Hoek hoek
Hana berlari ke kamar mandi, menyusul Haechan yang sejak bangun tadi mual-mual terus. dengan telaten Hana memijat tengkuk Haechan agar mengeluarkan semua isi perutnya.
"Gimana? udah lebih baik?" tanya Hana khawatir, pasalnya Haechan sangat jarang seperti ini, tidak pernah malah. Ini pertama kalinya Haechan masuk angin selama mereka menikah.
Haechan mengangguk lemah dan dengan sabar Hana membantu Haechan kembali ke tempat tidur.
"Ji tolong ambilin kakak minyak angin dong!" teriak Hana sembari membantu Haechan merebahkan di kasur.
Fyi, sekarang Jisung tinggal dirumah Haechan, dia juga sudah tidak lagi bekerja di club itu.
Tak lama Jisung datang membawa minyak angin. dahinya mengerut bingung melihat kakak iparnya terbaring lemah di dekat Hana.
"Kak echan kenapa, kak?" Jisung memberikan minyak angin itu pada Hana.
"Masuk angin dia."
Jisung mengangguk, "Kalau gitu aku buatin sup ya."
Mendapat persetujuan dari Hana, Jisung keluar menuju dapur dan membuatkan sup untuk kakak iparnya itu.
"Kamu tuh kalau di bilangin nurut, kalau kek gini kamu juga yang repot." omel Hana sembari mengolesi minyak angin ke tubuh Haechan. Semalam Hana melupakan tasnya di sekolah dan Haechan balik lagi ke sekolah untuk mengambil tas Hana. Sebenarnya Hana sudah melarang Haechan karena sudah larut, tapi suaminya itu batu dan tetap pergi menggunakan motor dan bodohnya ia lupa memakai jaket, ujung-ujungnya masuk angin.
"Mau aku kerokin ga?" Hana iseng bertanya, menatap wajah Haechan ingin mengetahui bagaimana reaksi suaminya.
"Hah? A-apaan sih kamu, gak mau lah!" jawabnya dengan wajah memerah malu.
"Kenapa? katanya itu ampuh loh buat masuk angin."
"Gak usah ngadi-ngadi. Aku mau istirahat aja!"
Hana tertawa melihat Haechan yang menahan malu, sangat lucu dan menggemaskan.
"Aku cuma bercanda ya ampun, muka kamu merah hahahaha."
"Diem!"
"Iya iya aku diem," Hana berusaha menahan tawanya, agar Haechan tidak merajuk. "Sekarang bayi besar istirahat ya."
Setelah menyelimuti Haechan, Hana beranjak keluar. Ia ingin membantu Jisung memasak di dapur, tapi tangannya lebih dulu di tahan oleh Haechan.
"Mau kemana?"
"Mau bantuin Jisung."
Haechan merenggut tidak suka kemudian menarik Hana, membuat gadis itu terduduk di pinggir kasur. "Kamu disini aja, temenin aku." ujarnya memeluk erat Hana, seakan takut Hana akan meninggalkannya.
Hana mendengus geli lalu memperbaiki posisi duduknya dan bersandar di headboard ranjang. Lengan Haechan langsung melingkar di pinggang Hana dan mendusalkan wajahnya pada perut rata Hana, membuat sang empu merasa geli.
"Astaga baru masuk angin aja manjanya udah minta ampun, gimana kalau sakit." gumam Hana pelan namun masih bisa di dengar oleh Haechan.
"Aku denger ya!"
"Hehehe canda sayang." kata Hana mengecup kening Haechan sekilas, "Bayi besar tidur ya?"
Haechan mengangguk dan mengeratkan pelukannya, matanya memberat dan perlahan terpejam karena elusan di kepalanya. Hana tersenyum saat mendengar dengkuran halus dari seseorang yang tengah memeluknya, Haechan benar-benar seperti bayi kalau sedang tidak sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] My Perfect Husband ; LHC ✓ || SUDAH TERBIT
أدب الهواةSELESAI Ketika Haechan berusaha menjadi suami yang sempurna untuk Hana. cr. mentahan cover on pinterest Warn!!! •kinda ooc •bahasa campur •harsh word •Marriage life! •lokal •DLDR!! Highest rank: #1 in comedyromance 210321 #1 in Hana 210110 #1 in...