33. Siapa lagi ini

4K 569 92
                                    

♥⚪♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥⚪♥

"Sekarang aku udah bisa hamil kamu masih aja mau deketin janda sialan itu, kamu pikir aku udah gak punya hati?" bentak Zidny masih di perjalanan pulang. "Aku pikir semua akan berubah karena kamu udah nerima kenyataan bahwa aku hamil, tapi kamu malah tetap sama."

Iqbaal hanya diam, dari naik mobil di depan rumah nenek (Namakamu) di Semarang Iqbaal hanya diam. Merasa bahwa Zidny sudah berperilaku tidak sewajarnya dengan (Namakamu), padahal kan (Namakamu) adalah kakak kandungnya namun kenapa Zidny menampar (Namakamu) begitu kerasnya.

"Kamu denger gak sih aku ngomong apa?"

Dia hanya tidak ingin memperkeruh keadaan, Iqbaal masih kasihan dengan (Namakamu). Sekarang pasti perempuan itu sedang bersedih atas kelakuan adik perempuannya ini.

Ini justru murni kesalahan Iqbaal, andai saja tadi Iqbaal tidak datang ke Semarang dulu sebelum Zidny tertidur mungkin kejadian ini tidak akan terjadi pada (Namakamu) yang malang.

"Baal," ucap Zidny penuh tekanan.

"Iya sabar." Iqbaal hanya kecewa.

"Sabar, sabar, sabar kamu maunya aku sabar karena suami aku sendiri di rebut sama janda sialan itu, Hah?"

"(Namakamu) itu kakak kamu Zid."

Zidny menoleh geram. "Sampain kapan pun aku gak bakalan mau nyebut dia dengan kata kakak, sekalipun aku di bayaran ratusan juta."

"Zid kamu gak boleh kayak gitu," tegur Iqbaal. "Kamu itu seharusnya bahagia karena udah ketemu sama kakak kamu, lihat aja Irzan gimana care nya dia sama (Namakamu) sampek kemarin dia peluk dia kuat banget. Irzan tuh bener-bener kayak adik yang merasa..."

"Bang Irzan cinta sama dia makanya kayak gitu!"

"Irzan emang cinta sama (Namakamu) tapi mana mungkin sekarang Irzan mana mungkin bisa pacaran sama cewek yang dia cintai itu, Irzan pergi ke Yogyakarta selain lanjut kuliahnya dia juga mau menerima kenyataan bahwa sekarang (Namakamu) itu kakak dia! Irzan begitu penuh perjuangannya menghilangkan rasa yang lebih pada (Namakamu) tapi lihat kamu, kamu kayak yang gak peduli apapun yang terjadi kemarin. Aku malu zid, aku malu sama Mama kamu karena harus anter kamu ke Jakarta dengan keadaan yang masih kacau..."

"Sekarang aku bisa mikir ternyata kamu belum bisa dewasa dalam bersikap, kamu lari dari masalah yang tentunya itu menyangkut keluarga kamu."

"Udah berapa kali sih Baal aku bilang sama kamu, aku gak mau dia jadi kakak aku!"

Iqbaal lagi-lagi menoleh. "Terus kamu mau milih siapa yang mau jadi kakak kamu? iya? mikir Zid. Seharusnya kamu bisa menghargai (Namakamu), lihat perjuangan dia yang mengandung selama 9 bulan sendirian, lahiran sendirian, sampai ngurus Andara selama 7 tahun itu sendirian. Kamu bisa bayangin kalau kamu di posisi dia?"

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang