MPH 26

14.4K 1.5K 297
                                    

tw / 18+

~

Haechan berjalan mondar-mandir seperti setrikaan baju di depan pintu UGD. Didalam sana Hana tengah di periksa oleh dokter. Haechan berharap semoga istrinya baik-baik saja.

Perasaan menyesal seketika menyelimutinya, andai saja ia tidak membiarkan Hana pergi ke toko itu, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Mungkin istri dan calon anaknya akan baik-baik saja sekarang. Haechan bersumpah ia akan menemukan pelaku penabrakan istrinya, dan ia akan memberikan hukuman yang setimpal.

Tak lama dokter yang memeriksa Hana keluar dengan ekspresi yang tak bisa Haechan tebak.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?"

Sebelum menjawab sang Dokter menghela nafas, "Syukur dia baik-baik saja. Tidak ada luka yang parah, hanya bagian kepalanya saja yang terluka dan beberapa luka kecil di bagian tangan dan kakinya."

"Lalu bagaimana dengan-" perkataan Haechan terpotong karena sang dokter menyela, "Tenang saja, janin yang ada dalam kandungannya baik-baik saja. Dia kuat."

Semua kekhawatiran dalam diri Haechan merosot seketika, akhirnya ia bisa bernafas lega mengetahui sang istri dan calon anaknya baik-baik saja.

"Saya boleh liat keadaan istri saya gak, dok?"

"Bisa kok, tapi setelah pasien di pindahkan di ruang rawat ya" sang dokter tersenyum, "Kalau begitu saya duluan ya." ujarnya melenggang pergi meninggalkan Haechan yang menunggu Hana di pindahkan di ruang perawatan.

🌻

Di dalam ruangan yang bernuansa putih dan di dominasi oleh bau obat-obatan yang menyengat, Hana terbaring di atas ranjang pasien dengan mata yang tertutup, kepala yang di perban, wajah yang penuh dengan beberapa goresan serta beberapa perban di lengannya dan infus yang melekat di tangan kirinya.

Di sampingnya, sang suami-Haechan sedang tertidur atau mungkin ketiduran sambil menggenggam tangan Hana yang tak terinfus.

Perlahan manik hazel milik Hana terbuka, ia mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke retinanya. Setelah matanya terbuka sempurna, ia mengamati sekeliling. Tanpa berpikir dua kali, Hana sudah tahu dirinya berada di rumah sakit, terlebih saat indra penciumannya menangkap bau obat-obatan yang menyengat. Namun, ia tak ingat mengapa dirinya bisa berakhir disini. Ia hanya ingat kalau sore tadi ia membeli cake untuk Haechan.

Berbicara tentang Haechan, Hana tiba-tiba panik, dimanakah gerangan suaminya itu berada. Namun, saat menoleh ke samping, semuanya rasa khawatirnya hilang begitu saja tergantikan dengan senyum tipis yang terulas di bibir pucatnya melihat sang suami terlelap dengan wajah lelahnya.

Genggaman tangan Haechan ia lepaskan dan perlahan bergerak mengusap kepala Haechan dengan lembut.

Usapan tersebut membuat tidur Haechan terusik. Ia mengangkat kepalanya ingin mengetahui siapa yang telah mengganggu tidurnya. Mata yang masih setengah terpejam itu langsung terbuka sempurna saat maniknya bersibobrok dengan manik hazel Hana.

"Sejak kapan kamu udah sadar?"

Hana sedikit terkejut karena Haechan tiba-tiba terbangun. Apa ia mengganggu tidur laki-laki itu?

"Baru aja kok."

"Keadaan kamu gimana? ada yang sakit gak? ini sakit gak?" Haechan menunjuk kepala Hana yang terperban.

Hana terkekeh pelan melihat tingkah Haechan barusan, tapi disisi lain ia merasa senang Haechan begitu khawatir padanya.

"Aku gapapa kok, cuma pusing dikit."

[i] My Perfect Husband ; LHC ✓ || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang