Biografi Istri tercinta Rasulullah (Part 4)

8 0 0
                                    

Pernikahan dengan Rasulullah

Kembali dalam kesendirian membuat Siti Khadijah tertempa menjadi wanita yang kuat. Banyak sebenarnya pinangan yang datang kepadanya. Tapi Siti Khadijah menolak semua pinangan itu dengan halus. Siti Khadijah memilih untuk berkonsentrasi pada bisnis dan mengurus putra-putrinya.

Suatu hari, Siti Khadijah mendengar kabar tentang seorang pemuda yang pandai, cerdas, dan sangat terpercaya. Dialah Muhammad bin Abdullah. Pemuda itu menjadi buah bibir warga Mekkah karena kejujurannya. Tak heran julukan Al-Amin tersemat pada pemuda itu. Penasaran dengan pemuda tersebut, Siti Khadijah mengutus asistennya, Maisarah untuk datang kepada Muhammad bin Abdullah menawarkan pekerjaan yaitu membawa barang dagangan Siti Khadijah ke negri Syam. Muhammad menerima tawaran tersebut.

Sebelum hari keberangkatan kafilah dagang ke negri Syam, Siti Khadijah berpesan kepada Maisarah untuk melaporkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah di Syam. Maisarah menyanggupinya. Dan bertolaklah rombongan dagang milik Siti Khadijah dengan Muhammad bin Abdullah sebagai penanggung jawabnya.

Selang beberapa lama, rombongan itu kembali ke Mekkah dengan sukses. Muhammad bin Abdullah mampu meningkatkan penjualan barang dagangan Siti Khadijah sehingga meraup keuntungan besar. Sesampai di Mekkah, Maisarah yang ditugaskan oleh Siti Khadijah untuk mengamati tingkah laku Muhammad, datang menghadap Siti Khadijah. Inilah hasil pengamatan Maisarah: Muhammad bin Abdullah terbukti sebagai orang yang memiliki budi pekerti yang agung, berakhlak mulia, dan jujur. Dia sama sekali tidak pernah berbohong dalam menjual barang. Apabila barang itu bagus, dia katakan bagus. Apabila barang yang dijual mutunya kurang bagus, maka diapun mengatakan yang sebenarnya sehingga kosumen merasa puas. Selama perjalanan berangkat dan kembali lagi ke Mekkah, Muhammad bin Abdullah benar-benar menjaga akhlaknya. Dia selalu menundukkan pandangannya. Benar-benar sosok yang mengagumkan.

Mendengar laporan Maisarah, Siti Khadijah semakin tertarik kepada kepribadian Muhammad bin Abdullah. Siti Khadijah mempunyai harapan lebih kepada Muhammad bin Abdullah. Melalui perantara Nafisah binti Muniyah, Siti Khadijah mengungkapkan keinginannya untuk bisa mengenal lebih dekat dengan Muhammad bin Abdullah. Nafisah binti Muniyah mafhum dengan maksud Siti Khadijah. Nafisah binti Muniyah kemudian mendatangi Muhammad bin Abdullah dan terjadilah pembicaraan antara mereka.

"Mengapa engkau belum menikah, Muhammad?" selidik Nafisah binti Muniyah.

"Aku belum mampu untuk menikah." Jawab Muhammad bin 'Abdullah.

"Jika ada yang memenuhi kriteria sebagai istrimu, apakah engkau bersedia?" pancing Nafisah binti Muniyah.

"Siapa wanita itu?" tanya Muhammad bin 'Abdullah.

Kontan Nafisah binti Muniyah menjawab: "Siti Khadijah binti Khuwailid."

"Aku bersedia jika dia bersedia." Jawab Muhammad bin 'Abdullah.

Tidak menunggu lama, Nafisah binti Muniyah mendatangi Siti Khadijah untuk mengabarkan berita gembira tersebut.

Begitupun dengan Muhammad bin 'Abdullah. Beliau segera menemui pamannya, Abu Thalib untuk menyampaikan niatnya meminang Siti Khadijah. Mendengar ungkapan dari keponakannya, Abu Thalib menyetujuinya. Abu Thalib, Hamzah, dan keluarga yang lainnya kemudian pergi menuju kediaman Amr bin Asad selaku paman dan wali Siti Khadijah untuk meminang Siti Khadijah.

Dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad bin 'Abdullah menikahi Siti Khadijah binti Khuwailid. Wali dari Siti Khadijah diwakili oleh pamannya yang bernama Amr bin Asad, sedang dari pihak Muhammad bin Abdullah oleh Abu Thalib dan Hamzah. Perbedaan usia yang cukup jauh (sekitar 15 tahun), serta kesenjangan ekonomi yang lebar antara mereka berdua tidak menghalangi Muhammad bin 'Abdullah dan Siti Khadijah membangun rumah tangga yang penuh berkah.

Allah Azza wa Jalla menganugerahi pasangan sempurna ini enam orang anak, yaitu: Qosim (itulah mengapa Rasulullah juga sering dipanggil oleh penduduk Mekkah dengan sebutan Abu Qasim), 'Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Siti Fatimah. Kedua anak lelaki meninggal ketika masih bayi.

My Note😉 My Learn 😊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang