EPILOGUE.

11.5K 864 164
                                    

Maaf ya ngaret banget, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa payah sekali dalam hal menulis..





Dan semoga kalian menikmati salam perpisahan dari Euphoria..







@Zanettalullaby










" Hiks, kenapa Papa tidak pernah datang, Papa Jahat, Papa tidak pernah berkunjung ke rumah ku! "

Daniel di buat terkejut setengah mati dengan presensi putra bungsunya yang tengah berdiri di atas guyuran hujan deras pada pertengahan malam.

Demi tuhan ini sudah menunjukkan pukul satu malam, angin terlampau kencang dengan suara gemuruh kilat begitu seram.

" Jungkook'ie, Nak. " Sang Ayah begitu terkejut. " Sayang kenapa, ada apa? "

Anak itu masih diam, menangis sesegukan di bawah langit malam yang masih menumpahkan air, tubuhnya bergetar hebat dengan mata terus membidik hazzel cokelat Daniel.

Rasanya Daniel ingin menjerit se kuat tenaga tatkala ia mendekat wajah putra bungsunya di penuhi dengan lumuran darah, hingga ia menangkup wajah dingin tersebut penuh kekhawatiran.

" Apa yang telah terjadi... Darah, darahnya kenapa banyak sekali. " Sekon berikut cepat-cepat Daniel menarik tubuh ringkih tersebut kedalam eratnya pelukan. " Sayang Papa, dengar hm. "

Maka hal demikian mampu menjadi pengantar afeksi kehangatan bagi putranya yang tengah menggigil hebat, sampai tak henti menciumi puncak kepala anak itu penuh sayang.

Sadar bahwa angin kian mengencang akhirnya, Daniel menundukan kepala kemudian. " Koo, tubuhmu dingin sekali, Papa hangatkan ya."

Bibir pucat itu tergerak. " Peluk erat saja, rindu Papa sekali."

" Iya sayang, kita masuk. "

Daniel menegang bersamaan petir yang menyambar hebat, kilat putih menembus jendela raksasa hingga menyoroti keduanya yang kini hendak duduk di sofa.

Anak itu mengambil telapak Daniel untuk ia cium punggung tangannya penuh sayang. " Papa, Koo datang, maaf ya malam-malam."

Daniel menggeleng pelan, menangisi anak di hadapanya.  " Tapi kenapa harus dengan keadaan seperti ini, Koo. Papa tidak kuat melihatmu. "

Tubuh basah kelewat ringkih dengan pakaian lusuh tersebut lebih dari sekedar berdarah-darah, wajahnya bahkan tercetak lebam dari berjaga sudut tak bisa di sebutkan satu persatu.

Hingga, Daniel menyatukan keningnya dengan si anak hingga hidung tegak mereka saling bersentuhan. " Kenapa Papa tidak pernah berkunjung hiks, Papa tidak sayang, Papa sudah lupa, Papa bohong."

" Maaf Nak, Maaf, Papa pengecut sekali, Papa begitu terluka selama ini. " Ayah itu menangis, menghujami kecupan kupu-kupu di puncak kepalanya tak mau henti.

" Koo selalu menunggu Papa, menunggu Papa lama sekali. " Tangisnya. " Koo takut Papa tidak benar-benar sayang, Papa masih benci, masih tidak suka, Papa tidak pernah datang. "

" Hei, Papa rindu sekali Nak, rasanya begitu sakit disini setelah Koo pulang bahkan sampai detik sekarang. " Ia menarik tangan dingin putranya untuk ia letakan di depan dada. " Seolah Papa jika di sadarkan dengan hal demikian,itu artinya sudah tidak berkesempatan untuk menembus segala kesalahan-kesalahan yang Papa lakukan terhadap darah dagingnya sendiri. "

Masih dalam sebuah pelukan penuh haru tersebut, Ayah dan Anak itu menangisi satu sama lain.

Tak mau di lepaskan untuk kembali berpisah dengan sekat jarak yang terlampau tak terhingga jauhnya. " Andai Papa di beri kesempatan untuk dapat menghabiskan waktu banyak denganmu Nak, Papa ingin terus bersamamu sepanjang hari, ah⚊tidak. Bahkan setiap waktu, namun sekarang, tak lagi mampu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

E U P H O R I A. [ END.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang