Seharusnya perjalanan menuju pulau impiannya adalah hal yang bisa membuat Hana bahagia. Beberapa hari lalu ia sudah membayangkan bagaimana indahnya hari ini. Bagaimana serunya perjalanan mereka. Namun, hanya dalam sekejap keindahan yang Hana bangun sirna. Kehadiran seseorang yang tak pernah ia duga membuat suasana hati Hana kacau.
Gadis itu lebih banyak diam dan menatap nanar awan-awan putih di luar jendela pesawat. Bahkan indahnya pemandangan langit di senja hari tak membuat mood-nya membaik. Murungnya gadis itu membuat dua pria yang lain tak lepas melihatnya. Keduanya paham kenapa Hana seperti itu. Terlebih lagi Taehyung. Ingin rasanya pemuda itu ada di sisi Hana untuk menghibur hatinya yang terluka. Namun, sayangnya tempat duduk Taehyung di pesawat kelas bisnis ini agak jauh dari Hana. Sedangkan Seokjin, hanya bisa diam melihat istrinya yang tampak bersedih. Ia berusaha membuat suasana hati Hana membaik dengan menggenggam erat tangan sang istri.
“Hana-ya, kau tak apa-apa? Apa kau merasa tak enak badan?” tanya Seokjin yang hanya dijawab Hana dengan gelengan pelan. Gadis itu juga agak memaksakan senyumnya. “Jangan khawatir. Aku akan selalu di sampingmu. Jangan bersedih dan jangan berpikiran macam-macam.”
Jika Seokjin masih mencintai Hyesun seharusnya ia merasa bahagia bertemu dengan wanita pujaannya. Tapi kenyataannya berbeda. Seokjin malah merasa tak senang, terbebani, bahkan ia lebih peduli pada Hana.
Lagi-lagi Hana mengangguk walau dengan setengah hati. Bagaimana ia bisa percaya dengan ucapan suaminya jika hati pria itu masih ada untuk Hyesun. Mata Hana berkaca-kaca mendengar Seokjin mengatakan hal semacam itu. Seolah sang suami begitu paham dengan rasa gundah dan takut yang Hana rasakan. Takut jika ini adalah akhir cintanya dengan Seokjin. Tentu saja pemandangan romantis ini bukan hanya mereka berdua yang mengetahuinya namun juga orang lain yang duduk tak jauh dari mereka. Choi Hyesun benar-benar melihat sendiri bahwa Seokjin menggenggam tangan wanita lain. Gadis itu tersenyum pahit. Hatinya terasa perih dan sakit.
****
Para undangan dari perusahaan Exehill Group diberi fasilitas jemputan khusus. Mereka di jemput oleh sebuah bus mini berkualitas bagus yang akan membawa mereka ke sebuah hotel. Alangkah terkejutnya Seokjin dan Hana saat tahu bahwa Taehyung juga ikut rombongan yang sama dengannya. Perasaan Seokjin agak gelisah melihat kenyataan ini. Apalagi ia tahu bahwa dokter muda itu sangat mencintai istrinya. Jika suami Park Hana itu merasa tak nyaman dengan kehadiran Taehyung berbeda lagi dengan Hana yang merasa sedikit lega ketika mengetahui Hyesun tak mengikuti rombongan. Gadis berambut panjang itu di jemput dengan mobil khusus berkelas mewah. Hana menyimpulkan bahwa Hyesun tak ada sangkut pautnya dengan undangan dari perusahaan Exehill Group.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh enam menit dari bandara International Jeju menuju ke sebuah hotel bintang lima bernama Ramada Plaza. Baik Hana, Seokjin, Taehyung beserta rombongan lain mulai check in ke hotel. Mereka semua tengah sibuk mengantre di depan resepsionis. Jangan harap Seokjin dan Hana akan sekamar. Dari awal keduanya sudah merencanakan untuk memesan kamar masing-masing.
“Selamat sore, apa ada yang bisa saya bantu, Tuan? Apa Anda salah satu tamu undangan dari perusahaan Exehill Group?
“Benar. Aku ingin memesan kamar solo untuk semalam.”
“Baik, siapa nama Anda?”
“Kim Seokjin.”
“Apa Anda adalah Tuan Kim Seokjin putra dari Tuan Kim Seokjung?” Tanya penjaga resepsionis. Seokjin sedikit terkejut saat pegawai ini menyebut nama ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓
FanfictionAmazing Cover by @lelesaurus "Seok Jin-ssi, aku hamil." Dia suamiku tapi tak pernah mencintaiku. Bagaimana bisa aku cinta padamu? Bagaimana bisa hal itu menyakitkan seperti ini? Tak pernah ingin siapapun disalahkan Dapatkah aku menyentuhmu jika ku...