06. Sebuah Pertanyaan

3.5K 326 33
                                    

Baik Hana maupun Seokjin sudah berada di ruang praktik dokter kandungan. Kali ini bukan Taehyung yang menangani Hana melainkan dokter lain. Lagipula Hana dirawat di rumah sakit yang berbeda dengan tempat kerja Taehyung. Gadis itu berbaring dengan pasrah. Raut wajahnya pun terlihat begitu sedih serta gelisah. Bola mata Hana tak lepas dari layar USG saat dokter mulai memeriksa kondisi janinnya.

"Apa kalian baru saja berhubungan seks?" tanya dokter.

"Anio!" jawab Seokjin dan Hana secara bersamaan dengan nada bicara tak biasa.

Sang Dokter pun terkejut mendapat respon diluar dugaan. Bahkan ia merasa bahwa sepasang suami istri muda ini seperti membentaknya. Keduanya pun sedikit menyesali respon berlebihan yang mereka tunjukan. Bukankah, itu hal yang wajar dilakukan orang yang sudah menikah. Seharusnya mereka bisa lebih santai menanggapi pertanyaan semacam itu dari dokter. Jujur saja pertanyaan macam ini membuat keduanya malu.

"Ah, aku rasa, kondisi kandungan Nona Hana baik-baik saja. Jangan khawatir, kemungkinan ini hanyalah pendarahan implantasi. Pendarahan yang disebabkan oleh proses pelekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim. Walaupun begitu, Nona Hana harus melakukan bedrest terlebih dulu."

"Bedrest?" Tanya Hana ragu.

"Iya, anda harus berbaring sebanyak mungkin untuk beberapa jam bahkan bisa saja beberapa hari tergantung kondisi kandungan anda. Saya harus memantau perkembangannya agar nanti bisa memberikan penanganan yang tepat. Agar lebih nyaman, saya sarankan Nona Hana untuk menggunakan pembalut agar lebih mudah menghitung seberapa banyak pendarahan yang terjadi," jelas Dokter dengan penuh kehangatan. Hana hanya mengangguk pelan sebagai jawaban bahwa ia mengerti semuanya.

"Dan, untuk Tuan Seokjin?"

"Ne?"

"Aku tidak yakin harus mengatakan ini atau tidak. Tapi aku memutuskan untuk memberitahu anda. Hanya sekedar untuk mengingatkan. Saya tahu bahwa kebanyakan pasangan muda sangat bergairah. Tapi, demi kebaikan istri dan bayi Anda. Aku harap tahanlah. Jangan ajak Nona Hana berhubungan seks dulu sampai trimester pertama terlewati. Mengerti, Tuan Kim Seokjin?"

Mulut Seokjin sedikit terbuka, menghela napas sejenak dengan cara sarkas, dan menatap sang dokter tak percaya. Apa dia terlihat seperti seorang suami yang begitu menggebu-gebu tentang hal itu? Pemuda bermarga Kim itu melirik Hana yang masih duduk manis di atas tempat pemeriksaan. Hatinya semakin jengkel ketika Hana menertawakannya secara diam-diam. Jika Seokjin mau, ia bisa membantah tuduhan dokter ini dengan gamblang. Tetapi ia memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya.

Park Hana berjalan pelan menuju ke arah Seokjin. Tak lupa sang dokter membantu Hana turun dan menatihnya dengan hati-hati menuju kursi roda. Seokjin pun dengan sigap menarik besi tempat infus itu bergantung secara hati-hati. Menggesernya agar selalu ada di dekat Hana. Ucapan terima kasih tak lupa Hana ucapkan kepada sang dokter yang telah melakukan tugasnya dengan baik.

*****

Suara bisingnya kursi roda tak mampu memecah keheningan antara Seokjin dan Hana. Gadis itu mengedarkan netranya di sebuah taman rumah sakit yang banyak dikunjungi oleh pasien rumah sakit ini. Pohon yang rindang serta bunga yang bermekaran seperti memamerkan kecantikan warna mereka masing-masing. Setiap angin bertiup, bunga-bunga itu bergoyang seolah mereka sedang menari. Hana tersenyum, memejamkan matanya, dan menikmati setiap tiupan angin yang menyentuh pori-pori kulitnya. Tingkah anehnya ini bukan tanpa sepengatahuan Seokjin. Pemuda itu hanya bergeming menatap Hana yang tiba-tiba tersenyum.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Seokjin yang dilanda rasa penasaran.

"Aku sedang menikmati hidup," sahut gadis itu masih dengan senyum menawannya.

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang