Pendidikan Iman yang terabaikan (1)
Mata ini kembali berkaca2 melihat berita ttg anak SMA yg membuang bayinya. Dan ayah dr bayi tersebut adalah adiknya yg masih SD.
Ingatan menerawang, mengingat kasus Yuyun, mengingat kasus di kampung halaman ttg anak yg dilahirkan dari seorang ibu kelas 4 SD dan bapak SD juga.
Mata ini kembali mengalirkan deras air mata, sambil pikiran dan hati berkecambuk, kenapa bisa? Kemudian istighfar dan berdo'a berharap pada Allah sebaik2 penjaga akan jalan hidup putra putri kita. Berharap Allah jadikan diri ini, keluarga dan putra putri menjadi mukmin di sepanjang usia.
Akal dan hati ini kembali merenung akan sebuah makna mukmin. Kemudian menerawang, menyusuri lorong pengasuhan, dan was2..jangan2 selama ini yang telah dibekalkan pada putra putri adalah buahnya saja dr Iman yaitu Ibadah dan Akhlak.
Ibarat pohon, Iman adalah akar. Ibarat bangunan, Iman adalah pondasi. Tapi justru Iman yg seolah menjadi anak tiri dalam pendidikan kita.
Dikisahkan oleh ustadz Adriano Rusfi dalam workshopnya pekan lalu, ustadz memberikan sebuah tantangan. Tantangan diberikan pada suatu SD, yaitu pada hari tertentu tidak mewajibkan anak2 didiknya utk sholat jama'ah di masjid tepat waktu. Sekolah tsb menerima tantangan itu di hari Rabu. Maka didapatilah hari rabu itu masjid sekolah mendadak sepi. Kepala sekolah dan jajaran guru tertegun, karena benarlah apa yang disampaikan ustadz bahwa selama ini yang mereka ajarkan adalah ibadah karena kebiasaan, bukan ibadah karena Iman.
Di suatu forum lain, seorang ibu dengan mantap menyampaikan bahwa ia telah mengajarkan dan membiasakan sholat, mengajarkan ngaji , mengajarkan menutup aurat. Namun mengapa putrinya ini ketika usia SMP utk ngaji 1 lembar saja habis sholat maghrib terasa berat.
Aah..rupanya yang terjadi adalah pembiasaan, bukan karena digairahkan cinta pada Rabbnya. Selama ini baru mengajarkan anak2 utk menjadi muslim, belum mengajarkan mereka untuk menjadi mukmin.
Ibadah dan akhlak adalah ekspresi dari Iman. Kita ketat pada lingkup ini tapi kita lupa untuk menguatkan pondasi, menguatkan Iman pada anak2 kita. Kita terburu-buru melihat hasil, kita silau ingin segera memanen buahnya, tapi kita lupa tak menguatkan akarnya. Lupa memupuk gairah cinta pada Rabbnya, gairah cinta pada Nabinya, gairah cinta pada ayat2Nya. Yang namanya sudah jatuh cinta, maka ia lakukan apapun demi cintanya itu. Dia akan sholat dengan cinta, dia akan ngaji tanpa diminta tapi krn ia cinta. Dia meninggalkan laranganNya krn cinta. Dia melaksanakan perintahNya krn cinta. Dia nahi munkar krn cintanya pada Rabbnya. Dia amar ma'ruf krn cintanya pada Rabbnya.
Masa emas untuk pendidikan Iman ini ada pada usia dini. Anak usia berapa yang akan sangat takjub mendengar kisah sebuah tongkat yang dapat membelah lautan. Anak usia berapa yang akan sangat takjub mendengar kisah dibelah dada Nabinya. Mereka adalah anak usia di bawah 7 tahun.
Kemudian di era saat ini? Apa yang kita lakukan pada anak di bawah 7 tahun?Bersambung...(secuil catatan perenungan workshop fitrah iman).
KAMU SEDANG MEMBACA
My Note😉 My Learn 😊
RandomCatatan Sehari-hari yang menurut author penting dan berharga untuk dijadikan pelajaran dan pengalaman hidup Diambil dari beberapa sumber dan share beberapa link