11. May i love you?

5K 587 47
                                    

Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan

(Namakamu) memijat pelipisnya pelan, berjalan memasuki perkarangan rumah yang berjarak dua meter dari tempat rumahnya berdiri. Kepalanya kian menambah pening saat mengingat kembali kejadian di cafe tadi dan akhirnya dia mendadak badmood.

Namun, dia tetap melangkah sekarang ingin mengetahui keadaan Andara. Apakah sekarang dia sedang baik-baik saja atau tidak? dia cemas.

"Assalamualaikum, Cimoo," teriak (Namakamu) mengunci pintu dan melangkah menuju ke arah tangga untuk naik menuju kamar sang anak laki-laki Andara itu.

"Walaikumsalam. Mbak (Namakamu) baru pulang?" Cimo tampak mendekat membawa nampan berukuran sedang berisi segelas kopi dengan beberapa potong biskuit, satu mangkok bubur siap saji. "Sekalian nitip buat den Ade ya, mbak?"

"Kok isi kopi, saya gak ngopi malem-malem Cim. Kamu tahu kan?"

Cimo terkekeh. "Di atas ada mas Iqbaal, mbak. Tadi lima menit setelah mbak (Namakamu) pergi, den Ade nangis terus dan rewel banget, terus waktu mas Iqbaal dateng udah agak mendingan sih dia."

(Namakamu) mendelik. Mengambil alih nampan itu. "Cimo tidur aja."

"Iya Mbak."

(Namakamu) tidak mengerti bagaimana sekarang dia akan berkata kepada Iqbaal untuk meminta Iqbaal supaya tidak mengganggu dirinya dan Andara lagi. Tetapi, di lain sisi dia sangat menyukai cara Iqbaal menyayangi Andara seperti anaknya sendiri. Dia juga nyaman bersama dengan Iqbaal, apalagi waktu dia mengingat kejadian Iqbaal memberikan ciuman singkat waktu dirinya sakit, luar biasa sekali.

Dia yang melupakan kenyamanan, dia yang melupakan rasa sentuhan dari seorang laki-laki kini dia mendapatkan sensasi yang luar biasa.

Sudahlah, Iqbaal punya bini!

(Namakamu) memutar knop pintu kamar miliknya kemudian kembali menutupnya, dia tidak melihat siapa pun yang ada di dalam kamarnya.

"Assalamualaikum." (Namakamu) meletakkan tas hermes pada meja rias dan juga kaca mata yang sedari tadi menempel di puncak kepalanya.

"Walaikumsalam. Kamu udah balik?"

(Namakamu) menoleh. "Heh, Baal. Udah, oh iya, Cimo tadi bikinin kopi kamu minum aja dulu biar Ade aku yang tidurin."

Iqbaal menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri supaya Andara tetap terjaga dan merasa lelap dalam gendongannya. "Kamu mau istirahat atau ngapain dulu? biar aku jaga Ade."

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang