MPH 03

25.8K 2.5K 66
                                    

(Full of flashback)

Seminggu sebelumnya.

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa maupun siswi berbondong-bondong keluar sambil menenteng tas masing-masing dan pulang ke rumah, tak terkecuali dengan siswi yang berkacamata bulat dengan rambut yang terkuncir.

Siswi itu melangkah tergesa kearah parkiran, mengambil dan mengendarai sepeda bututnya sebelum rombongan siswi lain datang dan membuatnya pulang dengan keadaan menyedihkan.

Hana-nama siswi itu- terus mengayuh dan sesekali menoleh kebelakang. Kacamata bulatnya ia simpan di tas agar tak terjatuh nantinya. Setelah merasa jauh, Hana berhenti sejenak dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

Merasa lebih baik, Hana kembali memakai kacamata bulatnya kemudian mengayuh sepedanya namun dengan lebih santai. Menikmati udara sore dengan senandung kecil yang ia lontarkan, jangan lupakan senyum yang mengembang di bibirnya.

Gadis itu terkejut melihat sebuah mobil putih terparkir di halaman rumahnya. Sedetik kemudian senyumannya semakin mengembang, ia sangat mengenali mobil itu.

Dengan raut wajah berbinar, ia berlari masuk dan menelantarkan sepedanya begitu saja.

"Ayah!!!" pekiknya girang saat maniknya menangkap sosok lelaki paruh baya tengah bersantai di ruang tengah. Hana berlari ke arahnya dan berhamburan ke pelukan sosok yang di panggil ayah tersebut. "Hana kangen ayah!!"

Ayah tertawa pelan melihat tingkah putri semata wayangnya sedang dalam mode manja. "Ayah juga, sayang." ucapnya seraya mengelus kepala putrinya dengan sayang.

"Ayah kapan pulangnya? Kok ga ngasih tau aku dulu?" tanya Hana yang masih dalam dekapan sang ayah.

"Ayah mau ngasih kejutan, gimana? kamu terkejut kan?" tanya ayah dengan nada jenaka yang di balas dengan anggukan diselingi dengan tawa dari keduanya.

"Gimana sekolah kamu?"

Tiba-tiba Hana terdiam mendengar pertanyaan sang Ayah. Ia bingung, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada ayahnya karena takut ayah akan kahwatir, namun di satu sisi ia juga tidak ingin berbohong.

"Apa ada masalah?" tanya ayahnya lagi, "Dan sejak kapan kamu pake kacamata seperti itu?" Ayah bingung, sejak kapan putri semata wayangnya ini memakai kacamata? Setahunya mata Hana baik-baik saja.

"Penglihatan kamu bermasalah?" Ayah kembali bertanya yang langsung di jawab gelengan kuat oleh Hana.

"Sekolahku baik kok, yah. Kalau masalah kacamata ini aku cuma suka kok. Tenang aja mata Hana baik-baik aja." Hana berkata jujur, namun di awal kalimat ada sedikit kebohongan tapi untungnya ayahnya itu percaya dan itu membuatnya merasa lega.

"Baiklah, kalau ada masalah bilang sama ayah ya?" Hana mengangguk sebagai jawaban.

Maaf aku bohongin ayah.

"Kalau gitu kamu siap-siap gih, malam ini kita makan malam di luar dengan teman lama ayah."

Kerutan bingung tampak jelas diwajahnya, tidak biasanya ayahnya mengajaknya makan malam apalagi bersama dengan temannya. Ia merasa ada yang tidak beres, namun Hana menepis jauh perasaan itu.

"Ayey kapten!" Hana hormat di hadapan ayahnya dan berlalu ke kamarnya dengan tertawa kecil.

🌻

Disinilah Hana sekarang, berada di sebuah restoran elite ditemani oleh dua laki-laki paruh baya dan satu wanita paruh baya pula namun masih terlihat cantik. Sejak tadi para orang tua itu terus membicarakan hal yang tidak Hana mengerti membuat gadis berambut panjang itu merasa sebagai patung di sana.

Hana bosan.

Ia ingin pulang tapi makan saja belum.

"Hana sekolah di mana?"

Hana menatap sejenak wanita paruh baya tersebut lalu menunduk, memainkan jari-jarinya, "SMA Neo City, tante." jawabnya.

Wanita tersebut tersenyum ceria, "Wah serius? Anak tante juga sekolah di sana loh. Hana kelas berapa sekarang?" tanyanya lagi.

"2 tante."

"Anak tante kelas 3."

Hana hanya tersenyum ringan, tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Ia selalu merasa gugup jika berbicara dengan orang kecuali dengan ayahnya sendiri.

"Maaf pa kita telat."

Suara tersebut mengalihkan semua atensi yang ada di sana, kecuali Hana. Gadis itu tetap menunduk, tidak peduli dengan orang yang baru saja datang.

"Iya tak apa, lebih baik kalian duduk."

Kedua lelaki itu mengangguk dan segera duduk. Menatap dua orang yang terlihat asing.

"Kenalin ini teman lama papa dan itu anaknya," ucap papa seraya menunjuk ayah dan Hana.

"Halo om, saya Jeno," kata laki-laki yang bermata sipit.

"Saya Haechan." imbuh yang satunya.

Mendengar nama yang tidak asing di telinga-nya. Hana mendongakkan kepalanya. Matanya membola kala melihat dua orang terpopuler di sekolahnya sekarang berada didepannya.

"Wah kalian kembar ya?" tanya ayah yang di jawab anggukan oleh keduanya.

"Tapi saya lebih tua 5 menit om," timpal Jeno yang membuat ayah tertawa.

"Ini Hana, anak om. Dia sedikit pemalu." Ayah memperkenalkan Hana. Yang diperkenalkan hanya tersenyum canggung. Perasaannya tiba-tiba jadi tidak enak.

"Hana satu sekolah sama kalian loh. Dia adik kelas kalian.l," timbrung mama si kembar.

Kedua saudara kembar itu menatap Hana sekilas lalu saling pandang. Mereka tidak pernah melihat gadis itu di sekolah.

"Sudah lebih baik kita makan dulu," ujar ayah yang di angguki oleh semuanya.

Suasana makan malam sangat hening. Semuanya fokus menikmati makanan masing-masing, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar.

"Ekhm.. Sebenarnya ada yang ingin papa sampaikan pada kalian," papa berujar setelah mereka selesai makan.

Jeno dan Haechan menatap papanya bingung begitupun dengan Hana. Perasaannya mulai tidak enak. Obrolan kali ini entah mengapa jadi lebih serius.

"Papa mengajak kalian kesini untuk menjodohkan salah satu dari kalian dengan Hana."

Sontak mereka terkejut, apalagi dengan Hana. Pantas saja perasannya sejak tadi tidak enak, ternyata inilah alasannya. Ia menatap ayahnya meminta penjelasan, namun sang ayah hanya tersenyum.

"Siapa, pa?" tanya Jeno. Haechan masih terkejut dan dia merasa jika papanya akan menyebut namanya.

"Haechan."

Kan, bener.

Haechan seketika sweet drop. Bagaimana bisa papanya menjodohkannya disaat usianya masih sangat muda.

"Dan kalian akan menikah minggu depan."

Apa ada yang lebih gila dari ini?

Bersambung...

[i] My Perfect Husband ; LHC ✓ || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang