MPH 01

42.9K 3.5K 652
                                    

Namanya Hana Anindya, seorang gadis piatu yang harus merelakan masa mudanya demi perjodohan konyol yang Ayahnya lakukan. Dalam hidupnya ia tidak pernah menyangka akan menikah di usia dini, memulai kehidupan baru yang mana itu bukanlah hal yang mudah.

Semuanya terjadi begitu cepat. Hari ini ia sudah menyandang gelar seorang istri dari laki-laki yang menikahinya tadi pagi, yang tidak lain adalah kakak kelasnya sendiri.

Dunia sangat sempit bukan? Bahkan suaminya saja orang yang satu sekolah dengannya. Termasuk siswa populer pula. Hanya saja, mereka tak saling kenal. Salahkan saja sifatnya yang tertutup dan suka menyendiri.

Hana menatap pantulan dirinya di cermin. Dirinya baru saja selesai membersihkan diri. Maniknya menatap tak percaya pantulan dirinya yang benar-benar sudah resmi menjadi istri.

Pikirannya melayang ke kejadian tadi pagi, di mana ia dan ekhm-suaminya- mengucapkan ikrar di depan keluarga. Berbagai macam skincare didepannya ia abaikan. Sampai tak sadar jika seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi menatapnya datar.

"Kenapa belum tidur?" pertanyaan dengan nada datar tersebut membuat Hana tersentak dari lamunannya. Ia menoleh dan melihat sang suami sudah segar dengan balutan piyama berwarna hitam.

"Aku nungguin kakak." Kerutan bingung tercetak jelas di wajah Haechan, sang suami. Buru-buru Hana melanjutkan perkataannya, "Takutnya kakak lapar, aku belum masak makan malam."

"Ga usah. Aku tau kamu pasti lelah seharian ini. Kamu tidur aja."

"Tapi-"

"Aku ngantuk ga lapar," potong Haechan sembari berjalan ke tempat tidur.

Haechan berbaring dan memejamkan matanya. Mengabaikan Hana yang menatapnya dari meja rias. Ia sangat lelah hari ini, meskipun pernikahannya sangat sederhana tapi tetap saja itu membuatnya kelelahan.

Hana tersenyum tipis melihat Haechan sudah tertidur. Ia mengerti pasti Haechan sangat kelelahan sama seperti dirinya. Hana berbalik menatap pantulan dirinya di cermin, kembali ke niat awal ingin memakai skincare.

Tak lama Hana sudah selesai dengan ritual sebelum tidurnya itu. Ia melangkah ke tempat tidur dengan perasaan gugup. Meremas ujung piyamanya sembari berbaring di samping Haechan.

Yuk, bisa yuk!

Helaan nafas keluar dari bibirnya sebelum memejamkan matanya. Namun beberapa detik kemudian mata itu kembali terbuka.

Hana memang susah tidur ditempat asing kecuali di kamarnya. Ditambah ia harus berbagi tempat tidur yang membuatnya makin susah untuk berkelana di alam mimpi.

Tubuhnya sudah sangat lelah, namun mata sialan ini tidak bisa diajak bersahabat. Ia kembali memejamkan matanya, bergerak gelisah untuk mencari posisi yang nyaman. Tapi hal itu malah membuat sosok disampingnya merasa terganggu.

"Kenapa?" suara serak itu membuat tubuh Hana menegang. Perlahan mata bulat itu terbuka dan terpampanglah wajah bantal suaminya yang sialnya terlihat tampan.

"Aku ganggu tidur kakak ya?" bukannya menjawab pertanyaan Haechan, Hana malah balik melontarkan pertanyaan.

"Ga kok." Tentu saja Haechan berbohong, tapi ia tidak mau membuat Hana merasa bersalah. Apalagi melihat wajah kelelahan itu, tak jauh beda dengannya. "Ga bisa tidur ya?" tanyanya yang dibalas dengan anggukan.

"Pasti ga biasa berbagi tempat tidur, iya kan?" lagi-lagi Hana hanya mengangguk.

Haechan menghela nafasnya, lalu bangkit dari posisi berbaring-nya. Menatap Hana yang juga tengah menatapnya dengan polos.

[i] My Perfect Husband ; LHC ✓ || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang