."

Minho hanya diam dan dengan bersih membersihkan bekas muntahan dari bagian depan tubuhnya dan bagian rambutnya yang terkena. Jiyeon bersandar dipundak Minho saat namja itu mengangkat tubuhnya.

"aku lelah." ucap Jiyeon dan kemudian ia jatuh tertidur saat Minho membaringkan tubuhnya keatas kasur.

***

"Aku tidak akan pulang malam ini, jadi kunci kamarmu." ucap Minho saat mereka sarapan bersama, Jiyeon merasakan ketertarikan untuk bertanya namun siapa dirinya? jadi ia memutuskan untuk mengangguk patuh. Jiyeon memotong daging empuk itu dengan perlahan.

"Aku akan pergi sebentar hari ini untuk menemui seseorang." ucap Jiyeon, Minho bahkan mungkin tidak perduli tapi entah mengapa ia merasa harus mengatakannya.

SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang