"Karena tidak selamanya hati bisa bertahan, ada kalanya ia memilih menyerah dan berhenti karena luka yang selalu ditorehkan."
Aiza Humairah
Kata orang, masakan enak bisa buat mereka jatuh cinta. Karena masakan, cinta juga bisa tumbuh. Namun jika hal itu benar, kenapa bagi seorang Aiza yang setiap hari membuat makanan enak untuk Fakhri, Tidak juga berhasil membuat hati Fakhri terbuka?
Aiza menghela napas kecil. Apa yang harus dilakukannya lagi agar bisa membuat Fakhri membuka hati untuknya?
Apa karena ia yang jarang mengantar makanan ke kantor?
Jika memang karena ini, Aiza akan memilih kembali mengantar makanan walau tidak dibolehkan. Aiza tersenyum, benar, ia harus melakukan hal itu.
Aiza berjalan menuju dapur dan memilih berkutat untuk memasak. Hari ini ia memilih mengantarkan makanan siang untuk Fakhri. Aiza jelas tahu Fakhri tidak akan mengizinkannya, tapi tidak ada salahnya jika Aiza tetap kekeuh mengantar makanan untuk Fakhri. Jika dengan cara ini perlahan bisa membuat Fakhri membuka hati untuknya, lantas kenapa tidak Aiza coba?
Aiza sudah keluar dari lift menuju lantai tempat Fakhri bekerja. Bibirnya melengkung senyum membalas setiap sapaan dari pegawai di sana. Sampainya di depan kantor Fakhri, sekretaris Fakhri mengatakan bahwa Fakhri ke luar sebentar. Jadilah Aiza memilih meletakan di meja kantor sambil menunggu Fakhri di luar.
Namun, baru duduk di kursi, mata Aiza menangkap Arisha yang berjalan ke arah lift. Buru-buru Aiza berdiri untuk menyusul Arisha. Aiza ingin tau keadaaan Kakaknya sekaligus perkembangan Rifqi- calon kakak iparnya yang dua hari lalu masih kritis.
"Yah ...." Aiza mendengus kecil begitu pintu lift yang dimasuki Arisha tertutup. Matanya beralih menatap lantai tujuan Arisha. Angka dua belas yang tertulis, membuat Aiza mengernyit kecil. Kenapa Arisha menuju lantai paling atas- rooftop kantor?
Begitu lift kembali turun, Aiza buru-buru masuk dan menekan angka dua belas untuk menyusul Arisha. Begitu pintu lift terbuka, mata Aiza langsung menangkap Arisha yang menghampiri cowok yang memunggunginya.
"Bukannya tanda tangani berkas di ruangan?"
Aiza keluar dari lift dan bersembunyi dibalik tembok begitu tau orang yang dihampiri kakaknya hendak membalikkan badan.
"Iya itu nanti." Aiza sedikit kaget begitu tau itu Fakhri. Arisha dan Fakhri kini berdiri dengan jarak dua meter berhadapan. Aiza bisa melihat itu dengan sedikit mengintip. Entah kenapa ia sangat penasaran dan jujur hatinya mulai gelisah tidak karuan.
"Aku tidak bisa lama. Bisa kamu tanda tangani sekarang?" Arisha menyodorkan berkas yang harus ditanda tangani pada Fakhri. Pandangan Arisha terlihat tetap tertunduk sejak sampai di sini.
"Aku tahu kamu tidak pernah mencintai Rifqi."
"Aku akan meletakan berkas ini di kantor." Arisha terlihat membalikan tubuhnya. Seperti enggan membahas hal ini.
"Aku tahu kamu bohong Arisha. Aku tahu kamu juga punya rasa yang sama." Ucapan Fakhri membuat langkah Arisha terhenti.
Aiza yang semakin tidak mengerti mengapa Fakhri membahas perasaan Arisha terdiam dibalik tembok. Telinganya mendengar jelas apa yang mereka bicarakan, jantungnya bahkan kini berdebar takut akan sesuatu.
"Kamu rela mengorbankan segalanya demi Aiza. Termasuk perasaan kamu. Saat aku datang, kamu menerima Rifqi agar aku tidak bisa mengkhitbahmu. Aku benar, kan, Arisha?"
Aiza terpaku ditempatnya. Jantungnya kembali bergerak cepat. Arisha berkorban deminya? Apa Arisha juga mencintai Fakhri?
"Kamu tidak perlu tahu tentang perasaanku, Fakhri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aku yang Dia Inginkan [ Publish lengkap ]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca || Tersedia di Gramedia dan Toko Buku Online Aiza Humairah, gadis salehah yang menyukai laki-laki bernama Fakhri Alfarezel dalam diam. Lelaki tampan yang memiliki prestasi membanggakan. Tidak ada yang tahu perasaannya ke Fak...