"Ketika ingin memperbaiki, waktu seolah tidak berkompromi. Kenyataan membuatku kini seperti dihukum tanpa permisi."
Fakhri Alfarezel
"Di gedung tinggi yang memiliki tujuh lantai, Fakhri tengah berdiri di balkon kamar setelah baru saja selesai membuat kopi panas. Satu tangannya yang tidak memegang kopi kini ia tumpu di pagar balkon yang cukup tebal.
Fakhri menyesap kopinya yang sudah menggempulkan asap. Pagi ini ia memilih meminum kopi untuk menghilangkan kantuknya. Hari merupakan hari terakhir terakhir di Kota Bandung. Sebelum balik ke Jakarta nanti sore, Fakhri ingin mengambil waktu setengah hari menikmati kota Bandung. Rasanya ia perlu merefreshkan otak akan masalah kantor dan rumah yang dihadapinya.
Pandangan Fakhri beralih menatap langit yang begitu bersih. Biru muda begitu mendominasi di atas sana, hanya terlihat sedikit awan yang baru bermunculan.
Kadang ia terpikir, mengapa kini hidupnya terasa abu-abu dan suram? Malam kemarin ia harus mendapat kabar bahwa Rifqi sudah sadar dari komanya. Hal itu tentu membahagiakan bagi keluarga Rifqi dan Arisha. Namun bukan untuknya. Rasanya harapan yang baru didapatkannya kembali sirna. Nyatanya, Rifqi yang sudah sadar memperjelas bahwa pernikahan itu memang mungkin dilanjutkan. Terlebih Arisha yang juga tetap pada niat awalnya, akan menikah dengan Rifqi setelah laki-laki itu sadar.
Fakhri tersenyum kecut. Hidupnya terasa sudah tidak berarti. Semenjak lamaran semuanya terasa hancur dan menghilangkan jati dirinya. Apa sebegitu besar pengaruh cinta yang ditanam tanpa mengikuti jalan yang tepat?
Fakhri mengembuskan napas berat, menegakkan badannya dan memilih berjalan ke dalam. Jam yang menunjukkan pukul delapan pagi, membuatnya kini memilih bersiap pergi menyelesaikan urusan kantor.
***
Fakhri tersenyum miris begitu matanya menangkap sepasang kekasih halal yang sedang berjalan berdua dengan gandengan tangan di sekitar taman kota. Itu membuatnya teringat akan kehidupan yang dulu ia damba bersama gadis yang dicintai. Sebelum menikah begitu banyak rencana yang ingin diwujudkannya bersama Arisha yang ia harapkan kelak menjadi istrinya.
Namun, harapan itu harus ia kubur hidup-hidup. Ia tidak akan bisa bersatu dengan Arisha- wanita yang bahkan namanya begitu berkuasa di hatinya. Fakhri terkekeh menertawakan mirisnya hidupnya.
Cinta ini membuatnya begitu gila, ia seperti hilang kendali. Sejak melamar Aiza Fakhri merasa menjadi orang yang berbeda, yang begitu jauh dari dirinya sendiri. Suami yang tidak bertanggung jawab. Fakhri sadar ia memang bukan suami yang baik. Selama pernikahan ia tidak pernah bersikap layaknya suami yang diharapkan bisa membimbing keluarganya. Fakhri menghembuskan napas berat, menutup tangannya dengan gusar. Ia kian frustasi dengan dirinya dan apa yang akan dilakukannya lagi. Ajakan cerai untuk Aiza dua hari yang lalu kini menjadi bomerang sendiri untuknya.
Aiza marah dan pergi membawa koper. Bahkan Fakhri tidak tahu kemana Aiza pergi dan apa kini sudah di rumah atau tidak.
Allahu Akbar ... Allahu Akbar ...
Suara Adzan yang terdengar memutuskan pikiran Fakhri akan masalah rumah tangganya, Fakhri berdiri dan beranjak untuk melaksanakan sholat zuhur di Masjid. Setelahnya ini Fakhri berniat langsung ke hotel saja untuk membereskan barang.
Selesai melaksanakan sholat, Fakhri yang hendak beranjak dari duduknya terduduk kembali mendengar ceramah Uztadz yang baru mulai. Entah kenapa ada sesuatu yang mendorongnya untuk tetap di sana barang sesaat.
"Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Jika Dia menghendaki, niscaya dia akan memberi rahmat kepadamu, dan jika Dia menghendaki, pasti Dia akan mengazab kamu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca || Tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Aiza Humairah, gadis salehah yang menyukai laki-laki bernama Fakhri Alfarezel dalam diam. Lelaki tampan yang memiliki prestasi membanggakan. Tidak ada yang tahu perasaannya ke Fak...