45. Of My.

10.7K 724 133
                                    


Ketik-kelar-publish di tempat prakerin.

Makanya kalo ada yang tanya kenapa part nya sedikit T_T






Pelayan yang berhati baik memperhatikan majikan kecilnya yang tengah meraba bibir kecilnya sendiri.

Terduduk bersilang kaki, botol susu kosong di hadapanya terpampang jelas.

Hingga benar-benar Daniel pergi barulah langkah ia beranikan mendekat.

Begitu khawatir saat bibir mungil si kecil tampak sedikit membengkak dengan darah yang mengalir membentuk sebuah garis sampai dagu.

" Astaga, hei Bunny jangan menangis. "

Menggendong serta memungut botol itu.

Kumal menangis dalam ketenangan, bahkan suaranya seakan hilang.

Attit hiks, papa.. Atit.. "

" Kita obat dulu ya sayang, tidak sakit kok. "

" setelah itu, minum susu bagaimana? Sudah malam nih. Waktunya bayi tidur. "

Mendudukan bocah gempal yang masih setia menggengam erat botol susu kosong tersebut di atas sofa.

Kaki kecilnya terayun-ayun, dengan mata yang lumayan sembab. Memandangi si wanita pelayan tengah datang dengan baskom serta satu kotak obat.

Kumal menggeleng ribut saat bibirnya hendak di bersihkan menggunakan air hangat.

" Mama.. Mama.. "

Meloncat tak peduli dengan bibir masih terkecap perih, Kumal berlari bergilir memeluk kedua kaki Yoona.

Berjengit dan melompat girang, sambil menyodorkan botol susu minta di isi.

" mimi.. Kuki mau mimi. Mmaa. "

Yoona dengan segala kemalasanya menundukan kepala menatap si kecil.

Mata cantiknya sedikit membulat dengan sedikit bumbu kekhawatiran. Bagaimana pun, bocah di hadapanya itu adalah buah hatinya.

Melihat bercak darah di bibir mungil tersebut, Yoona terperangah dalam hati bahwa anaknya lebih kuat dari pada umum. Tidak menangis.

" Mama.. "

Tangan gempal itu menarik blazzer Yoona susah payah.

" Apa sih, minta saja pada orang lain. "

Kalimat yang terlotar sama dalam mulut Daniel, bahkan Kumal sampai hapal kala tersebut.

Tak menyerah, Kumal kembali berteriak lucu karena memang kali ini ia benar-benar kelaparan.

" mau mama, cucu!  "

" Mama! "

" Mama! "

" miiimii Mama! "

" DIAM !? "

Bentakan Yoona sukses membuat tangan pendek Kumal mengusap dada sendiri akibat keterkejutan-nya.

Yoona marah, Kumal tahu itu. Wajah cantiknya mengerikan.

" Aku itu membencimu, sampai bila mati. Kau bukan anakku jadi berhenti memberi panggilan yang tak sepantasnya ku dengar. "

" Haram. "

Menyimak baik kalimat itu, Kumal sama-sama tak mengerti setiap kali. Sejak ia bisa berjalan dan rajin memeluk kaki kedua orang tua-nya.

Daniel maupun Yoona telah menghujam anak itu dengan kalimat kotor saat bahkan Kumal masih sebentuk bayi merah.

" Hiks.. Aaaaaa... "

Demi tuhan Yoona tak sengaja menginjak kaki kecil Kumal dengan sepatu dengan hak tinggi -nya.

Anak itu jatuh terduduk untuk kali kedua akibat ayah dan ibunya.

Berselonjor dengan sebuah jerit kesakitan. Hingga terseguk menangis kencang sampai mengundang para pelayan duduk melingkar.

Yoona tak peduli dan memilih pergi. Dia memang selalu seperti itu.

Merota saat di peluk pelayan, Kumal merasa sakit semua.

.
.
.

Di baringkan dalam sebuah kasur tipis yang tak sepantasnya bayi gunakan.

Tempat peristirahatan para pelayan, yang menjadi keseharian anak itu melakukan hal-hal kecil.

Para wanita kalang kabut. Berusaha menenangkan namun tak mampu berbuat apa.

Kumal masih menjerit lebih fantastis, suara bayi memang tidak main-main. Kaki kananya tak bergerak. Dan sekarang berwarna lebam biru.

Sedangkan jika terus menangis, bibirnya perih sekali. Terlebih saat salah seorang pelayan membantu Kumal begitu hati-hati meneguk susah payah susu-nya.

Justru tercecer tak menentu, tersisa banyak. Sakit, lapar. Namun tak bisa terobati semua.

" Anak manis tidak boleh menangis, Bunny kan pintar. Nanti tumbas jadi laki-laki yang hebat dan kuat ya sayang. "

"  dia demam. " [].

E U P H O R I A. [ END.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang