Hana terkesiap mendengar ucapan Seokjin. Suaminya ini mengatakan bahwa ia mencintanya? Itu bukan bualan, kan? Apa jangan-jangan suaminya ini sedang mabuk sehingga mengatakan hal tak masuk akal? Atau bisa saja dia sedang berada di dunia mimpi? Dan, jika memang peristiwa ini adalah sebuah kenyataan. Bolehkan Hana bernapas lega dan memilih untuk mempercayai ucapan cinta yang keluar dari mulut suaminya. Keduanya terdiam, sesaat menikmati suara deburan ombak yang menghantam karang. Sepoi angin menjadi saksi bersatunya dua hati yang saling mencintai. Perlahan, Kim Seokjin melepas pelukannya dari Hana. Menatap wajah cantik istrinya dalam kekaguman. Berkali-kali jemari lentik pria itu menyibakkan rambut Hana yang tertiup angin dan menutupi parasnya. Bahkan, dengan mata sembab dan hidung yang memerah tak membuat kecantikan Hana berkurang di mata Seokjin.
"Buktikan jika kau memang mencintaiku," perintah Hana dengan tatapan yang begitu mengintimidasi.
Seokjin menarik napas. Menatap mata indah istrinya lekat-lekat. Mungkin hal yang akan ia lakukan tak sepenuhnya bisa membuktikan cintanya pada Hana sekarang. Tapi setelah ia menyatakan semua cintanya. Seokjin berjanji akan selalu menjaga, mengerti, dan selalu ada untuknya. Dan tentang Hyesun, Seokjin akan menyelesaikan masalah itu secepatnya.
Kini pria bermarga Kim itu merengkuh kedua pipi ranum Park Hana. Perlahan mengecilkan jarak antara dia dan istrinya. Kemudian menyentuh lembut bibir tipis Hana dengan bibir tebalnya. Keduanya kini saling berpagutan dan saling melumat. Ciuman kali ini lebih panas dari ciuman pada waktu itu. Keduanya memiliki hasrat untuk saling memiliki raga orang yang mereka cintai. Hana begitu menikmati permainan yang Seokjin berikan dan berusaha mengimbanginya. Gadis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Seokjin tanpa ragu. Begitu pula dengan Seokjin yang melingkarkan tangannya di pinggang ramping sang istri. Tangan kekarnya sedikit menekan pinggul Hana ke tubuhnya. Keduanya terbuai dan saling menikmati ciuman panas di bawah terik matahari.
*****
Usai kepergian Seokjin dari jamuan pesta tuan Choi Insung. Suasana makan antara orang tua Seokjin, dan Choi Insung sangat canggung. Khususnya raut wajah Kim Seokjung yang tampak murka. Hyesun sudah tak ada lagi bersama mereka setelah Seokjin pergi. Laki-laki itu tak habis pikir bisa-bisanya Choi Insung melakukan hal licik seperti ini. Dari awal Kim Seokjung menolak keinginan Choi Insung mengakuisisi perusahaannya. Walaupun memang keuangan perusahaan tak baik sekarang tapi Seokjung bertekat untuk memperbaiki semua walau itu membutuhkan banyak waktu."Tuan Choi Insung, kenapa kau melakukan hal itu tanpa persetujuanku dan Soyeon? Sebenarnya apa masalahmu? Apa karena aku menolak akuisisi perusahaan maka kau balas dendam padaku dengan cara seperti ini?" ujar Seokjung yang berusaha mati-matian menahan amarahnya.
"Balas dendam apa maksudmu? Aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang kakek yang ingin menikahkan cucunya dengan orang terpandang seperti putramu. Lagipula, putramu dan cucuku saling mencintai. Apa yang salah dengan itu semua?" Sahut Tuan Insung yang terlihat begitu santai sembari menyecap minumannya. Apanya yang saling mencintai? Bahkan Seokjung tak tahu apa pun dengan siapa Seokjin berhubungan sebelum menikah dengan Hana. Anggap saja dia memang orang tua yang tak peduli dengan putranya.
"Omong kosong. Katakan padaku apa tujuanmu?" gertak Seokjung. Choi Insung tersenyum sinis. Jari telunjuknya memutar-mutar gelas yang ada di depannya. Menatap suami Jung Soyeon itu dengan pandangan yang menakutkan.
"Dengar, awalnya aku memang kecewa karena kau menolak pertolonganku. Perusahaanmu sedang tak baik-baik saja dan aku datang untuk membantumu. Tapi kau dengan sombongnya mengatakan padaku akan menghadapi semuanya sendirian. Aku benci melihatmu berlagak seperti itu," jelas Choi Insung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓
FanfictionAmazing Cover by @lelesaurus "Seok Jin-ssi, aku hamil." Dia suamiku tapi tak pernah mencintaiku. Bagaimana bisa aku cinta padamu? Bagaimana bisa hal itu menyakitkan seperti ini? Tak pernah ingin siapapun disalahkan Dapatkah aku menyentuhmu jika ku...