15. Semarang tanpa kamu

4.8K 628 72
                                    

Merasa dia adalah milik kita adalah kesalahan dalam cinta

Ternyata nikmat sekali rasanya saat terlepas dari pekerjaan yang selalu mengganggu pikirannya, yang selalu menguras energinya siang dan malam hingga sampai lupa menikmati hari yang indah bersama dengan anaknya yang gemas itu.

(Namakamu) menarik nafas panjang berusaha menghirup udara segar di atas balkon kamar miliknya dulu, lalu membuangnya secara perlahan.

Kemarin malam dia baru saja sampai di rumah neneknya di Semarang, bersama dengan Andara dan juga baby sitter si Cimo. Neneknya memang lusa sempat menghubungi dirinya agar datang kerumahnya kapan-kapan, karena sendirian (Namakamu) menjadi merasa bersalah meninggalkan Neneknya sendirian di kota ini. Walaupun (Namakamu) sering mengirimi nenek uang tapi neneknya itu merindukan kebersamaannya sepertu dahulu.

"Loh kok masih santai-santai disana?"

(Namakamu) menoleh ke belakang, disana sudah ada neneknya berdiri.

"Nenek," ujar (Namakamu) berjalan ke arah neneknya. "Nenek kok naik ke kamar aku sih, kasihan tau capek naik tangga."

Kiranti hanya tersenyum manis lalu mengusap lengan (Namakamu) dengan sayang. "Ayo sarapan, nenek gak mungkin ninggalin kamu sarapan pagi ini."

"Yaampun nenek, kan bisa suruh Cimo panggilin ke sini, kasihan nenek sakit nanti kakinya."

"Gak apa sekali-sekali," jawab enteng Kiranti. "Cimo sama Andara udah di meja makan, yuk! nunggu kamu aja."

(Namakamu) mengangguk mantap dan mulai mengikuti gerakan Kiranti menuruni satu persatu anak tangga, tangan kanannya berpegangan pada sisi kayu tangga itu sedangkan satunya lagi merangkul Kiranti.

"Momiii," teriak Andara di bawah sana.

"Morning," seru (Namakamu) setelah duduk di kursi hadapan Andara dan bersebelahan dengan Kiranti. "Ade makan apa?"

Cimo menoleh ke arah makanan milik Andara lalu kian detik menoleh ke arah (Namakamu). "Tadi Nenek Kiranti bikinin Andara seblak gitu, gak pedes kok mbak."

"Andara supaya pernah makan gitu, gak makan udang rebuss aja!" sahut Kiranti.

"Cim!" geram (Namakamu) tidak suka melihat itu. "Kan kemarin bawa bahan makanan persediaan Ade, kok gak kamu buatin? lagian ini berminyak gak bagus buat kulit Andara! nenek juga kenapa sih gak ngasih Andara yang ringan-ringan aja!"

Kiran mengerjap dua kali bingung begitupun Cimo yang merasa bersalah

"Tapi Ade suka kok," ucap Andara.

"Kasih kak Cimo," tegas (Namakamu) pada Andara. "Banyak minyak Ade!"

"Iya Momi iya." Andara pasrah lalu menggeser mangkok kecil itu ke arah Cimo di sebelahnya.

"Kamu terlalu batasi Andara buat memakan segala jenis makanan, ini baik loh nanti buat perkembangan Andara..."

"Seblak baik?" potong (Namakamu).

"Supaya Andara pernah mencicipi makanan yang ada di negaranya, jangan asik ngasih Andara udang, salmon, sayuran dan apapun yang lainnya. Sekali-sekali imbangi dengan makanan yang ada di luar itu."

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang