Seokjin tak lantas membalas kabar dari Taehyung. Dia bergeming dalam pikirannya sendiri, mencoba mencerna apa yang dikatakan dokter muda ini. Aborsi? Sejauh yang ia tahu itu adalah sebuah kata yang mengerikan. Sebuah tindakan yang bisa memicu kematian, lalu kenapa Hana ingin melakukan itu? Bukankah dari awal dia bersikeras untuk mempertahankan kehamilannya. Apa yang membuat istrinya berubah pikiran? Dan, entah kenapa ada rasa sedikit perih di hatinya ketika mendengar kabar semacam ini. Seharusnya ia bahagia ketika Hana memutuskan untuk aborsi, tapi kenapa sekarang berbeda.
“Kenapa dia melakukan itu?” Tanya Seokjin yang akhirnya buka suara.
“Tentu saja dia melakukan itu untukmu. Hana berpikir dengan ia aborsi, semua derita yang kalian tanggung akan selesai. Kau tak akan terbelenggu dalam pernikahan konyol itu. Kau bisa bebas melakukan apa pun bahkan mungkin kau bisa kembali kepada Hyesun. Sedangkan, bagi Hana, mungkin ia sudah lelah mencintai suami yang tak pernah mencintainya. Aku sudah mengingatkan padanya untuk tak melakukannya tapi ia tak menghiraukanku. Brengsek, kenapa dia harus mencintai pria bangsat sepertimu?” gerutu Taehyung.
Walau Taehyung mengumpat bahkan mencaci makinya. Seokjin tak berniat untuk membalas ucapan kasar Taehyung. Seolah ia menyadari bahwa dialah penyebab Hana mengambil keputusan sekejam itu. Rasanya begitu sakit sampai-sampai mata Seokjin sedikit mengembun memikirkan penderitaan Hana.
“Jika terjadi apa-apa pada Hana, aku tak segan menuntutmu, Kim Seokjin. Aku tak peduli jika harus berhadapan dengan putra dari pemilik perusahaan terbesar di Korea. Aku akan melindungi Hana sampai akhir. Bahkan jika aku harus di penjara sekalipun aku tak—“
“Lalu apa yang harus aku lakukan agar Hana tak melakukan aborsi? Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan, Taehyung-ssi?”
Taehyung tertegun, ia bahkan tak percaya Seokjin mengatakan hal yang tak pernah ia duga. Ia selalu berburuk sangka dari awal pada pemuda ini bahkan ia sudah yakin bahwa Seokjin akan tak peduli dengan nasib Hana. Itulah alasan kenapa Taehyung sudah mencaci-maki Seokjin sejak awal ia bicara agar pria ini memiliki rasa kasihan dan sedikit rasa bersalah. Baik Taehyung maupun Seokjin saling bertatapan selama beberapa detik. Dokter muda itu tak tahu harus bicara apa. Dia hanya tak menyangka. Belum juga Taehyung menjawab, tiba-tiba seseorang pria berumur sekitar empat puluhan mengetuk pintu. Seokjin menjawab dan menyuruhnya masuk. Pria itu datang dengan sebuah bingkisan parcel buah yang terlihat begitu segar.
“Sekretaris Han?” tanya Seokjin tak percaya. Pria bernama Han itu berjalan mendekat ke arah Seokjin dan meletakkan bingkisan di atas nakas. “Ada keperluan apa?”
“Tuan muda, saya datang ke sini atas perintah presdir. Ada hal penting yang harus aku kabarkan pada Anda. Jadi, bisa kah kita berbicara berdua saja?” pinta Sekretaris Han.
Sekilas Seokjin melirik Taehyung yang berdiri mematung seraya melihatnya. Dengan terpaksa ia harus keluar ruangan sebelum pembicaraannya dengan Seokjin selesai. Amarah Taehyung semakin menjadi-jadi dan berpikir bahwa tak ada yang bisa diandalkan dari Seorang Kim Seokjin. Pria itu pasti tak akan melakukan apa-apa. Sedangkan di sisi lain, Seokjin melihat bingung ke arah Sekretaris Han yang datang tiba-tiba dan ingin mengatakan sesuatu hal yang penting. Jika memang itu penting kenapa tidak ayahnya saja yang datang kenapa harus orang lain? Semuak itukah ayahnya.
“Jika memang ini penting, kenapa tidak ayah saja yang datang menemuiku?”
“Beliau sedang melakukan perjalanan bisnis secara mendadak, Tuan muda. Saya harap Anda mengerti,” jelas Sekretaris Han. Namun, Seokjin hanya berdecak seolah mengejek alasan omong kosong yang diberikan oleh orang suruhan ayahnya ini. Sekretaris Han hanya tersenyum kecut mendapat tanggapan sedingin itu. “Lalu, hal yang perlu Anda ketahui bahwa Presdir juga sudah membalikkan nama atas hak waris Anda.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓
FanficAmazing Cover by @lelesaurus "Seok Jin-ssi, aku hamil." Dia suamiku tapi tak pernah mencintaiku. Bagaimana bisa aku cinta padamu? Bagaimana bisa hal itu menyakitkan seperti ini? Tak pernah ingin siapapun disalahkan Dapatkah aku menyentuhmu jika ku...