MPH 16

17K 2.1K 358
                                    

Sepulang dari rumah Haechan, Mark langsung ke apartemennya tak lupa menghubungi Lucas terlebih dahulu. Saat ini ia sedang galau karena kenyataan yang baru diketahuinya tadi, untuk itu ia butuh teman cerita.

Di tengah kesunyian yang menyelimutinya, Mark menatap langit sore yang berwarna abu-abu, yang sebentar lagi akan menumpahkan butiran demi butiran kristal bening. Tersenyum kecut, bahkan langit saja tahu kalau keadaan hatinya sedang tidak baik.

"Lo ngapain sih nyuruh gue kesini? Liat nih gue sampai kehujanan." Lucas mengeluh ketika sampai di apartemen Mark, bajunya sedikit basah karena terkena hujan.

"Muka lo udah kayak tumpukan baju yang ga pernah di setrika, kusut banget anjir," ujarnya mengambil tempat di samping Mark. "Lo kenapa lagi sih, Mork?"

"Sedih gue tuh.."

"Sedih kenapa coba?"

Lucas jadi bingung, padahal tadi Mark baik-baik saja. Wajahnya pun sumringah tidak ada tanda-tanda kesedihan.

"Tadi gue ketemu sama, Hana." beritahu-nya.

"Ya terus kenapa lo sedih? Harusnya tuh lo seneng. Heran gue tuh sama lo."

Menurut Lucas harusnya Mark senang ketemu Hana bukannya sedih, galau seperti sekarang.

"Gimana gue ga sedih kalau tau Hana udah nikah."

Mark menatap Lucas, ingin tahu bagaimana reaksinya setelah mengetahui hal ini. Apakah terkejut atau biasa saja.

"YA BAGUS DONG, MARKONAH!!" ini tidak seperti yang Mark harapkan.

"Bagus apanya sih?"

"Itu tandanya Hana udah move on dari lo. Dia udah nemuin orang yang bisa jagain dia, bahagiain dia." Lucas greget lama-lama sama Mark. Bukannya senang Hana sudah menikah, dia malah sedih.

"Bukan itu masalahnya!"

"Ya terus?"

"Dia nikah sama adek gue."

Untuk yang ini Lucas terdiam. ia tahu betul siapa yang di maksud oleh Mark, walaupun tidak menyebutkan namanya.

"Terus sekarang gimana?"

Mark mengangkat bahunya tanda tidak tahu. "Gue bingung, Cas."

"Mark, gue saranin lo nyerah aja deh."

Tatapan tidak suka langsung tertuju pada Lucas. "Maksud lo?"

"Jauh hari sebelum lo kesini gue udah bilang kan, ga usah balik kalau niat lo cuma mau ambil Hana terus lo bawa balik ke kanada. Kalau kayak gini gimana? Ribet kan urusannya."

Mark terdiam. Apa yang katakan oleh Lucas itu memang benar adanya. Dirinya saja yang keras kepala, kalau sudah begini dia juga yang pusing.

"Udahlah, Mark. Ikhlasin aja si Hana."

"Gue ga bisa, Cas."

Lucas menghela nafas panjang. Mark memang benar-benar keras kepala.

"Gini deh, sekarang gue tanya. Mereka berharga kan buat lo?"

Mark mengangguk.

"Terus lo tega pisahin mereka? Lo tega gitu rebut Hana dari adek lo sendiri?"

Mark menggeleng lemah. Meskipun Haechan membencinya, Mark tetap sayang dan menganggap Haechan sama Jeno itu adiknya, sama seperti dulu.

"Ya udah tinggal ikhlasin aja."

"Tapi, cas.."

"Mark, lupain aja perasaan lo itu. Hana itu udah bahagia sama Haechan. Ga usah ganggu mereka lagi, mereka udah bahagia. Ingat Haechan itu adek lo. Kalian udah sama-sama dari kecil, pengecualian untuk kejadian beberapa tahun yang lalu."

[i] My Perfect Husband ; LHC ✓ || SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang