|43.| Ending Scene [Birthday Jungkook'ie.]

9.2K 788 169
                                    


Hiks Nggak tau ngetik apa, Authornya lagi kurang sehat jadi maklum kalo part ini kurang memuaskan .T_T.


Enjoy For Reading.






















Tepat pada sisi sudut ruangan, sosok yang terduduk di kursi roda tak henti menampilkan senyum terbaik-nya begitu lebar-lebar.

Memutar entah sekarang sudah kali berapa sebuah handycam milik Ellvendre menayangkan acara kelulusan mewah meriah Jackson di victory.

Meskipun, ya. Para guru beserta anak didiknya mendapatkan sebuah hadiah keterkejutan setengah mati bahwa Kumal merupakan putra dari Ellvendre.

Sang donatur nomor satu beserta adik satu - satunya Jackson Wang, terperangah atas sebuah fakta tersebut membuat mereka tak enak hati sekaligus bersalah.

Kumal yang mereka pandang selama ini merupakan manusia setara dengan tumpukan sampah tak berguna, nyatanya penuh dengan sebuah keterkejutan.

" selama malam tuan muda, waktunya makan malam dan minum obat. "

Namun seorang pelayan tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan ketukan pintu pelan, membuat atensi mata Kumal yang semula berbinar dari handycam tersebut berpindah alih.

Bibi Ahn membalas senyum anak majikannya, selalu seperti itu. Melangkah mendekat pada sudut ruang.

Aku bisa makan sendirian kok, bibi. Tidak papa.

Anak itu menunjukan tulisan tangannya nya dengan kalung pena buku yang tergantung di leher. Usai si pelayan hanya berjarak kurang dari satu meter.

Usai berlutut di hadapan Kumal, wanita tersebut tersenyum getir saat hendak memberi suapan bubur pertama, anak itu menutup mulut rapat-rapat dengan kedua tangan.

" tidak. bibi suapi saja ya. Bagaimana jika makanya sambil melihat bintang di sana? "

Jari telunjuk tersebut terarah terhadap pintu blakon kamar yang sedikit terbuka. Kepala anak itu mau tak mau tertoleh mengikuti.

Mau melihat bintang, tapi tidak mau makan bibi.

" Tapi nanti tidak bisa minum obat kalau tidak makan lho. "

Kookie juga tidak mau minum obat, selain itu pahit, kan tidak bisa sembuh hehe. Hanya memperpanjang, Kookie mau cepat pulang. Disini sakit.

Menunjukan area dada beserta kepala hingga berulang kali, terlebih begitu terasa sakit dan mengerikan di dalam sana. Tubuh kecil anak itu.

Tangan halus bibi Ahn memberi usapan di pada permukaan dada anak tersebut, merapal panjatan doa pada sang kuasa. Selalu dengan permohonan sama.

meminta penyakit yang bersarang dalam tubuh ringkih tersebut di hapus sirna.

Para-paru Kookie rusak, sudah tidak bisa di perbaiki lagi.

Bibi Ahn diam seribu bahasa, menghentikan laju kursi roda saat mereka tepat berada di pembatas kaca blakon kamar.

Kepala dengan balutan beani hitam tersebut mendongkak tinggi, di atas sana terdapat bintang kerlap-kerlip cantik sekali. Angin menggelitik dengan tusukan yang dingin, membuat ia meremat pangkal bajunya sendiri.

E U P H O R I A. [ END.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang