4. Iqbaal, punya otak?

5.9K 564 39
                                    

🎼Can i tell you something just between you and me?
When i hear your voice, I know i'm finally free.
Every single word is perfect as it can be- Marshmello🎼

Iqbaal menggendong Andara sembari membawa bocah laki-laki itu masuk ke dalam rumah megah milik Iqbaal.

Andara yang sedari tadi memeluk Iqbaal sambil memainkan merk baju belakang Iqbaal menatap Iqbaal manyun.

Justru itu tidak membuat Iqbaal bertanya kenapa bocah itu tiba-tiba manyun tapi Iqbaal malah gemas dan terkekeh lucu.

Setelah bermain ke kedai kopi milik (Namakamu) dan menghabiskan waktu bersama dia, rasanya beban yang Iqbaal miliki terlepas begitu saja, apalagi saat Iqbaal menceritakan kenapa dirinya memilih untuk gym pada siang hari. (Namakamu) sangat memberi masukan-masukan kepada Iqbaal yang membuat cowok itu terlihat bebas jika bersama (Namakamu). Bagaimana cewek itu mengatakan bahwa gym itu bebas di lakukan untuk siapa saja hanya sekedar hiburan, owo Iqbaal suka dengan pemikiran cewek itu.

"Om, boleh gak minta makan disini?"

Iqbaal menurunkan Andara ke sofa lalu terkekeh geli. "Apapun yang kamu mau, om Iqbaal bolehin."

Dasi Iqbaal terlepas dan dia mulai meletakkan sembarang arah. "Mau om masakin apa hari ini?"

"Udang rebuss," sorak Andara.

"Berarti kita harus ke?" tanya Iqbaal.

"Dapur."

Iqbaal tertawa. "Seratus buat Ade yang pinter."

Andara di tempatkan di atas meja makan dapur, lalu Iqbaal mulai mengambil udang mentah di dalam lemari pendingin. "Ade?"

"Iya?"

"Momi Ade pernah ngajak cowok gak selain om Iqbaal?"

"Ada cowok di kedai."

Iqbaal menoleh. "Maksud Om Iqbaal yang kayak ngajak kamu pergi gini."

"Gak ada, momi kan larang Ade pergi sama om om."

"Terus sama om Iqbaal kok di bolehin?"

"Karena." Andara berfikir menghadap ke platform rumah. "Karena om Iqbaal bisa bikin Ade seneng."

"Baal."

Panggilan seseorang dari arah belakang mampu membuat Iqbaal menoleh, di ambang pintu dapur Iqbaal melihat perempuan yang sebaya dengannya sedang tersenyum lirih ke arah mereka berdua.

"Iya?" Iqbaal melanjutkan dengan merebus udang yang telah di masuki bumbu siap saji.

"Ngapain?" Perempuan itu menunjuk ke arah bocah laki-laki itu.

"Andara mau main sama aku, yaudah aku ajak kesini lagi, sekarang dia laper aku masakin udang rebus."

"Nginep lagi?"

"Gak tau nanti gimana," sahut Iqbaal.

"Kamu gak kerja Zid?" Tanya Iqbaal.

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang