(Bukan) Sebuah Akhir

2.3K 168 7
                                    

(Bukan) Sebuah Akhir

Kehidupan Irsyad kini lebih berwarna dengan kehadiran Claudia. Setelah menikah dengan Monica, tak lama mereka di karuniai seorang anak yang cantik bernama Claudia. Keburuntungan Irsyad bukan hanya itu saja, usaha yang Irsyad rintis kini semakin meningkat pesat.

Irsyad yang sekarang tidak seperti dulu. Gila bekerja, kini bukan hobinya.  Hobi barunya adalah menemani Claudia bermain. Namun, kebahagian itu lenyap setelah beberapa bulan terakhir ini. Monica yang lembut dan juga penyayang tiba-tiba berubah. Tidak ada lagi Monica yang selalu menyambutnya pulang,  menyiapkannya makanan, wanita itu juga mengabaikan putri kecil mereka.

Monica jarang sekali berada di rumah, karena ia juga bekerja. Wanita itu mempunyai bisnis kecil-kecilan yang  dibangun bersama sahabatnya. Tak jarang ia selalu pulang malam dengan alasan pekerjaan yang menumpuk.

Claudia yang notabane-nya masih membutuhkan kasih sayang dari sosok seorang ibu malah  dibiarkan bersama baby sister, bahkan sedari putrinya masih berumur enam bulan.

Sering kali,  Irsyad  mempermasalahkan istrinya yang sering pulang larut, dengan alasan ada pertemuan  dengan klien. Lelaki itu bahkan pernah bertemu dengan Monica di salah satu Mall, sedang bersama lelaki lain. Setahunya, lelaki itu bukanlah rekan kerja istrinya.

Malam ini Monica kembali pulang hingga larut malam dan diantarkan oleh seorang lelaki, membuat Irsyad tersulut emosi. 

"Kamu tahu ini jam berapa? Kenapa baru pulang?" bentak Irsyad.

"Jam dua belas.  Sudahlah, Mas! Aku capek mau istirahat," Monica berlalu pergi.

"Di mana tanggung jawab kamu sebagai seorang ibu dan istri? Kamu itu cuma sibuk kerja, kerja dan kerja.  Claudia masih butuh kasih sayangmu sebagai ibunya," tegas Irsyad.

Monica menulikan telinga dan berlalu menuju kamarnya. Sesampai di sana, ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Sebentar lagi,  rumah ini akan jadi milikku.  Kamu akan kehilangan semuanya, Mas." Monica tersenyum miring.

Irsyad berlalu pergi menuju ruang kerjanya. Mungkin lelaki itu akan tidur di sana, karena ia masih kesal dengan Monica. Sudah sering sekali istrinya  itu membuatnya marah. Dulu, sebelum menikah, Monica adalah sosok wanita yang lembut dan perhatian. Makanya, Irsyad jatuh cinta kepadanya. Bahkan ia sampai rela meninggalkan Flora dan Aaron.

Bicara tentang Flora dan putranya, ia jadi merindukan mereka. Apa kabar dengan mereka? Apa mereka hidup dengan baik?

Rasa penyesalan kini tumbuh begitu saja, ia menyesal telah memilih Monica. Jika dibanding-bandingkan, lebih baik ia bersama Flora yang begitu penyayang dan juga tegas kepada anak-anaknya, Flora memang seorang wanita karir sama seperti Monica. Namun, ia tahu kapan saatnya bekerja, mana saatnya mementingkan keluarga.

Nasi sudah menjadi bubur, itulah yang mampu menggambarkan perasaan Irsyad saat ini. Untuk kembali bersama pun rasanya tidak mungkin, Irsyad tidak tahu mereka berada di mana sekarang ini.

Irsyad mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kerjanya,  ia tahu harus meminta bantuan siapa untuk mencari tahu keberadaan   Flora dan Aaron. 

"Cari  tahu keberadaan Flora dan putraku secepatnya!"

"Baik."

Lelaki itu mulai merindukan mantan istri serta putranya. Andai ia tak egois,  semua ini pasti tidak akan pernah terjadi. Seharusnya, sejak awal ia tak terbujuk oleh rayuan Monica dan meninggalkan keluarganya demi gadis yang perangainya begitu buruk.

Irsyad bangkit dari duduknya,  ia harus mengakhiri semuanya malam ini juga.  Ia tak bisa terus diperdaya oleh Monica. 

Lelaki itu membuka pintu kamarnya dengan kasar,  hingga membuat Monica terlonjak kaget. 

"Kamu kenapa,  Mas? Aku mau istirahat, lebih baik kamu keluar dari kamar ini," ketus Monica.

"Kamu bukan istriku lagi,  lebih baik kita cerai.  Aku secepatnya akan mengurus perceraian kita,  dan Claudia akan aku bawa," tegas Irsyad.

***

Jika dibandingkan dengan kehidupan Irsyad, kehidupan Flora jauh lebih bahagia. Ia kini mempunyai banyak restoran seafood yang sangat terkenal, lapak di mana-mana.

Aaron  juga tidak lagi terkekang, hidupnya jauh lebih bebas dari sebelumnya. Pemuda itu kini menjalani hidupnya sebagai seorang mahasiswa seni, seperti yang pernah ia impikan. Tidak ada lagi halangan untuk berkarya, karya lukisnya pun ada beberapa yang telah di apresiasi oleh seniman-seniman terkenal di Indonesia.

Flora sangat bahagia, walau  hanya hidup berdua dengan Aaron. Ia juga tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Bukan karena trauma, kegagalan bukan untuk disesali. Tetapi,  lebuh. membuatnya belajar bagaimana memilih pasangan yang lebih baik lagi.

Untuk saat ini, Flora hanya ingin menjalani hidup bersama Aaron. Menjaga dan merawat si bungsu, kini lebih utama dari apa pun. Apalagi Seminggu lagi,  Aaron akan menggelar pameran lukisan, serta membuka sanggar seni miliknya.

Wanita itu tengah membantu putranya untuk mempersiapkan acara pameran lukisan serta pembukaan sanggar seni milik Aaron. Meskipun melelahkan,  tetapi,  ia sangat menikmatinya. Ia benar-benar menepati janjinya untuk menjadi ibu terbaik bagi Aaron.

Bersambung...

Vulnere ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang