Epilog

2.2K 112 3
                                    

"Sebanyak apa pun harta yang kau miliki, tak akan pernah bisa ditukar ataupun membeli keluarga yang harmonis."

~Aaron~

Pagi hari yang cerah ini, Flora memutuskan untuk menutup lembaran lama dan membuka lembaran yang baru. Semoga keputusannya hari ini adalah yang tepat untuknya dan juga untuk putra kesayangannya, Aaron.

Flora memutuskan untuk kembali menerima Irsyad sebagai suami dan juga ayah untuk anak-anaknya.

Di hari yang berbahagia ini, Flora tampil cantik dengan kebaya berwarna putih dengan polesan make up yang elegan. Begitu juga dengan Irsyad yang memakai jas berwarna hitam telah duduk di depan penghulu dan juga beberapa saksi nikah. Di bangku belakang Aaron tersenyum bahagia menyaksikan ayahnya mengucapkan ijab qobul dengan lantang. Akhirnya, apa yang ia inginkan telah Tuhan kabulkan.

Pemuda itu turut berbahagia untuk ayah dan ibunya. Semua yang telah mereka lewati memang tidak mudah, lika-liku perjalanan rumah tangga yang penuh dengan jalan terjal dan kerikil tajam. Keduanya pernah salah mengambil langkah hingga tergelincir ke dalam jurang penyesalan. Namun, pada akhirnya mereka kembali bersatu dalam naungan cinta-Nya.

"Kak, kuharap kamu bahagia menyaksikan kami dari sana. Seandainya saja kamu masih ada di sini, kebahagiaan kami pasti akan terasa lebih sempurna," bisiknya.

Aaron beristighfar dalam hati begitu menyadari kesalahannya, tak seharusnya ia menuntut takdir atas apa yang telah terjadi. Aaric-saudara kembarnya-memnag tak lagi bisa dijumpai. Namun, sejatinya dia tak pernah beranjak pergi karena akan selalu hidup di hati orang-orang yang mencintainya. Lagi pula, Tuhan telah menghadirkan Claudia ke dalam hidupnya sebagai pelipur lara atas kepergian sang kakak beberapa tahun silam.

***

Jika keluarga Irsyad sedang berbahagia, beda halnya dengan Monica yang tadi malam diciduk polisi dengan tuduhan melakukan penipuan dengan kekasihnya. Tidak hanya itu saja, diketahui bahwa Monica serta kekasihnya telah memakai dan juga memperjual-belikan obat-obatan terlarang. Alhasil, mereka berdua harus mempertangungjawabkan perbuatannya dengan menginap di hotel prodeo.

Wajah Monica terlihat kusam dengan kantung mata yang menghitam karena tak bisa tidur. Wanita itu hanya bisa menangis meratapi nasib yang begitu kejam mempermainkan hidupnya.

"Percuma menangis, tidak akan menyelesaikan masalah. Mending kamu mikirin gimana caranya keluar dari sini," ucap seorang wanita seusianya yang juga menempati sel tahanan yang sama.

Namun, Monica menulikan telinganya. Dia tetap saja menangis tersedu karena menyesali semuanya. Andai saja tak menuruti keinginan kekasihnya, ia tidak akan berakhir seperti ini. Mungkin, hidupnya akan tenang dan damai bersama keluarga kecilnya. Di tengah kesendiriannya, ia merindukan putri kecilnya-Claudia. Dia ingin bertemu dan memeluk darah daging yang selama ini telah diabaikan.

"Sayang, ibu merindukanmu. Maafkan ibu yang begitu tega meniggalkanmu demi lelaki berengsek itu." Monica memeluk erat kedua lututnya.

Bayangan wajah Claudia menari-menari di pelupuk matanya menghadirkan penyesalan mendalam di jiwanya. Dia tak layak disebut ibu karena bahkan tak mau mengurus dan membesarkan darah dagingnya sendiri. Lebih tergoda dengan harta yang ditawarkan oleh kekasihnya daripada merawat putri kandungnya. Nyatanya, semua harta yang diperjuangkan selama ini telah lenyap tanpa sisa. Justru, kegilaannya pada harta menjerumuskannya ke dalam jurang kenistaan. Bukan kebahagiaan yang didapat, melainkan kecewa serta luka yang menganga. Kekayaan itu tak lagi bisa digunakan untuk menolongnya bebas dari segala hukuman.

Wanita itu berpikir bahwa dengan harta yang banyak bisa membuatnya bahagia. Namun, nyatanya salah. Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Dia justru kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupnya-keluarga kecilnya.

.

~Selesai~

Vulnere ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang