07. Amarah

3.7K 319 29
                                    

Mata Seokjin membulat, dadanya terhenyak ketika mendengar pertanyaan dari Hyesun. Sebuah pertanyaan yang paling ditakuti pemuda itu selama ini. Tubuh Seokjin seolah beku, bahkan mulutnya terkatup rapat seperti orang yang terkena hipotermia. Jantungnya juga berdebar hebat bukan karena cinta tapi karena sebuah ketakutan yang selama ini ia sembunyikan. Pertanyaan-pertanyaan yang mengerikan kini berseliweran di benaknya. Bagaimana Hyesun mengetahui hal ini? Apa Hana memberitahu kekasihnya? Sekarang apa yang harus ia lakukan? Seokjin maaih bergeming menatap Hyesun dengan tatapan kesedihan.

“Kenapa kau diam saja, Kim Seokjin? Apa kau tak mendengar pertanyaanku?”

Suara lantang Hyesun membuat seluruh pengunjung cafe melihat ke arahnya. Gadis itu tak peduli jika keributan yang dia buat akan menjadi konsumsi orang. Kemurkaan sudah menguasai hati dan pikirannya sehingga membuat Hyesun tak bisa berpikir jernih. Hatinya begitu hancur seakan sudah mati rasa. Bulir bening kembali jatuh menghiasi kulit pipinya. Seokjin masih bergeming seraya menatap sedih sang pujaan hati. Pandangannya beralih ketika Hyesun meletakkan ponselnya secara kasar di atas meja lalu menggeser keras ke arah Kim Seokjin. Pemuda itu menyambar ponsel Hyesun tanpa bertanya. Thumnnail sebuah video terpampang nyata. Seokjin segera menekan tanda play dengan perasaan gelisah.

Sebuah percakapan Hana dan seorang laki-laki terdengar sangat jelas di ponsel Hyesun. Sesekali gambar video itu bergoyang karena sejatinya pada saat itu Hyesun seakan ingin pingsan. Betapa sakitnya mendengar kekasih yang ia cintai menghamili wanita lain. Kenapa Hyesun bisa merekam ini semua ? Sejujurnya di hari yang sama ia sedang mengantar ibunya periksa dan tanpa sengaja ia melihat Hana sedang mengobrol dengan pria lain. Ia penasaran saat dokter muda itu marah pada Hana. Maka dari itu ia merekamnya. Namun, ternyata itu adalah sebuah fakta yang sungguh menyakitkan. Seokjin menelan ludah, ia tak bisa berkutik. Tak ada cara lain kecuali jujur.

“Maafkan aku, Hyesun-ah,” ucapnya dengan muka tertunduk. Mata Seokjin pun mulai berembun di sana.

"Jadi itu benar? kau benar-benar membuatku hampir mati, Kim Seokjin. Kenapa kau menyakitiku seperti ini? Kenapa kau tega melakukan hal seperti itu di belakangku? Jika dari awal kau sudah tak mencintaiku, katakan saja. Itu lebih baik daripada harus seperti ini!" Teriak Hyesun.

“Dengar, tak pernah sedikitpun aku tak mencintaimu. Dari dulu sampai sekarang kaulah wanita satu-satunya yang aku cintai. Aku melakukan itu dalam keadaan mabuk. Aku sama sekali tak sadar apa yang telah aku lakukan saat itu. Aku—“

“Dan kau menikah dengan Hana secara diam-diam. Katakan padaku bahwa itu semua bohong, Kim Seokjin?” sahut Hyesun yang diliputi rasa cemas. Dalam hati kecil gadis itu masih berharap akan jawaban Seokjin yang mengatakan seperti yang ia inginkan. Namun, sepertinya itu hanyalah harapan karena pada faktanya Seokjin terdiam. “Jadi itu benar? Kau sungguh menikah dengan Hana?”

“Hyesun-ah aku mohon—“

“Cukup, aku tak mau lagi mendengar penjelasanmu. Apa yang sudah kau perbuat kau harus mempertanggung jawabakan semuanya. Seokjin-ah. Kau adalah suami orang, sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah. Aku tak bisa menjalin hubungan dengan pria seperti ini. Kita akhiri saja semuanya.”

Hyesun beranjak dari tempat duduk, menyambar kasar ponselnya, dan berjalan pergi meninggalkan Seokjin sendirian. Pemuda itu tak tinggal diam. Ia mengejar Hyesun dengan perasaan hancur. Bahkan, mata yang berembun itu sekarang menjadi sebuah deraian air mata yang cukup deras. Ia begitu mencintai gadis ini. Berat rasanya jika harus berpisah dengannya. Tak hanya Seokjin yang terluka tapi Hyesun juga sangat tersakiti. Tenggorokannya tercekat menahan tangis agar tak bersuara. Pergelangan tangan gadis itu pun terasa sakit ketika Seokjin menyambarnya dengan kasar

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang