Memulai Kehidupan Baru
Pernikahan kedua Irsyad dengan Monica digelar mewah di sebuah hotel berbintang di Yogyakarta. Lelaki itu terlihat bahagia menggandeng lengan permaisuri mudanya. Usia mereka terpaut hampir dua puluh tahun, namun, obsesinya berhasil membutakan mata.
Irsyad lupa bahwa kesuksesannya hingga detik ini, tak luput dari dukungan dan doa Flora. Mantan istrinya itu bahkan memberikan modal cukup besar untuk investasi di perusahaan milik Irsyad. Namun, harta nyatanya justru membuat lelaki itu gelap mata, meninggalkan istri serta putranya.
Bahkan di saat si bungsu membutuhkan darahnya untuk bertahan hidup, dengan tegas lelaki itu menolak. Hati nuraninya benar-benar telah mati. Monica berhasil membuat lelaki itu membenci keluarganya sendiri.
Gadis itu memang pintar bersandiwara, apalagi saat di hadapan Irsyad. Kata-katanya semanis madu, siapa pun yang mendengarnya pasti akan percaya begitu saja.
Berbeda dengan Irsyad yang tengah bahagia atas pernikahannya bersama Monica, Flora justru tengah sibuk membereskan barang-barang milik Aaron. Putranya itu sudah diizinkan untuk pulang ke rumah. Sebisa mungkin ia menutupi kesedihannya dari Aaron.
Wanita itu tak memberi tahu putranya tentang pernikahan Irsyad dan Monica. Ia tak ingin Aaron terbebani karena masalah itu, untuk sementara ia akan menyimpan baik-baik perihal perceraiannya, terutama pernikahan kedua mantan suaminya.
Flora berusaha untuk melepaskan, sekarang yang terpenting baginya
adalah kesembuhan putranya. Ia sudah kehilangan Aaric, dan tidak mau jika harus kembali kehilangan satu-satunya harapan yang masih dimiliki."Aaron, sekarang kita pulang, ya. Tapi kita pulangnya ke rumah baru," ucap Flora yang sudah selesai membereskan baju-baju Aaron selama di rumah sakit.
"Emangnya kenapa, Bun?" tanya Aaron.
"Opa pengen kita tinggal di sana, gak masalah 'kan? Kasihan Opa sendirian di Bandung." Alibi Flora, padahal niat Flora ingin menjauhkan Aaron dari Irsyad.
"Terus, kuliah aku gimana?" Aaron tampak sedih karena harus meninggalkan teman-temannya tanpa berpamitan.
"Di sana juga ada universitas bagus, kamu bisa belajar seni seperti yang kamu cita-citakan," ujar Flora sambil merangkul pundak Aaron.
"Serius? Aku mau, Bun!" ujar Aaron begitu semangat.
Flora pun ikut tersenyum, ia tak mau lagi melihat putranya bersedih, dan ia telah membebaskan Aaron menentukan masa depannya. Selagi itu baik, Flora akan mendukung. Karena kebahagiaan Aaron kini jadi yang utama.
***
Sepanjang perjalanan yang Aaron lakukan adalah tidur, hingga tidak terasa, mereka sudah sampai di kediaman Wardana, ayah dari Flora. Wardana sudah berdiri di teras depan untuk menyambut anak dan juga cucunya dengan senyuman yang hangat, senyum yang selalu Flora rindukan.
"Pa!" Flora segera memeluk Wardana, tak terasa air mata tiba-tiba menetes begitu saja. Ia rindu dengan sosok satu ini, orang yang selalu ada di kala ia terjatuh, lalu menguatkan dirinya untuk bangkit.
Wardana balas memeluk Flora tak kalah erat, ia sangat merindukan putrinya itu. Kemudian beralih memeluk cucunya. Melihat Aaron, membuat pria itu teringat pada Aaric. Cucunya yang telah lama tiada. Namun, setidaknya ia masih memiliki Aaron.
"Masuk, yuk! Oma sudah masak banyak untuk menyambut kedatangan kalian. Oma juga masak udang goreng krispi kesukaan kamu sama Aaric," Marni menarik lengan Aaron.
"Terima kasih, Oma. Aaron jadi ingin segera makan, sudah lapar," Aaron tersenyum.
Mereka bergegas masuk, dan bercengkerama sebentar di ruang tamu. Aaron diantar oleh Wardana ke kamar barunya, kamar yang sudah disiapkan oleh Flora sejak tiga hari yang lalu.
Aaron terperangah ketika memasuki kamarnya, kamar dengan nuansa biru laut. Di sebelah kanan, tampak sebuah sofa berwarna coklat muda. Di sebelah kiri, tampak dua buah almari kayu dengan ukiran namanya.
Sebuah ranjang king size dengan sprei dan selimut bermotif batik khas Jogja.Di sudut ruangan terdapat sebuah kanvas lengkap dengan peralatan lukis yang tertata rapi di sebuah meja bulat dan menghadap ke jendela besar. Ketika tirainya dibuka, tampak sawah yang menghijau serta bukit-bukit yang berjajar.
"Kamar ini disiapkan langsung oleh Bundamu. Dia mengirim orang ke sini untuk menata kamarmu, agar kamu betah dan nyaman. Alat-alat lukis itu, Bundamu, juga yang membelinya sendiri." Wardana menjelaskan.
Aaron tersenyum lebar, ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat kejutan luar biasa ini. Mimpinya sebagai seorang seniman akan segera terwujud. Ia harus berterimakasih pada Flora atas semuanya.
Tak lama kemudian, Flora serta Marni menyusul ke kamar Aaron. Aaron yang melihat kehadiran bundanya, segera memeluk tubuh wanita itu sembari mengucap terima kasih berkali-kali.
"Terima kasih, Bunda. Terima kasih sudah mengizinkanku, memperjuangkan apa yang bahkan telah kukubur dalam. Aaron bahagia, Bun." pemuda itu memeluk erat tubuh Flora.
Hati Flora menghangat. Ia bahagia, melihat binar indah itu di netra putranya. Putranya itu tampak bersemangat, dengan seulas senyum menawan. Wanita itu berjanji pada dirinya sendiri, akan mengusahakan yang terbaik bagi putra semata wayangnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vulnere ✔
Novela JuvenilTerlahir serupa, tidak membuat Aaric dan Aaroon memiliki kemampuan dan sifat yang sama. Aaric dengan segala kesempurnaanya, dan Aaroon dengan segala keterbatasannya. Sang kakak yang penuh pujian, dan Aaroon yang penuh dengan cibiran dan hinanaan, ba...