17. Janda emang beda!

4.7K 612 133
                                    

Jika perasaan ada untuk dinyatakan, mampukah semua rasa dapat balasan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika perasaan ada untuk dinyatakan, mampukah semua rasa dapat balasan?

⚪♥⚪

Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, rasanya semua yang berlalu lalang di dalam pikirannya menghancurkan mood baiknya hari ini.
Ruangan kerja menjadi tempat persembunyian Iqbaal dari pertanyaan aneh yang nanti istrinya akan lontarkan prihal apa yang Iqbaal cari sampai menuju Semarang dan baru pulang sore ini.

Tangannya mengetuk meja dengan pulpen yang sedari tadi dipegang. Masih dalam keadaan yang kurang baik Iqbaal percaya bahwa apa yang tadi dia lihat membuat kepalanya pening.

Entahlah, rasanya jika di teruskan Iqbaal akan digiring ke dalam suatu masalah yang besar nantinya. Namun, jika dia meninggalkan perempuan itu dia merasa setengah hidupnya hilang, tidak bertemu sehari saja sangat resah apalagi tidak bertemu berhari-hari.

"Gue gak nyangka," gumam Iqbaal dalam diam. Dia sekarang sendiri, menjadi bisu setelah kepulangannya dari Semarang. Iqbaal sudah berusaha menghubungi Aldi untuk mencari solusi namun Aldi berkata kalau hari ini dia sangat sibuk. Iqbaal juga sempat menghubungi Bastian tapi dia juga sibuk, eum sudahlah.

Suara pintu terbuka membuat dirinya menoleh ke ambang pintu, wanita dengan rambut blow tersenyum manis ke arah Iqbaal membuat Iqbaal risih, rasanya Iqbaal belum ingin bertemu dengan istrinya itu, tapi yasudah.

"Tadi aku habis arisan Baal di rumah Nandos. Aku kira kamu belum pulang tapi ternyata udah," ujar Zidny meraih pundak Iqbaal untuk memijit singkat. "Aku cari ke kamar gak ada dan nanya sama bunda katanya kamu disini," imbuhnya lagi.

"Aku capek Zid," sahut Iqbaal melepas pegangan tangan Zidny dari pundaknya lalu memutar kursi kerjanya agar menghadap arah Zidny.

Zidny tersenyum. "Soal masalah yang tadi aku udah bilang sama orang tua kamu, sama orang tua aku katanya lakuin secepatnya."

Iqbaal hanya membalas anggukan kecil.

"Kamu udah mandi?" tanya Zidny.

"Udah kok."

Zidny mengangguk. "Kamu kelihatan capek banget deh kayaknya. Kerjaan kamu masih banyak? aku buatin kopi aja gimana?" Tanpa Iqbaal menyetujui ucapan Zidny, wanita itu mulai melangkah ke arah ambang pintu.

"Zid," panggil Iqbaal membuat Zidny berhenti dan menoleh. "Aku lagi gak pengen kopi. Aku mau nanya sesuatu sama kamu, boleh?"

Zidny kembali melangkah mendekat ke arah Iqbaal lantas duduk di kursi kerja yang satunya tepat di sebelah Iqbaal. "Kenapa pakek nanya gak boleh atau bolehnya? aku ini istri kamu hey."

"Takut sibuk." Iqbaal tersenyum tipis, melihat betapa baiknya Zidny pada dirinya membuat Iqbaal kembali sayang setelah terombang-ambing perasaannya kepada janda muda beranak satu itu, apa perasaan Iqbaal udah berubah?

MOM [E-book Tersedia di Google Play Book📚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang