#11 Sendiri

97.1K 10.8K 633
                                    

"Apa yang tidak aku mengerti di sini? Dia seolah memberikan harapan, namun esoknya dia seperti enggan."

Aiza Humairah

Karya storyhusni_

###

Suasana dalam mobil begitu hening setelah percakapan tadi, Aiza melirik Fakhri yang fokus menatap jalan. Mengingat kebaikan Fakhri membuat bibirnya tertarik membentuk bulan sabit.

"Makasih, Mas, udah temani Aiza hari ini."

Aiza tersenyum tulus. Namun, seperti biasa Fakhri tidak menjawab. Hanya menampakkan wajah datarnya.

Krruuk....

Perut yang terdengar berbunyi membuat mata Aiza membulat. Kenapa bunyi perutnya keras sekali? Ia memegang perutnya dan menyengir begitu Fakhri meliriknya. Aiza langsung mengalihkan wajahnya ke arah jendala karena malu. Melihat jam di ponsel membuat Aiza paham kini sudah jam sebelas siang. Wajar ia lapar, sejak pagi tadi belum kunjung mengisi nasi ke perutnya. Mobil yang tiba-tiba berhenti di depan restoran membuat Aiza menoleh. Keningnya berkerut.

"Makan di sini atau di rumah?" tanya Fakhri seraya membuka seatbelt. Aiza melongo tidak percaya.

"Ditanya itu jawab."

Aiza mengerjap, lalu langsung menjawab, "Rumah, Mas." 

"Tunggu di sini."

"Aiza ikut ke dalam." Fakhri hanya ke luar lebih dulu yang kemudian diikuti Aiza.

***

Memasuki pekarangan rumah, Aiza benar-benar kaget mendapati satpam yang membukakan gerbang. Rasanya tadi pagi tidak ada satpam di sana. Apa baru dipekerjakan Fakhri? Aiza menoleh menatap Fakhri yang kini mengucapkan terima kasih kepada satpam, lalu melajukan mobilnya memasuki halaman.

"Sejak kapan ada satpam, Mas?"

"Tadi."

Aiza membuka seatbelt dan lebih dulu turun yang kemudian disusul Fakhri. Melihat motor yang terparkir rapi di halaman membuatnya terperangah. Sejak kapan motornya sudah di sana? Padahal tadi masih di pasar? Aiza menoleh menyadari Fakhri yang kini menghampirinya membawa kantong berisi makanan.

"Bawa ke dalam."

Ia meringis sendiri lupa membawa makanan yang tadi mereka beli. Fakhri sudah berlalu membuka bagasi untuk mengambil barang belanjaan. Ia kemudian ikut menyusul berniat membantu membawanya ke dapur. Namun, Fakhri langsung menyuruhnya ke dalam karena Fakhri yang akan membawa semuanya. Akhirnya ia hanya membawa satu pak telur saja.

Setelah meletakkan telur di dapur, Aiza juga meletakkan makanan yang tadi dibelinya di meja makan. Tahu Fakhri pasti lelah, ia berinisiatif membuat minuman segar.

"Letak di mana?"

"Sana aja, Mas," tunjuk Aiza di samping kulkas. Fakhri mengangguk. Setelah menyelesaikan membuat minum ia langsung meletakkannya di hadapan Fakhri. Sebelum ikut duduk, Aiza berniat lebih dulu menyusun belanjaannya. Namun, suara Fakhri yang menginterupsi membuatnya menoleh.

"Makan dulu, keburu dingin."

Aiza tersenyum dan menurut. Setelah mengambil sendok dan garpu ia duduk di meja makan dengan semangat. Tepat sekali cacing-cacing di perutnya sudah demo.

Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang