43. Jahat

4.5K 617 108
                                    

♥⚪♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥⚪♥

"Jangan ganggu, jangan rewel, jangan bikin semuanya jadi beratakan," tegas perempuan paruh baya di sebelahnya.

Andara tidak bisa merasakan aliran darahnya mengalir ke arah lengannya, pasalnya sejak satu jam yang lalu ketika dia bergerak apa pun Yuni akan segera mendaratkan cubitan yang kira-kira berlangsung selama lima menit sampai Andara memang berhenti bergerak.

"Don't touch me," geram Andara menyingkirkan jari-jari Yuni yang masih berada di lengannya. Ketika Yuni mulai melepas, perempuan itu tersenyum remeh ketika mendapati hasil cubitan di lengan Andara yang tampak membiru. "Sakiti aku, jangan momi ku!"

"Manusia biadab, manusia gak tahu tata krama, manusia dalam bentuk Oma yang ternyata jahat!"

"Berani kamu ya!"

"Alasannya cukup simpel, karena kamu bukan Momi dan tuhan!"

Andara siapa mengajarkan seperti itu?

"Aku adalah menguasa dunia ini, sebentar lagi," kata Yuni sepertinya merasa telah berhasil membohongi cucunya itu.

Namun, Andara tidak seperti yang dia pikirkan. Justru Andara sekarang tertawa karena merasa Yuni telah mengibulinya. "Kamu tahu tempat mu bukan di sini, kamu dari neraka."

"Your bitch."

"It's okay, Ade bitch, tapi apakan jalang itu cocok untuk sebutan buat aku."

"Kamu diam, lihat, Momi kamu bentar lagi bakalan jadi uang buat aku. Lihatlah betapa bahagianya dia dan sebentar lagi kamu akan di lupakan."

Andara mengarahkan jarinya ke arah Yuni, memberikan jari tengahnya di hadapan Yuni.

"Anak sialan!"

"Saudara Yuni, apa kah sudah bisa di mulai acaranya?"

Yuni terbelak menatap ke arah depan di mana penghulu akan segera melakukan hijab kabul.

(Namakamu) sudah terlihat cantik di hadapan penghulu berdampingan dengan Devano yang sudah terlihat tampan.

(Namakamu) tak hentinya melihat ke arah ambang pintu, meminta siapa pun untuk menolongnya agar semua acara ini tidak berjalan.

"Baik, saudara Devano apakah sudah siap?"

(Namakamu) menoleh ke arah Devano yang sepertinya mengangguk membuat Yuni di seberang sana tersenyum.

Perlahan (Namakamu) mencari ke beradaan Andara yang tidak lagi berada di sampingnya. Ternyata bocah itu tengah duduk bersila di sebelah Yuni dengan Irzan juga di sebelahnya.

"Ade," panggil (Namakamu) pelan tapi Andara tang menggubris.

Merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya ketika melihat raut wajah Andara yang tidak menyenangkan. "Ade kenapa sih," kata dia dalam hatinya.

"Baik, saudara Devano. Saya nikahkan anda dengan saudari (Namakamu) Calistha Abrama dengan mas kawin seperangkat..."

"STOP!"

(Namakamu) boleh terkejut tidak?

(Namakamu) boleh berlari sekarang juga tidak?

(Namakamu) boleh berterima kasih dengan orang itu tidak? 

Iqbaal ada disini?

"Om Iqbaal," jerit Andara kemudian berlari menuju ke arah ambang pintu.
Untung saja, Andara dengan lincah bisa mengelak dari tangkapan Yuni yang akan menangkapnya.

"JANGAN BERGERAK!" bentak Polisi.

Andara sudah dalam pelukan Iqbaal, sekarang pria itu memandang (Namakamu) dengan sejuta kali rasa bahagia karena dia tidak terlambat memberhentikan acara pernikahan sialan ini.

"Ade sakit!" Andara mengusap lengan kanannya yang terdapat bekas membiru.

Iqbaal meringgis.

"KAMU AKAN SAYA BAWA KE SEL TAHANAN!"

Yuni berlari ke arah (Namakamu) menyodorkan benda tajam ke arah leher (Namakamu).

"SATU LANGKAH, DIA MATI!"

"MA!" jerit Irzan.

**

Gimana?

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang