Hana tak langsung menjawab bahkan ia terkesan enggan untuk menanggapi ujaran konyol dari pria aneh ini. Dia bukan wanita bodoh yang langsung percaya begitu saja dengan orang yang baru ia kenal. Bekerja sama? Apa pria ini sudah tak waras? Lagipula orang yang mengaku bernama Alex ini memiliki tujuan yang tak baik yaitu menghancurkan hidup Hyesun. Sebenci-bencinya Hana pada gadis itu tapi ia tak mau membuat kehidupan orang lain berantakan. Hana akan terus bersabar dan berbarap pada keluarga suaminya. Ia percaya bahwa semua ini akan teratasi dengan baik.
“Bagaimana bisa aku percaya pada seseorang yang baru aku kenal beberapa menit yang lalu? Siapa pun itu juga akan berpikiran sama denganku. Terlebih lagi kau memiliki tujuan yang tak baik. Sadarlah, jangan sengaja menghancurkan kehidupan orang lain,” ujar Hana sembari menyecap segelas es americano-nya.
Menurut wanita berambut pendek itu, berbicara dengan Alex hanyalah membuang-buang waktu. Segera pergi dari pembicaraan konyol ini adalah sebuah keputusan yang bijak. Park Hana tanpa ragu menyambar tas belanjanya yang tergeletak di atas meja. Ia lalu pergi meninggalkan Alex sendirian di sebuah cafe yang sepi. Senyum sinis mengembang di bibir pemuda yang bernama korea Song Seung Ho. Sebelum Hana pergi, ia ingin menyampaikan sesuatu. Ekspresi merendahkan dan menghina tergambar jelas dari raut wajah Alex.
“Park Hana, kau berlagak menjadi manusia suci sekarang.” Ujaran dari Alex sukses membuat Hana menghentikan langkah. “Apa kau tahu bahwa awal kehancuran hidup Hyesun berasal dari dirimu? Kau berada di antara Seokjin dan Hyesun tanpa permisi. Apa kau lupa dengan perbuatanmu?” sembari menyeruput americano-nya, Alex mengatakan hal itu tanpa rasa empati maupun simpati. “Dengarkan aku, Hana-ssi, jika kau menolak tawaranku. Aku pastikan kau akan menyesal.”
Seolah tak mau ambil pusing dengan ocehan tak berharga pria bermarga Song itu. Hana memilih segera keluar dan melanjutkan aktivitas belanjanya. Selangkah demi selangkah jejak yang ia torehkan di perjalanan hidupnya membuat Hana tersadar bahwa kehidupan sangat berat dan seolah tercekik. Park Hana tampak begitu tegar namun jika dilihat lebih dekat lagi ia sedang menangis tersedu mengingat kata-kata Alex. Bahwa benar, dialah penghancur segalanya.
****Sinar mentari menembus dinding kaca kamar apartemen seorang gadis yang tergeletak di atas ranjang dengan posisi tidur seadanya. Matanya mengerjap-ngerjap akibat terganggu cahaya sang surya. Ketika indra penglihatannya terbuka lebar. Gadis itu termenung seraya merasakan sedikit pening di kepalanya. Hyesun berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi dan kenapa tiba-tiba ia sudah berada di apartemen.
Kedua alisnya bertaut, otaknya terus berpikir, dan tak lama kemudian ia mengingat suatu hal. Samar-samar tadi malam Hyesun melihat Seokjin sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan sangat hati-hati. Lalu setengah sadar, ia meraih tangan Seokjin sesaat dan memohon untuk tak meninggalkannya. Namun sayang, Seokjin mengabaikan permintaan sederhananya. Pemuda itu memilih melepaskan genggaman tangan
Hyesun secara perlahan sambil berlalu. Hanya sebatas itu yang ia ingat.Gadis itu mendengus sesekali mengumpat pada diri sendiri karena menahan malu. Seharusnya ia tidak merengek pada mantan kekasih memohon agar tetap di sisinya.
Tak mau terjebak dengan pikirannya sendiri. Hyesun segera beranjak dari ranjang. Walau terlihat sedikit sempoyongan ia berusaha untuk berjalan dengan benar menuju dapur. Tenggorokan yang terasa kering mengharuskan ia meminum seteguk air. Mata cantik Hyesun tanpa sengaja melihat sebuah memo kecil tertempel erat di kulkas dengan magnet berbentuk strawberry sebagai perekat. Sebuah tulisan yang begitu Choi Hyesun kenal tergurat jelas di sana.Aku membuatkan seporsi bubur pereda mabuk untukmu semalam. Aku simpan di kulkas. Kau bisa memanaskannya setelah kau bangun tidur. Jaga kesehatanmu, Hyesun-ssi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓
FanfictionAmazing Cover by @lelesaurus "Seok Jin-ssi, aku hamil." Dia suamiku tapi tak pernah mencintaiku. Bagaimana bisa aku cinta padamu? Bagaimana bisa hal itu menyakitkan seperti ini? Tak pernah ingin siapapun disalahkan Dapatkah aku menyentuhmu jika ku...