11. Beautiful Night

4.2K 323 42
                                    

Entah apa yang ada di benak seorang Park Hana sehingga ia begitu yakin untuk memejamkan mata. Jika kejadian ini bukan seperti yang ia pikirkan tak akan bisa dibayangkan betapa malunya dia. Park Hana mungkin sudah gila tapi di sisi lain ia juga berharap demikian makanya gadis itu memilih untuk bertahan pada posisi yang sama dengan mata yang masih terpejam. Nyatanya apa yang Hana bayangkan tak pernah terjadi. Bukan sentuhan bibir yang Hana rasakan tapi sebuah sentuhan lembut dari jari Seokjin di bawah matanya.

"Bulu matamu jatuh," lirih Seokjin sembari menjumput sehelai bulu mata istrinya yang jatuh tepat di bawah kantung mata.

Hana yang terpejam spontan terbelalak. Wajahnya memerah bukan karena efek romantisme tapi karena rasa malu. Bahkan, saat itu juga rasanya Hana ingin kabur dari penglihatan Seokjin selamanya dan tak ingin bertemu lagi. Gadis itu berharap semoga suaminya ini tidak menyadari apa yang sudah ia perbuat. Untuk mengatasi perasaannya yang kacau Hana hanya berdehem menanggapi Seokjin. Kembali melakukan aktivitasnya seraya mengucapkan terima kasih.


Sepertinya hanya menjadi harapan seorang Park Hana belaka bahwa Seokjin tak menyadari tingkah konyolnya. Pemuda tampan itu sangat menyadari bahkan paham kenapa sang istri memejamkan mata. Ia tahu bahwa Hana ingin melakukan kegiatan romantis sekaligus memabukkan bersamanya. Melihat tingkah Hana yang kelabakan membuat Seokjin berusaha keras untuk menahan tawa.

"Hana-ya, apa kau-"

"Jangan mengatakan apa pun. Kau hanya salah paham. Aku memejamkan mata karena debu. Tak pernah sedikit pun aku punya keinginan untuk berciuman denganmu, Seokjin-ssi," cerocos Hana tanpa memberi celah Seokjin untuk menyelesaikan ucapannya.

"Apa yang kau katakan? Berciuman-apa?" pertanyaan Seokjin lebih ke arah menggoda daripada penasaran karena sebenarnya Seokjin tahu dari awal. "Aku hanya ingin bertanya padamu di mana letak garam," ujar Seokjin, mau tak mau ia berinisiatif mengambil garam yang ada di depan istrinya itu sendiri.

Hana tersentak, ia tak sadar apa yang ia telah ucapkan. Kenapa dia harus berkata seperti itu? Kenapa dia lagi-lagi berlagak bisa membaca pikiran orang? Sekarang hal yang seharusnya menjadi sebuah rahasia kini terungkap tanpa sengaja. Antara bodoh atau ceroboh. Hana tampak frustasi, bahkan ia tak segan memukul pelan kepalanya sendiri berkali-kali. Tak mau lebih malu lagi, Hana memilih untuk tidak menanggapi ucapan suaminya dan kembali memasak. Sedangkan Seokjin merasa sangat terhibur dengan tingkah istrinya yang luar biasa.

****

Usai memasak dan makan malam bersama. Baik Seokjin maupun Hana memilih untuk menonton televisi sambil memakan beberapa kudapan. Walau berduaan tapi mereka duduk berjauhan. Seokjin duduk diujung paling kanan sedangkan Hana di ujung sofa paling kiri. Tak banyak kata yang mereka ucapkan. Keduanya memilih untuk saling diam dan fokus melihat televisi. Kesunyian di antara runtuh ketika Hana memuji keindahan pulau Jeju saat muncul dalam iklan pariwisata.

"Pulau Jeju indah sekali. Apalagi hamparan bunga di sana. Aku jadi penasaran apa benar-benar seindah itu aslinya?" ujarnya.

"Kau belum pernah ke sana?" tanya Seokjin. Hana pun menggeleng. Dia tidak menyangka saja bahwa ada penduduk Korea yang masih belum mengunjungi pulau Jeju.

"Bagaimana bisa aku ke sana jika aku tak punya uang. Lagi pula membutuhkan cukup banyak uang untuk menginap. Sungguh disayangkan jika ke pulau Jeju hanya sehari," jelas Hana yang pandangan matanya masih fokus pada televisi.

"Kau begitu ingin mengunjunginya?"

"Jika ada kesempatan aku ingin pergi ke sana."

Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang