37. Emosi

4.5K 581 115
                                    

♥⚪♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥⚪♥

Rasanya pundak dan bagian tubuh di belakangnya terasa capek dan pegal setelah seharian dia menggendong seseorang yang sedari pagi memang sangat rewel dengannya.

Iqbaal merasa aneh ketika memasuki rumahnya, rasanya ada perasaan tidak enak dengan Andara ketika dia izin pulang tadi.

Sudahlah.

Keadaan rumah sangat sepi, jadi wajar saja Iqbaal langsung masuk ke dalam tanpa sepatah atau dua patah kata pun. Dia meletakkan kunci mobil sembarang di meja sebelah lemari furniture.

Langkahnya terhenti saat melihat istrinya yang sedang membaca majalah dengan kedua kaki naik ke atas sofa. Punggungnya bersandar pada anak sofa yang biasanya di pakai untuk menyandarkan kepala.

"Assalamualaikum," salam Iqbaal menghampiri istrinya. "Hai, kok di rumah sendiri? bunda sama ayah kemana?" kata Iqbaal basa-basi. Iqbaal pasti tahu Sekarang istrinya tengah marah karena sedaru kemarin malam dia tidak pulang.

Zidny diam.

"Zee," panggil Iqbaal sekali lagi. "Kok diem?"

Perempuan itu langsung menoleh dan meletakkan majalah di meja, satu detik selanjutnya tanpa ada kata-kata lagi dia berjalan menjauh dari Iqbaal sambil menghentakkan kakinya kesal.
"Mood ibu hamil emang gitu," seru Iqbaal menggelengkan kepalanya.

Sudah biarin saja Zidny marah dulu, sekarang tugas dia adalah ke dapur dan membuat kopi. Zidny sudah tidak bisa di harapkan lagi untuk di minta membuatkan kopi, lagi marah.

"Zee," panggil Iqbaal lagi setelah dia sampai di kamarnya. Bahkan sekarang Iqbaal sudah membawa se cangkir kopi. "Kamu kenapa sih diemin aku gitu?"

"Pikir sendiri!"

Iqbaal terkekeh. "Ya ya, aku minta maaf karena gak pulang kemarin malam. Aku sibuk Zee di kantor."

Zidny mencibir mengikuti setiap dialog yang di keluarkan dari mulut Iqbaal dengan tampang tak sukanya.

"Hooh, sibuk di kantor atau sibuk di rumah janda itu?" sindir Zidny seraya memutar bola matanya. "Bunda sama ayah marah karena kamu gak bisa ada di rumah saat aku lagi ngidam."

"Kamu ngomong apa sih?"

"Alah, ngelesnya pinter banget kayak yang masih muda. Kelihatan Baal kalo kamu bohong, aku tahu kok gerak-gerik kamu. Gak cuma itu, Nandos bilang sama aku!"

"Di bohongin kamu."

"Mana mungkin lah, kan Nandos temen aku."

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang