15. Pengakuan

3.7K 344 48
                                    

Peringatan
Ini akan menjadi part yang paling panjang ya gaes.

Hana menyusuri trotoar jalan yang lengang. Walau jalanan terdengar begitu ramai dari bunyi klakson yang bersahutan namun Hana merasa hidup sendirian di dunia. Entahlah bagaimana ia mengartikan suasana hatinya kali ini. Benarkah ia egois? Apakah salah jika meminta pertanggung jawaban pada Seokjin atas perbuatannya? Hana tak punya niatan sedikit pun untuk merebut kekasih orang lain. Dia bukanlah wanita yang serendah itu. Hana juga tak mau menyalahkan Hyesun. Karena sejatinya, jika Hana berada diposisi Hyesun pun pasti merasakan hal yang sama yaitu dikhianati.

Presensi gadis berparas menawan itu menyusuri seluruh tempat yang ia lewati. Hembusan angin di malam hari membawa aroma laut yang menyeruak di indra penciuman Hana. Wangi laut membuat hatinya sedikit terobati. Mungkin, dengan melihat deburan ombak di malam hari bisa menyembuhkan luka seutuhnya. Langkah kaki calon ibu muda itu seiring dengan angin yang bertiup semakin kencang. Semakin ia berjalan semakin jelas suara ombak yang bergemuruh. Hana berhenti pada satu titik. Ia kemudian memejamkan mata seraya merasakan terpaan angin malam di wajahnya.

"Menyegarkan," gumamnya.

Park Hana kembali berjalan dan melepas flat shoes-nya. Ia memilih untuk sedikit mendekat ke bibir pantai. Membuat jejak di atas pasir putih untuk melupakan semua hal yang terjadi hari ini. Seutas senyum pun merekah di bibir gadis itu tanpa sadar. Memang benar, bahwa memberi waktu untuk diri sendiri sangat dibutuhkan disaat seperti ini. Hana duduk di atas pasir tanpa alas. Netranya melihat gelapnya air laut, memasang earphone di telinga, dan mendengarkan beberapa lagu favoritnya. Niat hati ingin suasana hatinya membaik tapi nyatanya berbeda. Hana kembali menangis histeris. Ia berpikir bahwa tak ada orang di sekelilingnya dan bisa menangis sepuas mungkin. Tangisan Hana pun berhenti ketika ponselnya tiba-tiba berdering.

"Yoboseyo sunbae-aku sedang di pantai sekarang. Kenapa?-aku tidak menangis-aku tidak apa-apa. Jangan khawatir-tidak usah-hallo, sunbae-" Tampaknya usaha Hana membohongi Taehyung tidak berhasil. Dokter kandungan itu bersikukuh untuk menemani Hana yang sendirian dalam perasaan kalut. Sedangkan di belakang Hana dengan jarak lebih dari sepuluh meter.

Seokjin berdiri di ujung jalan memandang Hana dengan segala pertanyaan. Kenapa ia seperti ini? Kenapa ia merasakan sakit jika istrinya menangis? Kenapa ia memilih berada di samping Hana daripada Hyesun sekarang? Dalam diam di antara deburan ombak. Seokjin menyadari bahwa ada perasaan tak biasa yang hadir di relung hatinya namun lagi-lagi ia masih tak yakin. Iris Seokjin yang melihat lurus ke arah Hana merasa sedikit terganggu dengan kehadiran seorang laki-laki yang menghampiri istrinya. Pria bermarga Kim itu tersenyum sinis. Namun, setidaknya dia lega bahwa istrinya tidak sendirian di tempat asing ketika malam hari. Mungkin keberadaan Taehyung di samping Hana malam ini bisa membuat suasana hati istrinya membaik. Maka dari itu ia memilih untuk meninggalkan Hana bersama pria lain. Seokjin mendengus, memaksakan senyumnya, lalu pergi menjauh.

Taehyung mengendap-ngendap mendekati Hana. Berharap juniornya itu tak tahu kedatangannya. Tangan jahil Taehyung sengaja menutup mata gadis itu. Kekehan samar Taehyung membuat Hana meringis. Dasar, seniornya itu memang tak lihai bermain hal semacam ini. Dengan mudah ia bisa menebak siapa pemilik jari lentik itu.

"Taehyung sunbae," panggil Hana. Kim Taehyung cemberut karena gadis ini bisa menebak kehadirannya.

"Aigoo, ternyata usahaku gagal," ucap pemuda berambut ikal itu. Ia memerkan senyum pada Hana. Namun sayangnya gadis itu memasang ekspresi datar. Senyum Taehyung menghilang ketika ia mendapati mata Hana yang memerah sekaligus sembab karena terlalu banyak menangis. Ia tahu bahwa hal ini akan terjadi.

"Lagu apa yang kau dengar?" tanyanya. Taehyung menyambar salah satu bagian earphone Hana lalu memakainya. Lagu dari 'Baekhyun - My love' terdengar jelas di telinga seorang Kim Taehyung. "Aigoo, jika kau merasa sedih jangan mendengar lagu-lagu seperti ini. Itu namanya masokis," omel Taehyung. Tanpa meminta persetujuan Hana, Taehyung mengganti lagu dengan yang lebih ceria. 'Mocca-happy'. Berharap suasana hati gadis yang ada di sampingnya ini membaik. Hana tak protes. Ia membiarkan seniornya melakukan apa pun. "Ini barulah cara yang tepat untuk mengobati kesedihan."

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang