Sebuah kepalan tangan mendarat bebas di sebelah kiri wajah Hana. Hantaman keras beberapa kali antara beton dan tulang membuat bagian atas tangan Seokjin berdarah. Hana begitu ketakutan, berteriak histeris, dan berusaha melindungi wajahnya dengan telapak tangannya. Seakan ia punya firasat bahwa suaminya ini akan memukul wajahnya yang berharga. Tubuh Hana bergetar, jantungnya berdebar hebat karena rasa takut.
Suara hantaman itu sudah tak ada lagi sekarang. Hanya deru napas yang menggebu dari Seokjin yang bisa ia dengar. Park Hana memberanikan diri untuk kembali melihat wajah suaminya yang sekarang hanya berjarak beberapa senti saja dengan wajahnya. Ekspresi gelisah, putus asa, bahkan marah sekaligus sedih terlihat jelas di mata Indah Hana. Seokjin menitikan air mata sembari melihat istrinya itu dengan tatapan murka.
Park Hana menelan ludah. Hatinya hancur melihat wajah itu. Ia juga mengucurkan air mata yang tak kalah deras dari Seokjin. Gadis itu menangis karena mendapat perlakuan jahat seperti ini. Ia juga menyadari betapa besarnya cinta Seokjin pada Hyesun. Hatinya pun hancur berkeping-keping. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah masuk ke dalam hati suaminya yang sudah jadi milik wanita lain. Hana juga paham bahwa ia sudah berada di antara kisah cinta orang lain. Seharusnya ia tak mengganggu kisah mereka. Mungkin, ia juga akan bersikap seperti ini jika berada di posisi Seokjin.
“Maafkan aku,” ujar Hana berlinang air mata. Pandangan mata gadis itu tak kalah menyakitkan dan menyedihkan.
Jika dipikir-pikir kenapa ia malah meminta maaf pada Seokjin yang sudah jelas-jelas berbuat kasar padanya. Anggap saja dia wanita bodoh yang tak bisa membela diri saat fisik dan mentalnya di sakiti. Bukankah seharusnya Seokjin lah yang meminta maaf. Ucapan maaf tak terduga yang diucapkan Hana membuat pemuda itu terhenyak. Ia seperti orang kesurupan yang tak bisa mengendalikan diri lalu kemudian sadar.
Emosi yang meluap karena rasa kecewa yang ia rasakan seolah sudah menggerogoti hati nuraninya. Ada rasa sedikit bersalah pada diri Seokjin saat melihat Hana yang menangis dengan tubuh gemetar. Bukan Kim Seokjin namanya jika tidak memiliki harga diri yang tinggi. Alih-alih untuk meminta maaf, Seokjin lebih memilih untuk meninggalkan Hana sendirian.
Hana memandang pilu bayang-bayang Seokjin yang semakin perlahan semakin hilang dari penglihatannya. Seharusnya pernikahan ini tidak terjadi. Seharusnya juga dia tidak membiarkan bayi ini hidup. Andai saja dia menuruti perkataan Seokjin mungkin baik dirinya maupun Seokjin tak akan menderita. Seokjin tak akan kehilangan cintanya dan dia akan hidup bahagia tanpa harus memikirkan banyak hal. Dan, kejadian menakutkan ini tidak akan pernah ia alami.
****
Suasana rumah mewah Seokjin semakin gelap karena dua hati yang saling menderita Suara televisi yang biasanya menggema di rumah ini sirna. Cahaya lampu yang menerangi rumah saat malam pun lenyap. Seluruh wilayah rumah mewah ini gelap gulita kecuali dua lampu kamar yang menyala terang. Baik Seokjin maupun Hana mengurung diri di kamar untuk merenungi apa yang sudah terjadi hari ini. Terlebih Seokjin yang merasa sangat bersalah kepada Hana karena ia hampir memukul gadis itu. Ia tak tahu kenapa bisa sekasar itu pada perempuan. Itu bukanlah dirinya. Sungguh. Bayang-bayang ekspresi Hana yang menangis ketakutan dengan tubuh gemetar membuat pemuda itu sangat menyesal. Hati kecilnya mengatakan harus meminta maaf tapi logika Seokjin melarangnya. Karena dari awal sejak kehadiran gadis itu di kehidupannya membuat semua menjadi hancur.
Berbeda lagi dengan Hana yang terbaring di bawah selimut tebalnya. Matanya mulai membengkak karena terlalu lama menangis. Mencoba tidur untuk menenangkan diri namun tak bisa. Ia berguling ke samping kanan dan kiri bahkan walau dia sudah membalik bantalnya rasa kantuk tak kunjung datang. Hana akhirnya menyerah. Ia memilih untuk keluar kamar, menyalakan lampu rumah, dan berniat untuk memakan beberapa buah yang ada di kulkas. Karena sejatinya Hana kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me (LIMERENCE - END) ✓
FanfictionAmazing Cover by @lelesaurus "Seok Jin-ssi, aku hamil." Dia suamiku tapi tak pernah mencintaiku. Bagaimana bisa aku cinta padamu? Bagaimana bisa hal itu menyakitkan seperti ini? Tak pernah ingin siapapun disalahkan Dapatkah aku menyentuhmu jika ku...