16. Cerita nenek untuk Iqbaal

4.7K 650 104
                                    

Aku adalah aku yang aku mau, bukan aku yang orang lain ingin, biar aku jadi diriku sendiri dengan caraku, bukan dengan cara orang lain

Senyumannya luntur di kala itu, kala semua berubah menjadi kebahagiaan, namun bahagianya hanya dia bukan dirinya. Keadaan rumah sangat sepi, kini keduanya memilih bungkam.

(Namakamu) tidak tahu besok dan seterusnya apakah dia bisa bertemu lagi dengan pria yang baru saja datang ke rumah neneknya itu, setelah mendengar kabar baik itu rasanya ini tidak baik buat (Namakamu), huh!

"Gak tahu gimana mau bilangnya lagi (Nam), ini seneng banget walaupun bakal ngelaluin banyak cara," terang Iqbaal berdiri di sebelahnya. Mereka sekarang tengah berada di ruang tengah, namun (Namakamu) sedari tadi tidak mengijinkan Iqbaal untuk duduk.

(Namakamu) mengangguk. "Bagus dong, kamu gak bakalan ketemu Ade lagi kalo udah bisa punya baby, semoga lancar."

"Gak gitu (Namakamu), Ade bakalan selalu aku tengok kok, dia udah bikin aku semangat lagi jalanin hari-hari," ujar Iqbaal terasa aneh.

(Namakamu) menoleh. "Setelah punya baby, Ade bakalan masih jadi prioritas di hidup kamu?"

"Insya'allah, aku bakalan samain Ade kaya anak aku sendiri. Eum, kamu gak ada niat buat nikah lagi?"

"Enggak tahu," jawab (Namakamu) singkat.

"Ho'oh." Iqbaal menoleh ke samping kanan dan kiri, rasanya sepi sekali. Walau tadi (Namakamu) sudah mengatakan bahwa Ade keluar besama neneknya namun Iqbaal tetap saja lagi ingin bertanya. "Nenek kamu tinggal sendiri?"

"Iya."

Iqbaal mendelik lantas menoleh ke arah perempuan di sebelahnya.

"Kamu kenapa (Namakamu)?" tanya Iqbaal menempelkan punggung tangannya di kening perempuan itu. "Kamu sakit?"

"Gak usah pegang-pegang aku!" kata (Namakamu) menjauhkan tangan Iqbaal dari keningnya. "Kamu lebih baik pulang aja!"

"Kamu kenapa sih? gak kayak biasanya."

(Namakamu) bersidekap dada, senyumnya miring lantas menoleh ke arah Iqbaal dan seluruh badannya sekarang menjadi menggadap ke arah Iqbaal. "Pikir pakek otak!"

Iqbaal hanya mengerutkan keningnya saat (Namakamu) semakin mendekat, matanya melotot ketika kedua tangan mungil milik perempuan itu mendorong dadanya hingga dia terjatuh di atas sofa belakangnya.
Pelan namun pasti (Namakamu) sekarang tengah duduk di atas pangkuan Iqbaal. "(Namakamu)."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang